Di Era Jokowi, Indonesia Raih Prestasi Terbaik di Asian Games Sejak Tahun 1962



DI era Presiden Joko Widodo, Indonesia meraih prestasi terbaik di level kompetisi olahraga Asian Games sejak tahun 1962. Di hari ketujuh penyelenggaraan pesta olahraga paling besar setelah Olimpiade itu, Indonesia telah meraih 10 medali emas, 12 perak, dan 16 perunggu. Hebat!

Prestasi terbaik Indonesia di ajang ini adalah ketika menjadi tuan rumah Asian Games pada tahun 1962 di Jakarta, pada masa pemerintahan Presiden Sukarno. Selanjutnya, Indonesia meraih prestasi terbaik pada tahun 1978 ketika mendapatkan delapan emas.

Di luar itu jumlah emas yang diraih Indonesia di ajang Asian Games selalu di bawahnya. Boleh jadi, ini ada kaitannya dengan posisi Indonesia sebagai tuan rumah. Sebab dukungan penonton menjadi energi besar yang mempengaruhi mental para atlet.

Anehnya, di arena SEA Games, yang level kompetisinya di bawah Asian Games, Indonesia malah hanya berkutat di peringkat keempat dan kelima.

Tahun 2018 ini menjadi titik balik bagi olahraga Indonesia. Sejak pembukaan Asian Games yang menghebohkan dunia, prestasi Indonesia juga ikut terkerek. Banyak teman saya yang datang dari daerah ke Jakarta dan Palembang dengan tujuan untuk menyaksikan pertandingan Asian Games.

Tak hanya itu, ketika tim Indonesia bertanding, banyak orang standby di depan televisi dan menyatakan dukungan melalui media sosial.

Euforia dahsyat seperti ini pernah terjadi pada masa Orde Baru. Pada masa itu, olahraga Indonesia mencapai titik tertinggi di Asia Tenggara. Setiap SEA Games, Indonesia selalu mencatat prestasi sebagai juara pertama.

Bahkan beberapa atlet menjadi buah bibir masyarakat setiap kali bertanding. Beberapa nama yang masih saya ingat adalah Richard Sambera (renang), Mardi Lestari (atletik), Nanda Telambanua (angkat berat), ataupun Loudry Maspaitella (voli).

Tapi setelah reformasi, olahraga kita terpuruk. Banyak orang yang tidak ingin menjadi atlet sebab dianggap tidak prospek. Kompetisi usia dini di berbagai cabang olahraga juga mandek. Bahkan kita nyaris tidak mengenal satu pun nama olahragawan.

Kondisinya sungguh berbeda dengan masa Orde Baru di mana olahraga menjadi sesuatu yang memasyarakat. Banyak atlet yang jadi idola dan panutan. Secara perlahan kejayaan itu kembali. Betapa menyenangkannya melihat media sosial dipenuhi ucapan kagum ataupun dukungan pada atlit Indonesia.

Barusan saya melihat seorang teman yang membuat postingan kagum pada atlet bernama Aprilia Mangangang. Saya sempat googling siapa Aprilia Manganang. Ternyata dia seorang atlet voli yang perawakannya seperti laki-laki, dan beberapa kali diprotes tim lawan yang meminta agar dia menjalani tes gender.

Sabtu malam, saya memantau media sosial, banyak orang yang mengelu-elukan Lalu Muhammad Zohri yang baru saja menang pada tahap awal untuk final lomba lari. Ada seorang kawan yang secara sukarela membagikan video Zohri saat berlari yang disebutnya secepat kuda.

Ada juga kawan yang memosting foto Jonathan Christie. Bahkan seorang anggota DPR di satu wilayah tidak henti-hentinya memasang postingan yang isinya dukungan pada atlet asal daerahnya di Asian Games.

Kemarin, saya tersentak kagum saat mengetahui tenis ganda campuran Indonesia sukses meraih emas. Seorang teman di Facebook bahkan memajang foto Aldila Sutjiadi, salah seorang petenis yang meraih emas. Selama 16 tahun, Indonesia tidak pernah mencatat prestasi bergengsi itu. Suasana seperti ini sudah lama hilang dari perbincangan masyarakat Indonesia.

