UNTUK pertama kalinya saya menggunakan hak pilih saya sebagai warga negara. Seorang kawan mengatakan, posisi saya sama persis dengan Sudjiwo Tedjo, sama-sama golput semumur hidup, namun tergerak untuk menggunakan hak pilih demi memenangkan pasangan JK-Win.
Lepas dari itu, kakak ipar saya sejak pagi sudah sangat sibuk. Ia menelepon semua anggota keluarga agar menggunakan hak pilih dan mencontreng JK-Win. Ia terlampau bersemangat dalam memenangkan pasangan yang disukainya. Ketika saya keluar rumah sampai jam 12 siang, ia menyuruh adik untuk menelepon agar segera kembali dan menggunakan hak pilih. Maklumlah, saya tidak masuk dalam DPT, sementara penggunaan KTP diijinkan nanti sejam sebelum Tempat Pemungutan Suara (TPS) ditutup.
Usai mencontreng, saya sedikit lega. Pertama kalinya saya merasa sebgai seorang warga negara yang punya andil untuk menentukan siapa pemimpin negeri ini. Kelak, ketika sang presiden menduduki singgasana, saya bisa bernapas lega bahwa suara saya yang hanya satu punya kontribusi untuk kemenangannya. Untuk itu, saya merasa senang. Namun kelak, jika sang calon saya gagal terpilih, saya juga tetap senang. Setidaknya, saya sudah berusaha untuk memenangkannya. Apa boleh buat jika sejarah belum memihak kepadanya. Kelak sejarah juga yang akan menangisi situasi ketika calon terbaik tersebut gagal terpilih.
Pada akhirnya, biarlah sejarah yang akan mencatat siapa pemenang hari ini. Setidaknya, saya punya andil di arena pilpres tahun ini. Thanks.(*)
0 komentar:
Posting Komentar