Rahasia di Balik Ekonomi ISRAEL

ilustrasi


Ahli strategi perang era Cina kuno, Sun Tzu, pernah menulis: “Kenali dirimu, kenali lawanmu, kenali medan perangmu. Seribu kali kamu berperang, seribu kali kamu menang.” Melihat dinamika politik yang sedang terjadi di timur tengah, apakah kita mengenal dengan baik bagaimana sosok Israel?

Buku Start-Up Nation: The Story of Israel’s Economic Miracle membuka tabir tentang negeri yang banyak dimusuhi itu. Buku yang terbit tahun 2008, namun tetap relevan ini, mengurai banyak hal tentang Israel yang tidak banyak kita ketahui. Buku, yang disebut sebagai salah satu buku terbaik mengenai Israel ini sudah tersedia dalam bahasa Indonesia.

Kesan saya, buku ini berangkat dari satu premis penting yang pernah disampaikan Jared Diamond dalam bahasa berbeda. Bahwa bangsa-bangsa yang merasa dirinya terancam akan melakukan segala daya dan upaya agar ekonominya bangkit sehingga bisa mengatasi semua ancaman.

Kita bisa lihat pada beberapa bangsa, seperti Korea yang selalu terancam di tengah Jepang, serta raksasa Cina. Dipengaruhi oleh “rasa dendam sejarah”, Korea terus memacu ekonomi dan teknologinya demi berdiri sejajar dan mengalahkan Jepang.

BACA: Drama Korea, Soft Power, dan Imajinasi


Lihat pula Jepang. Setelah kekalahan telak pada perang dunia kedua, yang ditandai hancurnya Hiroshima dan Nagasaki, Jepang terus memperkuat ekonominya. Mereka melampiaskan dendam sejarah itu untuk menghadirkan keajaiban ekonomi. Berkat ekonomi yang kuat, mereka tak dipandang sebelah mata.

Taiwan pun demikian. Berada di bawah tekanan Cina, Taiwan memacu kekuatan inovasinya. Kini, menjadi salah satu negara yang teknologinya selangkah lebih maju.

Buku Start-Up Nation ini mnjelaskan banyak hal tentang Israel. Sejak era Babylonia dan Persia, bangsa Israel adalah budak. Penduduknya kemudian bersatu, membentuk kerajaan, setelah itu tercerai-berai kembali. Di era modern, orang Israel dikejar-kejar Hitler.

Sejak kelahirannya, negara yang warganya sering meratap, dikelilingi padang gurun ini sudah terkurung musuh dari berbagai penjuru. Namun, mereka unggul dalam semua jenis teknologi. Dari hal primer seperti pertanian dan peternakan sampai pada teknologi perangkat lunak, telekomunikasi dan senjata perang. 

Saya menemukan tiga fakta menarik di buku ini. Pertama, Israel adalah negara dengan rasio tertinggi lulusan universitas. Penduduknya mayoritas alumni universitas. Kedua, inilah negara yang memiliki Start-Up terbanyak di dunia. Ketiga, negara ini memiliki jumlah perusahaan terbanyak di banding gabungan seluruh negara Eropa yang masuk dalam list Nasdaq, serta berbagai bursa saham dunia lainnya.


Buku Start-Up Nation ini hendak menjawab pertanyaan, mengapa negara yang wilayahnya kecil, tanpa sumber daya alam, serta dibenci banyak negara, bisa melahirkan kultur inovasi dan Start-Up terbesar di dunia setelah Amerika Serikat.

Mari kita lihat beberapa fakta. Di tahun 2008, ketika buku ini ditulis, Israel telah memiliki 3.850 Start-Up. Artinya, ada 1 Start-Up di setiap 1.844 penduduk. Di tahun itu, investasi modal ventura per kapita di Israel sudah 2,5 kali lipat lebih besar dari Amerika Serikat, 30 kali lebih besar dari Eropa, 80 kali lebih besar dari China, dan 350 kali lipat dari India. 

Memang, ada banyak perang yang dihadapi Israel. Tapi tidak lantas membuat ekonominya terpuruk. Ekonomi Israel tumbuh dua kali lipat, meskipun tiga kali menghadapi perang. Situasi ini tidak ada bandingannya dalam sejarah ekonomi dunia. 

