SAMPAI batas manakah kita sanggup belajar keras? Tak ada istilah final dalam hal upaya mengumpulkan ceceran pengetahuan. Dalam samudera pengetahuan, sejauh-jauhnya kita menjelajah, kita tak akan pernah mencapai kata final. Ketika kita tertarik mendalami sesuatu, maka saat itu juga terhampar sebuah lautan pengetahuan untuk diselami sampai batas di mana kita sanggup. Pernyataan ini relatif sebab sangat bergantung pada sejauh mana keseriusan kita dalam mencari pengetahuan.
Bagi saya, semua gelar sarjana, doktor maupun profesor hanyalah sebuah stempel yang menyatakan seseorang sedang menggapai titik tertentu di samudera pengetahuan. Gelar itu hanyalah simbol semata, sebab nantinya gelar itu akan diuji sejarah apakah seseorang tersebut benar-benar terjun dan berenang di samudera pengetahuan. Namun, tanyakanlah pada profesir tersebut apakah sekian tahun ia meneliti di laboratorium, apakah ia sudah menemukan satu kata final atau titik terakhir dalam perjalanan pengetahuan? Saya yakin jawabannya adalah tidak. Ketika anda mengupas satu lapis pengetahuan, maka akan muncul kembali lapis-lapis yang tak berkesudahan.
Proses pencarian pengetahuan itu seperti halnya ketika sedang onani. Kita sesaat terpuaskan. Namun, semuanya hanyalah satu kanalisasi saja. Onani itu semacam penyaluran hasrat tidak pada jalur yang sebenarnya dan tidak benar-benar memuaskan. Pencarian pengetahuan itu tak pernah membawa kata puas. Banyak di antara kita yang gertantang untuk terus menyingkap misteri pengetahuan, namun tdiak sedikit di antara kita yang pasrah dan merasa puas dengan pengetahuan yang hanya setetes. Itulah dinamikanya.
Meminjam istilah Will Smith dalam film Hitch, hal paling substansial dalam hidup bukan pada seberapa jauh pencapaianmu, namun pada proses-proses yang kamu lalui dan mendewasakan. Mungkin, inilah tujuan ilmu pengetahuan. Menyediakan proses yang kelak akan berujung pada penemuan diri kita sendiri.(*)
0 komentar:
Posting Komentar