ADA banyak hal yang terjadi sejak aku terakhir mengisi blog ini. Mulai dari pulang kampung dan bertemu mama dan ATun hingga ke Makassar dan bertemu Dwi. Aku rasa, pulang libur kali ini sangatlah mengasyikkan.
Saat berada di Buton, aku sempat merasakan bagaimana tantangan dalam melobi wali kota. Semuanya aku rencanakan dengan baik hingga akhirnya mendapatkan bantuan meskipun jumlahnya masih kurang memadai. Yang jelas, aku bisa membuktikan kalau aku masih bisa melobi.
Aku juga banyak membantu teman-teman mahasiswa Buton untuk menyusun sebuah buku yang berisikan bunga rampai pemikiran tentang daerahnya. Energinya begitu besar untuk merencanakan sesuatu yang lebih baik. Dan aku memberikan apresiasi yang dalam atas itu. Salut deh
Meskipun ide pembuatan buku itu sudah cukup lama, namun tema buku itu justru adalah hal yang sangat baru. Idenya muncul begitu saja. Saat berbincang dengan Wali Kota Bau-bau dan ditanya mau menulis tentang apa, aku menjawab secara spontan kalau kami mau menulis tentang Bau-bau: Past, Present, and Future.
Aku sangat terinspirasi tema simposium antropologi di Unhas pada tahun 2000 lalu. Temanya adalah Anthropolgy Toward Millenium" Sintesis Kelampauan, Kekinian, dan Keakanan.
Nah, tema ini akan menjadi fokus utama kami saat menulis tentang Buton. Nantinya, buku itu akan berisikan percikan pemikiran dari begitu banyak tokoh yang tertarik dan hendak mengetahui banyak hal tentang Buton.
Aku tak menyangka kalau Wali Kota Bau-bau justru merasa simpati dengan keberadaanku ketika melobi. Ia justru terkesima dan menilaiku sebagai salah satu aset daerah yang harus terselamatkan. Ia juga sangat mengagumi suasana belajar di kampus Universitas Indonesia (UI). Ia memang pernah diundang untuk membawakan materi di UI. Saat itulah, ia terjagum-kagum dan menganggap UI sangat ideal dan mewah untuk tempat belajar.
Nah, pada acara halal bihalal mahasiswa Bau-bau, ia minta agar dipanel dengan perwakilan mahasiswa Buton di berbagai kota. Saat itu, aku mewakili mahasiswa Jakarta. Di sebelahku, ada Yudi Masril (mewakili Yogyakarta), Danil (mewakili Bau-bau), serta seorang lagi yang mewakili Kendari.
Saat itu, aku berusaha untuk menyampaikan gagasan yang membuat wali kota terkesima. Saat aku menyodorkan proposal, ia lalu memintaku untuk datang membawa keesokan harinya. Intinya, ia bersedia memberikan bantuan. Akhirnya, misi pulang kampung bisa terpenuhi.
Search
Pengunjung Blog
...
Tentang Saya
blogger l researcher l communication practitioner l lecturer l teacher l IFP Fellow l ethnographer l anthropologist l academia l historian wanna be l citizen journalist l Unhas, UI, and Ohio Mafia l an amateur photographer l traveler l a prolific author l media specialist l political consultant l writerpreneur l social and cultural analyst l influencer l ghost writer l an avid reader l father l Kompasianer of the Year 2013 l The Best Citizen Reporter at Kompasiana 2013 l The 1st Winner of XL Awards 2014 l The 1st Winner of Indonesian Economic Essay Competition 2014 l
0 komentar:
Posting Komentar