MESKIPUN Kahar, lelaki asal Pulau Kodingareng, Makassar, tidak pernah mengenyam bangku pendidikan formal, ia sanggup mengelola desalinator air laut yang merupakan bantuan pemerintah. Pada dirinya terdapat kisah tentang semangat untuk terus belajar serta membangun jaringan dengan masyarakat. Inilah kisah tentang hal-hal baik dari program pendampingan masyarakat. Siapa bilang masyarakat kita bodoh?
***
LELAKI itu memperlihatkan sebuah buku yang
kertasnya agak kumal. Di situ, terdapat tulisan nama beberapa warga desa, serta
tabel-tabel. Katanya, tabel itu berisikan nama-nama mereka yang mengambil air
galon. Ia menyusun pembukuan, mencatat semua pengeluaran, lalu menghitung
keuntungan bulanan.
Lelaki itu bernama Kahar. Ia bekerja
sebagai salah seorang pengelola sarana desalinator air laut di Pulau
Kodingareng, Makassar. Katanya, sejak alat itu dioperasikan, ia mencatat dengan
rapi semua transaksi pembelian air. Bahkan, ia juga masih menyimpan catatan
ketika alat desalinator pertama kali difungsikan di pulau kecil yang
didiaminya.
Mulanya kami tak percaya. Ia lalu masuk
rumah, lalu keluar sambil membawa tumpukan kertas kumal. Ia tersenyum saat
menunjukkan transaksi yang terjadi, serta ke mana saja sisa uang dibelanjakan.
Kertas-kertas kumal itu masih bisa dibaca dengan jelas. Di situ tertera tulisan
“air galon ketika dijual di tempat.” Maksudnya, siapa saja bisa membeli air
galon di dekat desalinator. Tulisannya adalah tulisan bersambung yang amat
mudah dibaca. Ia mencatat siapa saja yang melakukan transaksi pada hari
tertentu. Catatan itu menjadi jejak sejarah tentang proses belanja pada satu
masa.
Berkat catatan kumal itu, ia bisa
mempertanggungjawabkan proses pembelian sebuah sepeda motor yang kemudian
berguna untuk mengantarkan galon ke seantero pulau. Wawasan bisnisnya cukup
baik. Ia sudah bisa memperkirakan seberapa banyak keuntungan yang didapatkan
selama setahun.
“Saya
sudah bisa perkirakan berapa galon yang habis dalam satu hari. Makanya, saya
sudah bisa hitung berapa keuntungan bulanan,” katanya ketika ditanya tentang
prediksi keuntungan.
Uniknya, ia tidak pernah mendapatkan
pendidikan akutansi atau pengelolaan keuangan. Sekolahnya hanya sampai level
sekolah menengah di pulau itu. Akan tetapi ia bisa mengelola alat desalinator,
yang anggotanya puluhan orang. Ia belajar keuangan, tanpa belajar ilmu keuangan
di sekolah formal. Ia punya kapasitas memimpin, walaupun ia tidak belajar
khusus tentang ilmu kepemimpinan.
Selalu saja ada banyak hal mencengangkan
ketika di lapangan. Mereka yang dihinggapi bias kota akan menganggap bahwa
orang-orang desa ataupun orang-orang pulau tak memahami bagaimana membangun
sistem keuangan dan perencanaan. Akan tetapi, Kahar menunjukkan bahwa kerapihan
sistem keuangan adalah bagian dari habit yang bisa diasah dan dikembangkan.
Buktinya, ia bisa menata keuangan dengan sangat rapi.
***
Kahar menjalin relasi dengan banyak pihak.
Di level komunitas, ia menggerakkan kelompok masyarakat dan senantiasa
berhubungan dengan para pengelola Destructive Fishing Watch (DFW), pendamping,
dan pemerintah. Ia bertanggungjawab atas pengelolaan sarana dan prasarana di
pulau kecil yang dimaksudkan untuk menjamin kesejahteraan masyarakat. Terkait
hal itu, ia mebangun konsep perencanaan dan pemanfaatan sarana dan prasarana
secara berkelanjutan. Perencanaan yang dimaksud adalah proses yang sistematis
dalam pengambilan keputusan tentang tindakan yang akan dilakukan saat proses
tersebut dilakukan dan memberi manfaat pada waktu yang akan datang.
Catatan yang dibuat Kahar |
Sehubungan dengan aktifitas pendampingan
fasilitator sarana dan prasarana di beberapa pulau pulau kecil maka konsep
pengelolaan dimaksud yaitu sedapat mungkin melakukan fasilitasi mulai dari
tahap perencanaan (action plan)
sampai pada tahap implementasi pelaksanaan dan pasca pendampingan dilakukan.
Makanya, pengelolaan sarana dan prasarana mengakomodir dan mengedepankan
kepentingan masyarakat sebagai penerima manfaat program efektifitas sarana dan
prasarana di pulau pulau kecil berbasis masyarakat.