Pengusaha besar berbondong masuk Israel. Warren Buffet menginvestasikan uangnya senilai USD 4,5 miliar pada perusahaan mesin peralatan.  Intel mendirikan pabrik senilai USD 3,5 miliar. Google dan Microsoft mengucurkan dana yang cukup besar dalam membangun kerajaannya di negara yang sama. Banyak inovasi Google lahir di Israel.

Israel kini menjadi pusat riset dan inovasi hi-tech dunia, dan menjadi eksportir paten yang unggul. Israel unggul dalam komputer, baik itu software dan hardware, hingga teknologi kedokteran dan farmasi. Israel dikenal dunia karena inovasinya. Anda tahu flash drive? Itu pertama dibuat di Israel. Demikian pula dengan instant messaging dan shopping.com pertama dibuat di negara itu. 

Di bidang militer, Israel Defense Force (IDF) merupakan salah satu angkatan perang terbaik dengan taktik dan persenjataan termodern di dunia. Bagi orang Israel, memasuki IDF hampir setara dengan masuk perguruan tinggi bergengsi seperti Harvard, Princeton atau Yale. 

Di National Geographic Channel, ada acara Future Weapons yang membahas teknologi persenjataan tercanggih dunia. Bisa ditebak, mayoritas senjata yang dibahas di acara ini berasal dari Israel. 

Uniknya, sebagian besar dari pengusaha rintisan maupun pengelola bisnis modal ventura untuk rintisan merupakan alumni IDF baik tentara aktif maupun tentara cadangan. Orang-orang ini seperti dipacu dengan disiplin, ketegasan, kemampuan bertahan, melihat peluang, memanfaatkan jejaring  dan mengambil keputusan dalam berbisnis, layaknya di medan perang. 

BACA: Doreamon, Imajinasi, dan Rasa Lapar Teknologi


Tak hanya itu, sektor pertanian Israel menjadi salah satu model pertanian termaju dunia, dengan penerapan smart-farming serta campur tangan teknologi yang tinggi dalam memaksimalkan keterbatasan sumber daya alamnya. Ketiadaan air  dan lahan berupa gurun pasir bukan menjadi kendala dalam memajukan pertanian di negeri itu. 

Orang Israel bisa menaklukkan padang gurun. Netafim berdiri tahun 1965, merupakan perusahaan penemu teknologi irigasi tetes (drip irrigation), sistem pertanian yang meningkatkan panen sampai 50% dengan penghematan air sampai dengan 40%. 

Teknologi ini membuat Netafim beroperasi di 110 negara dunia termasuk di negara-negara yang “agak” memusuhinya. Netafim sendiri hadir melalui kegemaran orang Israel “mencari masalah” dari hambatan-hambatan yang mereka miliki dalam memperoleh air di padang gurun yang keras dan kering.


Apa Rahasianya? 

Saya tertarik dengan argumen penulis buku, yang kini tersedia gratis di internet. Rahasia kemajuan pesat di bidang bisnis dan teknologi itu bukan pada spirit bangsa Yahudi. 

Rahasianya ada chutzpah, semacam mindset atau nilai-nilai yang diterapkan manusia Israel. Chutzpah bisa pula disebut sebagai mentalitas untuk terus mempertanyakan apa yang ada, menyampaikan pandangan berbeda, serta berani memprotes.

Chutzpah bermakna empedu, saraf tembaga, nyali yang luar biasa, kelancangan dan keangkuhan. Karakter chutzpah itu bisa ditemukan di mana-mana. Mulai dari cara mahasiswa mendebat dosennya, para staf yang berani berbeda dengan bosnya, bahkan pada keberanian seorang sersan mendebat jenderalnya. 

Orang luar menganggap sikap semacam itu adalah sikap arogan. Namun bagi orang Israel, hal itu dianggap wajar dan normal. Justru kondisi itu menjadi pencetus kultur inovasi yang nyata. Ketegasan dan keberanian adalah cerminan dari rasa ketakutan akan kegagalan, yang kerap membuktikan jauh lebih powerful ketimbang harapan akan keberhasilan. 

