Inikah Akhir buat Respect?

BARANGKALI akan tiba juga akhir dari Penerbit Respect yang saya dirikan bersama teman-teman. Kondisinya sudah nyaris sekarat. Masing-masing anggotanya mulai terjebak dengan rutinitasnya masing-masing. Kami sudah mulai tidak fokus dan pelan-pelan mulai melupakan misi bersama saat mendirikan lembaga ini. Pertemuan yang kami lakukan sudah tidak efektif. Pikiran kami adalah bagaimana bisa segera berbagi aset ekonomi, bagaimana bisa berebut dana yang masih tersisa, tanpa melanjutkan misi idealis bersama untuk melahirkan banyak karya-karya yang bermutu.

Saya sungguh menyayangkan kalau lembaga ini karam. Ini adalah kesalahan bersama. Kami serba menunggu dan tidak berani mengambil inisiatif. Kami hanya saling menanyakan kabar, tanpa mulai melakukan sesuatu. Padahal, lembaga ini tidak sedang membutuhkan pemikiran yang hebat-hebat. Lembaga ini tidak butuh ide-ide selangit. Lembaga ini butuh para prajurit yang terjun ke lapangan, mengendus ladang-ladang penghasilan yang baru, menjemput semua peluang yang ada, dan memasarkan karya-karya terbaik yang bisa kami hasilkan. Sayangnya, semuanya tidak bisa maksimal. Kami saling mengharap ada rekan yang melakukannya. Kami saling menunggu. Kami sama-sama tejebak dengan utinitas.

Tapi saya tetap bertekad, apapun yang akan terjadi, saya akan menuntaskan dua buku yang menjadi kewajiban akhir. Langit runtuh sekalipun, dua buku tersebut pasti akan terbit. Dan saya akan mempertaruhkan semua kredibilitas yang saya miliki demi penyelesaian karya tersebut.(*)

0 komentar:

Posting Komentar