Iko Uwais Harumkan Silat Indonesia ke Pentas Dunia




NAMA Indonesia kian bergema di jagat hiburan dunia. Sebuah film yang dibintangi aktor Indonesia, Iko Uwais, resmi diputar di Amerika Serikat. Film yang juga dibintangi aktor papan atas yakni Mark Wahlberg ini menjadi panggung bagi aktor Indonesia itu serta bela diri pencak silat yang semakin dikenal dunia. Sepatutnya kita bangga.

Film itu berjudul Mile 22. Gala Premiere film ini telah dilaksanakan di Los Angeles, pada 10 Agustus 2018 lalu. Dalam acara megah itu, Iko Uwais datang bersama para bintang film itu. Selain Mark Wahlberg, ada juga nama-nama seperti  Lauren Cohan, pegulat Rounda Rousey, dan juga diva Korean Pop yang mantan anggota girlband 2NE1 Lee Chae Rin alias CL. 

Film ini adalah film Hollywood keempat yang dibintangi Iko Uwais. Sebelumnya, dia membintangi film Man of Tai Chi bersama Keanu Reeves, Star Wars: The Force Awakens, dan Beyond Skyline. Kebanyakan peran Iko hanya sebagai figuran yang tampil beberapa saat dalam film.  Tapi dalam Mile 22, dia menjadi aktor utama bersama Mark Wahlberg. 

Film ini mengisahkan sekelompok agen CIA yang harus memboyong 'tawanan' berharga mereka sejauh 22 mil. Tawanan ini adalah Iko Uwais yang berperan sebagai Li Noor, yang disebut-sebut menyimpan informasi krusial dan mematikan. 

Diproduksi oleh STX Entertainment, rumah produksi yang sudah mencetak kesuksesan dengan film-film seperti Bad Moms, Free State of Jones, Molly's Game, dan Den of Thieves. Untuk Mile 22, studio ini dikabarkan mengeluarkan biaya produksi sebanyak US$ 35 juta atau setara dengan Rp 504 miliar. 

Permainan Iko termasuk ditunggu semua orang. Saat Gala Premiere, rekaman vidio yang beredar di Twitter menunjukkan betapa banyak bule yang antre untuk mendapatkan tandatangan Iko. Bahkan Iko lebih populer ketimbang Lee Chae Rin, seorang diva atau personel girlband papan atas Korea.

Demikian pula saat sesi foto. Hampir semua orang yang hadir meminta Iko berpose dengan memperagakan gerakan silat. Iko melayani semua permintaan. Ia merentangkan kaki dan mengeluarkan jurus demi memanjakan para fotografer. Tak berhenti di situ, saat wawancara dia memperkenalkan silat kepada publik hiburan dunia.

“Style bela diri saya adalah pencak silat, Ini adalah bela diri yang merupakan tradisi di Indonesia. Saya ingin melakukan kolaborasi antara silat ala Indonesia dengan martial arts ala Hollywood,” katanya saat wawancara.

Mark Wahlberg memuji Iko sebagai bintang laga hebat dari Indonesia. “Iko adalah seorang aktor hebat. Dia membintangi The Raid, sebuah film yang menjadi standar bagi banyak film laga di Amerika,” kata Wahlberg dalam wawancara untuk behind the scene film Mile 22.

Iko perlahan menjadi ikon bela diri Indonesia di level dunia. Sebelumnya, ia menjadi aktor dalam film genre silat yakni The Raid 1 dan The Raid 2, film yang mengejutkan banyak warga dunia. Adegan pertarungan di film itu dianggap menampilkan seni yang brutal, tapi amat mematikan sehingga koreografinya indah dipandang.

BACA: Pusaka Kerambit dalam The Raid 2

Gara-gara film The Raid yang disutradarai Gareth Evans, silat menjadi bela diri yang ingin dieksplorasi film Hollywood. Sampai-sampai, banyak rumah produksi yang hendak memproduksi film laga memajang pengumuman yang isinya dicari orang-orang dengan kemampuan silat. Tak cuma itu, beberapa aktor silat diundang ke Hollywood untuk menjadi koreografer adegan laga di film, serta memberikan pelajaran silat bagi orang Amerika.

Di antara aktor itu, ada nama Yayan Ruhiyan dan Cecep Arif Rahman. Dua nama ini ikut bermain dalam film The Raid yang dibintangi Iko. Mereka telah mengenalkan silat ke panggung dunia, sehingga menjadi bela diri yang membuat banyak orang Amerika penasaran.

Saya ingat tahun 2011, saat saya mendapat kesempatan ke Pittsburgh, Amerika Serikat, dan bertemu Michael, warga Amerika yang mendalami silat. Mulanya dia menyaksikan atraksi silat dan langsung terkesima melihat gerakan-gerakan yang dikiranya kungfu sebab berasal dari Asia. Setelah mengetahui bahwa beladiri yang ditampilkan bukan kungfu, ia makin penasaran. “Sungguh menakjubkan. Saya kagum dengan gerak serta jurus mematikan dari bela diri itu. Seni bela diri ini telah menggemparkan Pittsburgh.“

Di Amerika, beberapa perguruan silat telah lama didirikan. Di antaranya adalah Padepokan Silat Al Azhar, yang bermarkas di Washington. Padepokan ini berdiri sejak tahun 1970 di Masjid Al Azhar oleh Muhammad Sufiyono dan Djauharul Abidin Bakir. Nama Al Azhar sendiri diperkenalkan oleh ulama legendaris Buya Hamka. Selanjutnya, Muhammad Sufiyono lalu memopulerkan silat hingga membuka cabang di banyak negara seperti Amerika Serikat (AS), Australia, Jerman, dan Afrika Selatan.

Di Washington, padepokan ini telah melahirkan beberapa pesilat yang kemudian sering mewakili Amerika Serikat (AS) pada beberapa kejuaraan dunia pencak silat.  Di antara pesilat itu, ada nama Abdul Malik Ahmad yang beberapa kali mewakili AS. Kini, ia berprofesi sebagai pelatih. 

Pria berusia 35 tahun ini mengenal pencak silat sejak usia 15 tahun. Ia diperkenalkan dengan bela diri ini saat berada di masjid di Washington. Setelah coba menjalani, ia langsung jatuh cinta dan memutuskan untuk menjadi pesilat. Mengapa tertarik dengan pencak silat? “Sebab silat memandu kita pada banyak hal. Ada sisi olahraga, namun ada juga sisi spiritual. Silat juga punya banyak senjata. Anda tak akan pernah bosan belajar silat. Selalu ada hal yang baru di situ.”

Satu hal penting, bela diri silat adalah warisan Indonesia yang kini mendunia. Di tambah lagi, bela diri ini tampil dalam beberapa film laga terkenal yang dibintangi Iko Uwais. Silat Indonesia kian mendunia dan menghadirkan kebanggaan bagi seluruh bangsa Indonesia.

Tanggung jawab besar berikutnya adalah bagaimana merawat tradisi ini sehingga tetap dicintai seluruh anak negeri. Jangan sampai, silat berkembang di luar negeri, tapi justru mati di dalam negeri. Ini menjadi tantangan bersama.



1 komentar:

Sahrul mengatakan...

Kapasitas beliau memang sdh tidak diragukan lagi. Sejak awal merintis karirpun diawali dgn film laga

Posting Komentar