Wisnu yang Diterbangkan Garuda

DI atas punggung garuda, Wisnu duduk dengan sorot mata tajam. Entah apa yang sedang dipandangnya. Mungkin ia sedang terbang mengangkasa dan memandang bumi yang di dalamnya terdapat manusia yang saling menghancurkan. Wisnu sedang menjalankan takdirnya sebagai dewa yang memelihara seluruh semesta. Ia adalah bagian dari trinitas suci penyeimbang semesta bersama Brahma sang pencipta, dan Syiwa, sang dewa penghancur.

Garuda yang menjadi tunggangan Dewa Wisnu
 
Wisnu memandang semesta. Pada sorot mata bijaksana itu, terletak nasib takdir saujana, seluruh alam semesta, di mana manusia hanya bagian kecil. Saya menyaksikan patung Wisnu yang menunggang garuda di Monumen Garuda Wisnu Kencana di kawasan pebukitan Bali. Sudah lebih 10 tahun, monument ini belum juga tuntas. Meskipun masih jauh dari sempurna, namun beberapa patung sudah dipamerkan dan sukses menyedot ribuan pengunjung baik turis dalam negeri, maupun turis internasional. 

Titisan Dewa Wisnu

 Patung yang sudah dipamerkan adalah patung Wisnu dan garuda yang dikendarainya. Patung-patung itu dipamerkan secara terpisah. Konon, menurut pengelola, mereka kekurangan duit untuk menyatukannya menjadi sebuah bangunan utuh. Kelak, patung Wisnu yang sewdang mengendarai garuda itu akan bertengger di atas sebuah bangunan bertingkat 14. Kelak, patung ini akan menjadi patung tertinggi di dunia dan menjadi bagian dari keajaiban dunia. Sampai detik ini, Bali memelihara ambisi untuk menjangkau dunia. 

Patung Wisnu yang berdiri kokoh

Bali memang memenuhi syarat tersebut. Mereka punya pematung sekaliber I Nyoman Nuarta yang telah berpengalaman menghasilkan patung-patung raksasa. Mereka juga punya banyak pekerja seni yang mumpuni untuk menghasilkan proyek-proyek prestisius ini. Sayangnya, proyek ini masih tersendat. Menurut sorang guide, pemerintah masih setengah hati membantu proyek yang akan menghabiskan APBD Bali hingga triliunan rupiah ini. Pantas saja jika proyek ini masih belum tuntas.

maket patung
Tapi patung ‘setengah jadi’ yang dipamerkan tersebut sudah bikin semua turis terkagum-kagum. Bukan hanya patung saja, mereka juga membangun sebuah amfiteater dan hampir setiap malam menyajikan pagelaran tari kolosal. Sayangnya, saya datang pada sore hari. Namun saya cukup puas menyaksikan latihan tari yang menghadirkan ratusan siswa taman kanak-kanak dan sekolah dasar (SD) kelas satu.

Mungkin, kelebihan orang Bali adalah mereka bisa mengemas sebuah gagasan menjadi sesuatu yang menjual. Inilah yang dinamakan kreativitas. Dan ekonomi Bali bisa menggeliat karena tingginya kreativitas ini.(*)

Denpasar, 10 April 2010

0 komentar:

Posting Komentar