Refleksi buat Syarif Amir

Seorang kakak bernama Syarif Amir pergi jauh ke Bandung. Seseorang yang begitu berarti di sini. Tak lelah mengajarkan makna dan ikhtiar menjadi jurnalis sejati. Tak bosan membangkitkan semangat untuk tetap berdiri tegak memandang matahari kehidupan dan belajar tidak silau.

Pernakah ia berpikir kalau kehadirannya dinantikan di sini? Pernahkah ia berpikir kalau hadirnya adalah berkah buat kami di sini?

Kantor Tribun seakan mati dan kehilangan getarnya. Menjadi kantor yang kehilangan geliat dan nuansa kebudayaan. syarif Amir menorehkan sesuatu yang berarti di sini. Satu jejak yang sedianya dirunut dengan hati-hati oleh Yusran, Ibe, Taufik, Kambie.

2 komentar:

Anonim mengatakan...

Banyak jg kakak-kakak lain yg selalu dirindukan.
Bagus bang, terutama bagi saya yg ketinggalan jauh.

Anonim mengatakan...

Banyak jg kakak-kakak lain yg selalu dirindukan.
Bagus bang, terutama bagi saya yg ketinggalan jauh.

Posting Komentar