I Hate Pilkada Sulsel

HARI ini liputan media massa sungguh menjemukan. Hampir semua liputan media adalah soal politik. Semuanya didominasi berita kemenangan Syahrul Yasin Limpo di kasasi Mahkamah Agung (MA). Syahrul mengatakan, “Ini adalah kemenangan rakyat Sulsel!!” Pernyataan ini sungguh memuakkan. Sejak kapan rakyat ikut-ikutan bertarung di arena pilkada? Bukankah nama rakyat hanya disebut di ajang kampanye dan setelah itu hilang tersaput angin? Rakyat hanya menjadi penyaksi di saat semua pejabat itu pesta pora dengan proyek dan memenuhi kantongnya dengan duit. Rakyat hanya bisa menangis sedih.

Saya muak dengan politik. Bagiku, politik adalah wilayah yang paling menjemukan. Politik menjadi arena di mana siasat, strategi serta taktik saling berbenturan. Politik adalah sebuah panggung di mana manusia menampilkan berbagai karakter demi sebuah tujuan. Ia bersifat instrumental tatkala hanya menjadi sebuah perpanjangan tangan belaka. Barangkali politik adalah lautan tanda-tanda. Kita hanya menyaksikan tanda-tanda yang sifatnya permukaan sehingga membutuhkan kejernihan untuk menyelam lebih jauh demi menemukan makna. Politik ibarat sebuah gunung es. Kita hanya menyaksikan puncaknya saja dan menabak-nebak apa yang berada di bawahnya. Sebuah misteri yang mesti dipecahkan dengan cara menautkan berbagai serpih dan realitas menjadi satu bangunan yang utuh.

Makassar, 19 Maret 2008
Pukul 06.56 (saat bangun pagi)

0 komentar:

Posting Komentar