Makanya,
proses dan pelibatan masyarakat adalah merupakan kunci dalam setiap
tahapan pengelolan sarana dan prasarana mengingat kegiatan pemikiran, ide-ide
dan perumusan tindakan-tindakan dapat memberikan manfaat di masa yang akan
datang, baik berkaitan dengan kegiatan-kegiatan operasional dalam pengadaan,
pengelolaan, penggunaan, pengorganisasian, maupun pengendalian sarana dan
prasarana.
Pengelolaan dan pemeliharaan sarana dan
prasarana di pulau kecil merupakan bagian dari fungsi manajemen yang harus
dilaksanakan oleh kelompok pengelola bersama sama pemerintah daerah setempat.
Berkaitan dengan hal itu, maka dalam proses pengelolaan diperlukan adanya
kontrol yang baik dan menyeluruh.
Pengelolaan berbasis masyarakat itu
merupakan upaya untuk menjawab kebutuhan infrastruktur dasar di pulau kecil.
Dengan demikian, pengelolaan itu diharapkan bisa memberikan jawaban atas
persoalan yang dihadapi seperti minimnya sarana air bersih, sanitasi yang buruk
dan permasalahan lainnya. Pemeliharaan terhadap sarana dan prasarana air bersih
dan minawisata merupakan aktivitas yang harus dijalankan untuk menjaga
agar kondisi peralatan tetap terawat sehingga pemanfaatannya dapat
berkelanjutan dan kebutuhan dasar di pulau pulau kecil secara bertahap dapat
terpenuhi dengan memberikan contoh dan implementasi pengelolaan yang baik,
termanfaatkan dan berkelanjutan.
Tujuan pengelolaan sarana dan prasarana
itu sendiri adalah; (1) meningkatkan jumlah penerima manfaat dari adanya sarana
dan prasarana di pulau pulau kecil melalui desalinasi air dan minawisata, (2)
menciptakan dan mengidentifikasi usaha ekonomi produktif di pulau pulau kecil
dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat pemanfaat setelah adanya
sarana dan prasarana, (3) menciptakan kemandirian ditingkat masyarakat
khususnya kelompok pengelola yang diberi mandat oleh masyarakat dalam
pengelolaan dan pemanfaatan sarana dan prasarana, (4) menciptakan peluang dan
kerjasama kemitraan kelompok pengelola dengan berbagai pihak dalam mendukung
usaha ekonomi produktif di pulau pulau kecil dan (5) menciptakan kemandirian
kelompok pengelola dalam melakukan kontrol terhadap administrasi organisasi,
pembukuan dan teknis terhadap sarana dan prasarana desalinasi dan minawisata.
***
KISAH Kahar yang sukses sebagai pengelola
bisa mendatangkan banyak inspirasi. Namun, setiap kali ditanya tentang kisah
suksesnya, ia selalu mengelak. Baginya, apa yang didapatnya adalah buah dari
kerja keras semua anggotanya. Sebagaimana dikatakannya, sarana dan prasarana di Kota Makassar
khususnya desalinator air bersih di Pulau Kodingareng Lompo dan Minawisata di
Pulau Samalona sangat dirasakan manfaatnya bagi masyarakat setempat termasuk
pulau-pulau di sekitarnya.
Kahar di Pulau Kodingareng |
Fasilitator di Makassar mengakui kalau
selama kegiatan pendampingan dilaksanakan dalam kurun waktu periode Februari –
September 2014 kelompok pengelola sudah terbentuk sebelumnya dan telah
ditetapkan melalui SK Dinas Kelautan Kota Makassar. Fokus utama fasilitator di
awal kegiatan pendampingan adalah melakukan penguatan kelompok yang telah
dibentuk tersebut. Hal ini dilakukan dan dirasakan sangat perlu mengingat dalam
aspek pengelolaan terkait sarana dan prasarana yang telah tersedia bisa
difungsikan secara maksimal, manfaatnya dirasakan oleh masyarakat secara baik,
peran dan fungsi anggota kelompok masyarakat pengelola berjalan efisien dan
efektif, serta terpeliharanya sarana dan prasarana sehingga pemanfaatannya
dapat berkelanjutan.
Merujuk pada tugas utama tersebut maka
aspek kelembagaan kelompok masyarakat menjadi hal yang mutlak dalam
mengefektifkan sarana dan prasarana berbasis masyarakat dipulau pulau kecil.
Untuk itu peran kelompok masyarakat pengelola dalam melakukan pengelolaan
terhadap sarana dan prasarana desalinasi air bersih dan minawisata yang telah
disediakan oleh pemerintah pusat sedapat mungkin dapat dimanfaatkan secara
maksimal dan seefisien mungkin sehingga membawa manfaat bagi masyarakat.
