Belajar dari Elang




Di banyak tempat, elang adalah contoh burung yang dianggap paling kuat, perkasa, dan penguasa langit. Dari kejauhan, dia bisa melihat mangsa, kemudian mendekat dan mencaplok. Siapa sangka, pada diri elang, ada banyak pelajaran berharga bagi kita manusia. 

Pada umur 40 tahun, elang mulai menua. Cakarnya mulai rapuh. Paruhnya panjang dan bengkok hinga hampir menyentuh dadanya. Sayapnya juga berat karena bulu telah tumbuh dengan tebal. Dia kesulitan terbang. Dia raja langit yang tidak berdaya.

Elang lalu terbang ke puncak gunung dan bikin sarang di tepi jurang. Dia akan tinggal di sana selama berbulan-bulan dan bersiap melakukan perubahan. Dia mulai mematuk-matuk paruhnya pada batu hingga terlepas. Dia menunggu lama agar paruh baru tumbuh.

Dengan paruh baru, dia mulai mencabut semua cakarnya satu per satu. Setelah itu dia berdiam lagi sampai cakar baru tumbuh. Saat cakar tumbuh, dia mulai mencabuti semua bulu, lalu menunggu hingga bulu baru tumbuh. 

Dengan paruh, cakar, dan bulu yang baru, dia siap menjalani kehidupan baru selama 30 tahun berikutnya. Dia menjadi figure baru yang muda dan lebih kuat, serta berpengalaman.

Kawan yang baik. Pada elang itu, ada banyak pelajaran berharga. Jika elang itu hanya hidup di zona nyaman, dia akan berakhir pada usia 40 tahun. Tapi dia berani keluar dari zona nyaman. Sengaja menyepi di gunung, kemudian memilih zona tidak nyaman. Dia mengasah dirinya. Dia berpuasa. Dia menahan sakit, agar dirinya bisa menuai hasil yakni hidup lebih lama.

Kehidupan juga demikian. Jika kita tidak berani dan lebih suka jalur nyaman, maka kita bisa tenggelam dan lenyap oleh persaingan. Tapi jika kita berani keluar dari zona nyaman demi proses melatih diri, maka kehidupan akan jauh lebih membahagiakan.

Kawan yang baik, apakah anda berani keluar zona nyaman itu?




0 komentar:

Posting Komentar