Menanti Harry Potter 7


TIDAK lama lagi edisi bahasa Indonesia Harry Potter ke-7 berjudul “Harry Potter and The Deathly Hallow” akan segera keluar. Adikku Atun dan Dwi sudah mulai menyiapkan duit untuk membeli novel itu pada Januari mendatang. Jutaan pencinta Harry Potter di Indonesia sudah tidak sabar untuk menanti novel tersebut. Mereka ingin segera melayang-layang seakan terbang ke bangunan tinggi menara sekolah sihir Hoghwarts, menyusuri perjalanan Harry Potter, bercengkerama dengan berbagai hantu seperti Myrtle Merana, Nick si Kepala Nyaris Putus, hingga raksasa maupun troll.

Jutaan manusia ingin bersama Harry Potter serta sahabatnya seperti Ron Weasley, Hermione Granger, Neville Longbottom dan menghadapi intrik kotor dari Lord Voldemort serta para pelahap maut (death eater). Harry Potter memang punya magis yang sangat sakti. Tidak saja karena mampu mengangkat tongkat sihir dan merapal mantra “Expecto Patronus”, kemudian keluar cahaya yang berwujud rusa dan menyerang hantu Dementor. Namun, Harry juga sanggup menyihir berjuta-juta penduduk bumi agar menjadi penggemar setia hingga mengukuhkan buku itu menjadi best seller, buku yang tercatat dalam sejarah sebagai buku terlaris yang pernah dibuat seorang pengarang di muka bumi ini.

Saya pun ikut terkena sihir Harry Potter. Jauh sebelum difilmkan oleh sutradara Chris Amstrong, saya sudah membaca novelnya dan serasa menemukan dunia baru yang sungguh menakjubkan. Ada rasa bahagia menemukan tempat di mana rasionalitas tiba-tiba diremukkan. Berpikir ilmiah tiba-tiba dinafikan. Ingin kaya, cukup menjentikkan jari atau hanya mengusap lampu Aladin dan keluarlah jin yang akan mengabulkan semua permintaan. Ini dunia sihir. Segala hal yang mistis menjadi keniscayaan serta menjadi hal yang lumrah saja bagi mereka yang berada di dunia sihir Harry Potter. Dikarenakan sihir menjadi hal yang lumrah, muncullah sebuah kontestasi. Semacam pertandingan atau adu kesaktian antar penyihir sehingga yang paling sakti merasa perlu duduk di singgasana kemudian memerintah dunia. Inilah satu inti cerita Harry Potter yang memesona banyak orang termasuk aku.

Yang saya kagumi, pengarangnya JK Rowling bukanlah orang yang serakah. Sejak awal ia hanya merencanakan Harry Potter hanya tujuh buku. Ia berpikir bahwa sebuah karakter dan cerita, mesti punya akhir sehingga pembaca tidak banyak berinterpretasi tentang bagaimana ending-nya. Bagiku, Rowling adalah maestro yang hebat dan imajinatif hingga sanggup menghanyutkan semua orang ke dalam kisah seorang penyihir cilik yang menuntut ilmu di sekolah sihir Hoghwarts Witchcraft and Wizardly. Ia pandai meramu kisah tentang sihir, hantu, serta berbagai legenda menjadi satu cerita menarik. Dalam satu wawancara dengan Newsweek, Rowling mengungkapkan rahasianya. Ia mengatakan,”Saya beruntung karena dilahirkan di Inggris. Ini adalah negeri yang kaya dengan mitos, folklore, serta berbagai dongeng. Semuanya menjadi kekuatan bagi saya untuk meramu Harry Potter.“ Bayangkan, ia menyerap inspirasi dari begitu banyak dongeng di Inggris. Bandingkan dengan ribuan dongeng dan folklore negeri kita yang dilupakan begitu saja. Mestinya, semua cerita itu bisa menjadi kekuatan dahsyat yang mempengaruhi banyak orang.

Saya masih ingat saat pertama membaca buku Harry Potter 1 berjudul “The Sorcerer Stone.” Waktu itu, aku masih berada di Makassar. Adikku Atun meminjam novel itu di satu rental buku yang terletak di Jalan Cenderawasih. Ia membacanya dan merasa terkejut karena buku itu menyimpan banyak kejutan, misteri dan imajinasi yang kesemuanya digabung dalam satu adonan cerita yang renyah. Kata Atun, “Saya kaget sekali. Tidak mau berhenti sampai lembaran terakhir. Barusan saya baca novel dan terkejut sekali.” Demikian juga dengan saya. Makanya, semua buku Harry Potter selalu saya baca. Setiap membaca Harry Potter, saya selalu tidak bisa menebak apa ending atau penyelesaian akhirnya. Biasanya, alur novel sama dengan alur film India: selalu mudah ditebak. Namun tidak dengan Harry Potter.

Kadang-kadang, saya buat permainan tebak-tebakan dengan Dwi dan Atun. Kami saling bertanya tentang bagian tertentu dari kisah Harry Potter untuk ditebak. Pernah sekali, Dwi tak mampu menjawab pertanyaanku. Saat kutanya, “Siapa nama raksasa adiknya si Hagrid?” Ia tak mampu menjawab dan dilanda rasa penasaran hingga akhirnya ia terpaksa buka buku Harry Potter V. Kalah juga dia. Hehehehe…..

Saya juga masih ingat saat peluncuran Harry Potter VI. Saat itu, saya menemani Dwi dan antri di stand Gramedia Panakkukang, tepat pukul 12.00 malam. Bayangin, di tengah malam, banyak yang antri demi Harry Potter. Saat itu, ada bonus tas, topi sihir serta sticker. Saya sih pengennya ada tongkat ajaib biar bisa menyihir diri sendiri agar cepat kaya dan tak perlu kuliah jauh-jauh ke UI. Kudengar, di Jakarta ada arak-arakan dan perayaan diluncurkannya edisi bahasa Indonesia. Semuanya kian menguatkan kesan di benakku: Harry Potter telah menyihir banyak orang di Indonesia.

Untuk Harry Potter 7 ini, aku yakin pasti suasananya akan jauh lebih meriah. Sebab ini adalah buku terakhir serta pamungkas yang mengkahiri semua rangkaian perjalanan si penyihir tersebut. Akhirnya, tiba juga edisi yang menjelaskan semuanya sejak awal. Aku belum tahu, pada peluncuran ini apakah berada di Jakarta, ataukah di Makassar? Ah, nantilah kita lihat.

Depok, 2 Desember 2007

Pukul 13.14 (seusai makan siang)



0 komentar:

Posting Komentar