SAYA tak sabar ingin menyaksikan Harry Potter 6: The Half Blood Prince. Sejak Harry Potter 5, serial ini kian mencekam. Ini sudah bukan lagi kisah tentang anak-anak yang riang memasuki sekolah sihir. Ini adalah kisah tentang remaja yang beradu taktik dengan penyihir senior. Ini tentang ketamakan seorang penyihir sakti yang tiba-tiba takluk oleh cinta kasih yang melingkupi seorang remaja.
Dalam Harry Potter 6 ini, saya penasaran menyaksikan bagaimana visualisasi Prof Severus Snape ketika “membunuh” Prof Albus Dumbledore. Bagi saya, Snape adalah tokoh yang sama pentingnya dengan Dumbledore dalam serial ini. Snape sangat lihai dengan peran-perannya sehingga bisa mengangkang di dua sisi baik dunia gelap, maupun dunia terang. Snape juga paling berani sebab melakukan hal-hal yang mustahil dilakukan oleh mereka yang mengaku sebagai penyihir hebat.
Yang bikin saya tercengang karena Snape melakukan semua misi berbahaya itu sebab didorong oleh rasa cinta yang dalam pada ibunda Harry yaitu Lily Potter. Meskipun Lily sudah lama tewas. Meskipun Lily sudah “mengkhianati“ cintanya sebab lebih memilih James Potter ketimbang dirinya, Snape tetap kukuh memelihara cintanya. Ia masih tergetar kala memandang mata hijau Harry Potter. Di saat ia hendak menghembuskan napas ketika diterkam ular Nagini, Snape masih sempat memanggil Harry dan menatap mata kehijauan itu.
Snape adalah sosok pencinta yang tak pernah surut cintanya. Pada titik seperti Snape, cinta menjadi kekuatan yang menggerakkan semua langkah kakinya. Cinta menjadi pembebas dari kutukan kegelapan, sekaligus membawa Snape pada titik kemuliaan yang bergerak karena kata hatinya. Saya suka Snape. Saya suka Dumbledore. Dan saya suka sama Harry Potter. Semoga bisa segera nonton.(*)
0 komentar:
Posting Komentar