Saatnya Menata Ulang Hari-hari

LIBURAN mahasiswa kali ini akan saya maksimalkan dengan baik. Ada beberapa proyek yang harus segera saya selesaikan. Mulai dari pembuatan film dokumenter tentang para politisi yang menginspirasi, hingga proyek pembuatan dua buah buku tentang Buton. Kegiatan lainnya adalah ikut mendesain proyek lembaga swadaya masyarakat (LSM) bersama teman dosen di Universitas Negeri Makassar (UNM).

Berbagai proyek tersebut benar-benar menyita waktu dan perhatian. Saya seolah manusia super sibuk yang mulai kehilangan waktu untuk sesaat berleha-leha. Saya memang lelah. Tapi saya selalu usahakan untuk mengerjakan dengan tuntas semua proyek tersebut. Bukan cuma soal uang. Tapi saya sedang mengasah jam terbang untuk terlibat di banyak kegiatan. Saya selalu yakin bahwa selalu ada buah dari semua proses yang sedang ditanam hari ini. Makanya, kita harus sungguh-sungguh dan meyakini bahwa apa yang sedang kita lakukan bukanlah sebuah kesia-siaan. Hanya mereka yang menanam yang kelak akan memanen!

Saya juga harus menjelaskan kepada semua keluarga tentang aktivitas saya. Kepada mereka, saya selalu menjelaskan bahwa status saya adalah tidak memiliki kerjaan tetap. Ketika saya tidak kreatif dan keluar rumah, maka saya bisa kehilangan mata pencaharian. Saya bukan pegawai negeri sipil (PNS) yang setiap bulan selalu aman. Uang mengalir terus ke rekening tanpa bekerja keras.

Saya bukanlah PNS. Makanya, saya harus selalu sibuk. Pikiran saya tidak boleh banyak santai. Say harus terus bergerak, mumpung masih muda. Kelak ketika saya tua dan mulai mapan, mungkin saya akan mengenang masa-masa hari ini sebagai masa yang penuh dinamika. Masa-masa yang menegangkan. Bayangkan, apa jadinya ketika saya tidak mengerjakan proyek-proyek itu. Mungkin, barangkali saya masih belum bisa survive. Padahal, saya mesti bangkit dan segera keluar dari kuadran ketidakberdayaan ini. Itu menjadi prioritas untuk saat ini.(*)

0 komentar:

Posting Komentar