Matinya Ribuan Perpustakaan Dunia


SEMALAM saya bertandang ke rumah Nunung, salah seorang sahabat ketika masih kuliah dulu. Di kamar kosnya yang asri, saya melihat lempengan kecil tipis, seukuran buku saku. Di lempengan itu terdapat layar yang menampilkan teks. Kata Nunung, alat itu adalah Sony Reader, perangkat elektronik untuk membaca naskah dalam versi pdf. Alat itu semacam kindle, perangkat pembaca buku yang laris dijual di amazone.com. Tapi, Sony Reader lebih simpel dan murah, meskipun fungsinya sama.

Berapa buku yang ditampung alat sekecil itu? Ternyata bisa ribuan buku. Bayangin, Anda tak perlu membawa ribuan buku ke mana-mana. Cukup sebuah perangkat kecil, tipis, dengan ukuran yang sedikit lebih besar dari kalkulator, Anda sudah bisa menenteng ribuan buku itu ke mana-mana. Anda bisa membacanya kapanpun, bisa menandai semua bacaan secara otomatis, serta memperbarui koleksi buku. Anda cukup men-download, maka buku itu akan tersimpan secara otomatis dalam perangkat tersebut.

Saya sudah pernah membaca informasi tentang munculnya perangkat baca tersebut. Tapi, melihatnya langsung, tetap saja membuat saya tercengang. Saya membayangkan bagaimana nasib ribuan buku yang tersimpan rapi di perpustakaan. Saya membayangkan matinya perpustakaan tradisional yang masih memajang buku-buku teks. Perpustakaan di masa depan bukan lagi sebuah ruang yang memajang ribuan buku dalam rak-rak yang tinggi hingga menjangkau atap. Bukan lagi ruang-ruang yang disekat-sekat dengan istilah koleksi khusus. Perpustakaan di masa mendatang adalah sebuah ruangan kecil di mana tersedia server digital –yang menampung jutaan buku-- dan setiap orang bisa memilih bacaaan secara otomatis.

Saya membayangkan akan matinya sebuah industry besar perbukuan yang melibatkan begitu banyak pekerja percetakan. Saya membayangkan nasib ribuan orang yang tersangkut mata rantai dunia percetakan. Di negeri ini, percatakan masih serba manual dan membutuhkan demikian banyak pekerja yang mengoperasikan mesin cetak secara kontinyu. Mulai dari karyawan biasa hingga para teknisi yang setiap saat memeriksa kalau-kalau ada masalah dengan mesin cetak. Ketika zaman sudah berganti dengan era digital, masihkah mereka bertahan dengan benda yang semestinya sudah menjadi museum itu?

Saya membayangkan matinya jaringan distribusi buku. Ada begitu banyak profesi terkait, mulai dari jasa pengepakan buku, pengiriman, hingga memajang buku tersebut di satu toko. Semua profesi itu akan segera tamat. Saya juga membayangkan matinya toko buku sekelas Gramedia yang selama ini begitu jumawa mengendalikan penjualan buku. Ini adalah nujuman yang paling membahagiakan saya. Sebab selama ini Gramedia terlalu raksasa dalam hal penjualan buku. Mereka mengambil keuntungan hingga 40 persen dari penjualan buku. Dan Anda bisa bayangkan sendiri berapa keuntungan yang bakal diperoleh seorang pengarang dari sistem seperti ini.

Kita sedang memasuki zaman baru, zaman digital yang tanpa kertas. Revolusi yang pernah digagas Guttenberg dengan mesin cetak akan segera menjadi nyanyi sunyi yang usang. Ini adalah zaman di mana segalanya serba praktis dan efisien. Dan kertas mulai dilihat sebagai sesuatu yang memberatkan. Bisakah kita bayangkan, berapa banyak hutan dan serat kayu yang mesti disiapkan demi menghadirkan ribuan buku setiap tahunnya? Demi pemenuhan kebutuhan intelektual, kita telah mengorbankan ribuan hektar hutan yang kemudian membawa pengaruh pada pemanasan global dan keseimbangan ekologis.

Dan perangkat baca seperti Kindle dan Sony reader menjadi jawaban atas masa depan. Kita sedang memasuki dunia baru yang tanpa kertas. Kita sedang memasuki gerbang baru yang akan meruntuhkan perpustakaan-perpustakaan besar dunia. Mungkin, tak lama lagi kita akan melantunkan tembang perpisahan buat zaman lama.(*)

3 komentar:

Anonim mengatakan...

mobil klasik saja dihargai mahal, padahal yang baru dah murah banyak.....

buku? ada penggemar tersendiri....karena buku adalah seni.

jadi, buat para penulis, penerbit dan percetakan, jangan bikin buku asal-asalan!!!!

Anonim mengatakan...

wah sepakat sekali kalo akhirnya pengarang mendapatkan royaltinya dgn pantas...tapi soal pengaruhnya ke globalwarming bukankah untuk memprdoksi ebook Reader yg notabene terbuat dari material bawah tanah...daya rusaknya akan lebih tinggi...gimana tuh kanda?

Anonim mengatakan...

huft...so take it easy brow... going the flow..

Posting Komentar