ADA beberapa SMS yang masuk di handphone-ku. Kebanyakan bernada religius. Aku menyebut satu pesan dari seorang sahabat, "Ketika semangat Ibrahim mulai luntur dalam jiwa-jiwa kita, ketika keikhlasan menjadi oase di hati pejuang sejati, akankah pengorbanan masih menjadi sebuah kebutuhan? Met Idul Adha yaa."
Pesan itu mengejutkan aku. Idul Adha mestinya menjadi momen untuk membasahi kalbu kita dengan semangat gagah berani yang dipancarkan Ibrahim. Satu semangat dan keberanian untuk berkorban demi menegakkan kalimat Allah. Semangat yang menggerakkan para pejuang Islam untuk bertarung dan membisikkan Islam menjadi angin yang mengharu-biru dunia. Apakah kita benar-benar berkorban ketika Lebaran kian digerus maknanya menjadi sebuah ritual yang nihil makna? Ketika semangat Ismail menjadi cerita heroik yang hanya bisa dituturkan sebagai dongeng pengantar tidur bagi anak kecil. Bahwa dulu, pernah ada Ismail si gagah berani............
Pernahkah kita berpikir kalau Ibrahim adalah tokoh kunci dan menjadi mata rantai penting dari tiga agama besar dunia yaitu Islam, Kristen, dan Yahudi? Ibrahim menjadi titik temu dan pusat dari gerak transesnden ketiga agama itu dan meninggalkan jejak pada dinamika sosial hari ini. Ibrahim menjadi titik akhir yang dituju ketika hendak menelusuri ritus konflik manusia yang berbasis agama. SMS temanku itu benar-benar membuatku tersentak.
Search
Pengunjung Blog
...
Tentang Saya
blogger l researcher l communication practitioner l lecturer l teacher l IFP Fellow l ethnographer l anthropologist l academia l historian wanna be l citizen journalist l Unhas, UI, and Ohio Mafia l an amateur photographer l traveler l a prolific author l media specialist l political consultant l writerpreneur l social and cultural analyst l influencer l ghost writer l an avid reader l father l Kompasianer of the Year 2013 l The Best Citizen Reporter at Kompasiana 2013 l The 1st Winner of XL Awards 2014 l The 1st Winner of Indonesian Economic Essay Competition 2014 l
0 komentar:
Posting Komentar