Euforia sebagai tuan rumah telah membuat prestasi kita kembali bangkit demi membuat seluruh rakyat Indonesia kagum. Beberapa cabang olahraga pun membuat kejutan dengan meraih emas. Di antaranya adalah balap sepeda, taekwondo, wushu, dayung hingga tenis.

Diperkirakan medali emas Indonesia masih akan terus bertambah sebab beberapa cabang unggulan masih akan dipertandingkan.

Pertanyaan yang muncul, mengapa prestasi olahraga Indonesia melejit sekarang? Mengapa di era-era sebelumnya prestasi itu seakan tenggelam?

Saya coba mengontak beberapa teman atlet. Saya menyimpulkan ada beberapa hal yang menyebabkan prestasi itu melejit sekarang.

Pertama, dukungan pemerintah. Di era Presiden Jokowi, pemerintah terlihat mendukung penuh perjuangan semua atlet. Presiden Jokowi tidak hanya tampil memukau di acara pembukaan olahraga itu, tapi juga hadir dalam beberapa pertandingan penting. Jokowi hadir saat atlet Defia Rosmaniar meraih emas untuk taekwondo.

Dia juga ada saat Lindswell Kwok memenangkan emas untuk wushu. Dia juga hadir saat Eko Yuli Irawan mendapat emas di cabang angkat besi. Bahkan Jokowi menonton pertandingan renang, sepakbola, hingga beberapa pertandingan lainnya.

Kehadiran Jokowi menunjukkan dukungan pemerintah yang sangat besar. Atlet merasa tidak sendirian. Atlet akan mengerahkan kemampuan terbaiknya sebab penampilannya disaksikan oleh seorang kepala negara.

Kedua, bonus. Beberapa orang yang saya tanyai mengakui bonus besar dari pemerintah menjadi motivasi besar. Pemerintah menjanjikan bonus sebesar 1,5 miliar jika atlet berhasil mendapatkan emas.

Tak hanya itu, disiapkan pula bonus berupa uang tambahan, rumah, diterima sebagai pegawai ataupun anggota TNI, serta bonus dari kepala daerah. Atlet taekwondo Defia Rosmaniar juga mendapat hadiah apartemen dari Walikota Bogor.

Soal bonus ini membuat iri media di Malaysia. Media itu memuat laporan tentang Indonesia dan Filipina yang memberikan bonus besar bagi pemainnya yang sukses mendapatkan emas. Sementara atlet Malaysia yang meraih emas hanya mendapatkan hadiah sebesar 280 juta rupiah. Tapi masih lebih tinggi Hong Kong yang memberi bonus hingga 3,5 miliar rupiah.

Ketiga, dukungan masyarakat. Harus diakui, gegap gempita stadion serta pernyataan dukungan dari banyak pihak adalah energi besar bagi atlet untuk meraih prestasi terbaik.

Dukungan masyarakat yang besar berupa kedatangan mereka ke stadion untuk menyaksikan lomba telah memompa semangat para atlet untuk memberi prestasi terbaik. Mereka termotivasi untuk memberikan yang terbaik.

Terlepas dari itu semua, kita sepantasnya berbangga atas prestasi olahraga kita saat ini. Berkat olahraga, semua rakyat Indonesia bisa bersatu dan memberikan dukungan secara penuh pada atlet.

Berkat olahraga, semua anak bangsa sejenak melupakan debat soal politik dan fokus mendukung anak bangsa. Tak ada lagi yang mempertanyakan agama dan etnis seorang atlet. Tak ada yang menyoal keyakinan seorang atlet sebab mereka sedang membela kehormatan kita semua di hadapan bangsa lain.

Berkat olahraga, kita menemukan kebanggaan sebagai anak bangsa, khususnya saat lagu kebangsaan Indonesia Raya dikumandangkan di podium. Ada rasa bahagia yang sukar dijejalkan dalam kata.

Ada rasa haru melihat merah putih berkibar. Ada rasa bangga melihat atlet berlaga dengan penuh semangat dan antusiasme sebab merasakan dukungan gemuruh dari seluruh rakyat.

Itulah Indonesia, tanah air yang selalu kita banggakan, yang kita harapkan akan selalu dipuja-puja bangsa.(*)


CATATAN:

Tulisan ini dimuat di Okami,id pada Minggu, 26 Agustus 2018. Tautannya DI SINI.



0 komentar:

Posting Komentar