Orang Israel membawa chutzpah itu ke dunia bisnis, sehingga mereka terus berinovasi dan anti kemapanan. Mereka membuat banyak start-up, menguasai ekonomi dunia, lalu perlahan memperkuat armada perang dan militernya. Rasa tidak puas itu menjadi darah segar bagi tumbuhnya kultur inovasi.

Saya tertarik sebab kuncinya ada pada karakter budaya yang ditanamkan sejak usia dini. Ini pula yang menjelaskan, mengapa tidak banyak jenderal di militer Israel, sebab seorang kopral dan sersan pun bisa mengambil sikap dan membantah jenderalnya. 


Saya ingat tuturan Joseph Nye, akademisi Harvard mengenai pentingnya soft power, kekuatan budaya. Di negeri-negeri yang ekonominya kuat, kita menemukan soft power itu. Saya ingat Ikigai, mindset unggul bangsa Jepang, yang membuat mereka sejak dini termotivasi untuk punya karakter juara. Di Korea, ada pula Nunchi, yang ditulis Euny Hong sebagai budaya kerja keras di negeri yang banyak memproduksi drakor itu. 

Salah satu ungkapan terbaik Simon Peres, pemimpin Israel, menjelaskan sisi terdalam bangsa Israel, “Kontribusi terbesar orang Yahudi dalam sejarah adalah ketidak-puasan yang lahir dari campuran patriotisme, dorongan dan kesadaran akan kelangkaan, musuh, keingintahuan dan keresahan para pendirinya.”


Bagaimana Mengalahkan Israel?

Hari ini Timur Tengah sedang bergejolak. Perang rudal sedang terjadi. Perlawanan pada Israel bergema di mana-mana. Ada yang menilai itu perang agama sembari mengutip banyak teks kitab suci. Namun, banyak kalangan yang menilai itu semata konflik politik yang bermula dari arogansi Israel untuk mencaplok lahan.

Dari sisi politik, Israel adalah negara yang menindas Palestina, serta mengklaim wilayah itu. Perlawanan pada Israel adalah perlawanan pada kolonialisme yang menjajah bangsa lain. Rakyat Palestina berhak hidup damai, dalam satu negara berdaulat serta melindungi mereka dari pencaplokan bangsa lain.  Untuk itu, kecaman pada kekejaman Israel mesti terus digaungkan.

Namun, untuk mengalahkan Israel, sekadar propaganda agama tidak cukup. Kalahkan dia pada lini yang dia kuasai, yakni sains dan teknologi. Sebab inovasi pada sains selalu berbanding lurus dengan keunggulan satu bangsa, yang kemudian meninggikan nilai tawar bangsa itu dalam konteks internasional.

Dalam ekonomi padat pengetahuan, kekuatan hard power dan soft power satu negara sama pentingnya. Kemajuan militer selalu ditopang oleh kemajuan ekonomi dan penguasaan pada sains dan teknologi, juga budaya unggul yang menjadi DNA dari semua inovasi.

Saatnya kita perkuat pendidikan, perbaiki kualitas sumber daya manusia sehingga bisa memberi kontribusi pada perbaikan ekonomi bangsa. Terpenting adalah bangun ekonomi yang kuat dan kokoh sehingga tercipta kemandirian dan kedaulatan bangsa.

Namun, bagaimana mungkin hendak mengalahkan Israel, jika secara politik kita hanya berani mengutuk dari kejauhan? Bagaimana mungkin mengalahkan teknologi mereka saat sebagian warga kita masih percaya pada babi ngepet? 

Yah, PR kita masih banyak. Namun kita harus terus bergerak.



6 komentar:

Agus Khairi mengatakan...

Mantap

Agus Khairi mengatakan...

Mantap

Agus Khairi mengatakan...

Mantap

Jejak Coretan mengatakan...

Provisiat buat penulis

MYT || Literasi Inspirasi mengatakan...

Good ...mabtap... thanks for share

Unknown mengatakan...

keren tuliaannya....ayo kita sinergi dengan negara2 yang lebih maju demi generasi yad

Posting Komentar