Foto Terbaik di Perjalanan

BIASANYA dalam setiap perjalananku, saya berusaha menampilkan beberapa foto saya yang saya anggap paling bagus selama di perjalanan. Saya ke Buton pada tanggal 30 September hingga 7 November kemarin. Sepanjang perjalanan itu, beberapa kali saya memotret dengan kamera digital yang sederhana. Kali ini saya akan menampilkan beberapa foto anak kecil yang mengikuti karnaval di Buton. Saya selalu senang ketika memotret anak kecil. Ada binar bahagia dan ekspresi yang sukar ditemukan ketika mengamati orang dewasa. Anak kecil punya ekspresi lurus dan tidak menyimpan muslihat. Sorot mata bening serta garis wajah yang sangat tenang itu, beberapa kali saya potret demi memperkaya seri foto yang saya tampilkan. Selain itu, beberapa foto budaya dan pesta adat, sempat pula saya ambil. Selamat menyaksikan…

Foto di atas ini adalah foto terbaik saya. Saya beruntung bisa mendapatkan moment terbaik seperti ini. Sejak barisan anak ini melintas, saya sudah jatuh cinta melihat anak berpakaian adat Buton serta berkacamata hitam ini. Segera saya memotretnya. Dari sejumlah pose, inilah yang saya anggap paling bagus. Ekspresinya sangat cantik.

Anak kecil ini adalah siswa TK Batu Poaro, Bau-Bau. Saat dipotret ia baru saja usai menangis karena tidak melihat ibunya di sampingnya. Dunia anak kecil adalah sebuah dunia yang sangat bergantung pada jaringan kekerabatan. Ia harus dekat mendapatkan limpahan kasih demi menumbuhkan kepribadiannya kelak.

Jika anak ini besar, ia akan sangat cantik. Lihat saja ekspresi serta bibirnya yang mirip artis Maria Renata. Dengan pakaian adat, sisiran rambut, serta lipstik tipis, membuat anak ini jadi dewi yang mempesona.

Saya juga memfavoritkan foto ini. Seorang anak dengan pakaian Bugis yang cantik. Ketika saya hendak potret, awalnya ia menoleh ke tempat lain. Namun, seorang guru TK yang ayu tiba-tiba memanggil namanya. “Lastri... lihat kamera. Tuh, ada Om Tampan yang mau motret.“ Duh..... dipanggil Om Tampan membuat saya semangat. Setelah memotret, saya lalu datang kenalan dengan guru yang ayu itu. “Maaf boleh kenalan. Saya tadi yang disapa Om Tampan...“ kataku dengan cengengesan serta wajah yang bersemu kemerahan.

Foto ini adalah seorang gadis yang bersiap-siap memainkan permainan tradisional Pebudo. Saya memotret gadis-gadis ini di ajang Festival Batu Poaro di Wameo. Dalam permainan ini, si gadis dan timnya membawa kerang laut dengan beragam cara. Siapa yang emnang adalah mereka yang membawa kerang itu hingga finish dan tidak jatuh.


Penjelasan foto ini sama dengan di atas. Gimana komentar teman-teman? Ditunggu komentarnya lho.......

2 komentar:

la_edy mengatakan...

Akan ada selalu sudut dimana nuansa pedophilia mengintai. Entahlah.

Anonim mengatakan...

Odhe...begitu banyak foto pakaian adat. tapi kenapa tidak ada foto odhe yang serupa? ayolah, saya ingin liat kelahiran kembali La Elangi (Sodara sekampung, La Nas)

Posting Komentar