Kahar bercerita singkat tentang beberapa
keberhasilan pendampingan di Pulau Kodingareng Lompo. Pertama, adanya
pembarahuan laporan pembukuan kelompok desalinasi yang dapat di pantau secara
periodik serta terciptanya kontrol yang baku. Ia telah menunjukkan keberhasilan
itu melalui pembukuan yang rapi dan teratur.
Kedua, adanya petunjuk yang real terkait
laporan pembukuan kelompok terhadap pengelolaan sarana dan prasarana baik dari
aspek produksi air maupun hasil penjualan dan operasional yang nantinya dapat
di pertanggung jawabkan oleh kelompok pengelola dan pemerintah desa/ kelurahan.
Aspek akuntabilitas ini bisa dipenuhi seiring dengan rapinya administrasi.
Ketiga, terealisasinya laporan kelompok
pengelola desalinasi air ke Dinas Kelautan Kota Makassar sebagi bentuk kontrol
pengawasan dan asistensi bagi dinas kelautan kota makassar untuk melakukan
evaluasi serta mengetahui perkembangan program air bersih di Pulau Kodingareng
Lompo. “Kami secara rutin melaporkan semua perkembangan,” katanya.
Keempat, terealisasinya alat transportasi
(kendaraan roda dua) untuk membantu pendistribusian air bersih kemasan galon ke
rumah warga masyarakat yang membutuhkan. Saat kami berkunjung ke Pulau
Kodingareng Lompo, alat roda dua itu digunakan untuk mengantarkan air galon ke
rumah-rumah penduduk.
dermaga di Pulau Kodingareng |
Kelima, meningkatnya pemahaman anggota
kelompok dan aparat kelurahan akan pentingnya sarana dan prasarana air bersih
di Pulau Kodingareng Lompo bagi masyarakat umum dan oleh karenanya untuk
efektifitas dan keberlanjutannya kelompok pengelola dan aparat kelurahan
bersama - sama melakukan pemeliharaan sebagai aset penting yang perlu
dikembangkan.
Keenam, peningkatan jumlah pemanfaat di
lokasi program setelah dilakukan pendampingan. Kondisi ini dirasakan manfaatnya
oleh kelompok masyarakat pengelola dalam mengoptimalkan pelayanan kepada
masyarakat pemanfaat termasuk masyarakat kurang mampu. Dengan demikian dalam
melakukan pengelolaan kelompok masyarakat pengelola menyadari pentingnya
penambahan anggota dalam membantu pendistribusian air bersih sampai ke tingkat
masyarakat dengan meningkatkan bentuk pelayanan yang baik dan memuaskan
konsumen.
Proses pendampingan di Makassar mencatat
banyak kisah sukses. Pulau-pulau yang menjadi lokasi dampingan mencatat
kemajuan signifikan ketika menerapkan berbagai masukan dalam proses
pendampingan. Salah satu yang nampak di depan mata adalah meningkatnya jumlah
kunjungan wisatwan ke Pulau Samalona, khususnya setelah adanya sarana dan
prasarana minawisata. Kondisi ini memberi dampak terhadap peningkatan jumlah
pendapatan masyarakat di pulau tersebut. Selain itu, keberadaan jetty apung
juga menjadi daya tarik tersendiri bagi semua wisatawan.
Keberhasilan itu juga terlihat dari adanya
sambutan positif dari aparat Pemerintah Kecamatan Mariso sehubungan berjalan
dan terlaksananya program pendampingan dan bantuan sarana dan prasarana di
Pulau Samalona. Mereka senantiasa berkunjung ke lokasi dan berdiskusi dengan masyarakat
mengenai pelaksanaan program.
Terakhir, hal yang paling membahagiakan
adalah berjalannya konsep pengembangan minawisata di Pulau Samalona, yakni
berperan sebagai budidaya yang dilakukan oleh kelompok pengelola bersama
masyarakat setempat dan wisata pemancingan bagi wisatawan yang berkunjung ke
pulau ini.
Keberhasilan ini telah sampai ke pihak
pemerintah daerah. Beberapa kali perwakilan pemerntah daerah datang dan
menyatakan dukungan pada sarana dan prasarana serta pengelolaan yang dilakukan
oleh kelompok masyarakat pengelola di pulau-pulau. Melalui Dinas Kelautan Kota
Makassar secara rutin telah melakukan pembinaan per triwulan melalui kegiatan
monitoring dan evaluasi. Selain itu kepada kelompok pengelola juga mendapat
dana operasional melalui APBD Kota Makassar.
Desember 2015
Catatan:
Tulisan ini adalah bagian kecil dari buku Membangun Indonesia dari Pinggiran yang saya buat bersama Moh Abdi Suhufan dan Syofyan Hasan.
0 komentar:
Posting Komentar