DI berbagai media, saya menyaksikan
berbagai kisah tentang terkuaknya misteri kematian seorang asisten direktur
sebuah perusahaan seluler. Berita seperti ini bukanlah hal baru. Saya tak suka
kalau berita itu mengulang-ulang kalimat bahwa perempuan yang jadi korban itu
seseorang yang cantik dan kaya-raya. Lantas, apakah harus cantik dulu untuk
bisa merebut atensi media sehingga selalu diberitakan?
Tapi ada hal yang membuat saya terharu
menyaksikan berita ini. Terkuaknya misteri kematian perempuan bernama Rian itu
berkat kegigihan seorang ibu yang mencari anaknya selama delapan bulan.
Terbukanya misteri itu karena firasat dan kecurigaan seorang ibu yang ingin
mengetahui apapun keadaan anaknya.
Inilah kekuatan seorang ibu. Betapa
dirinya tak bisa tenang saat mengetahui anaknya lama menghilang. Ia bersabar
mengumpulkan fakta demi fakta, lalu nekad mendatangi rumah kekasih anaknya. Ia
melabrak lelaki itu kala menyaksikan mobil anaknya di situ. Ia ngotot
mempertanyakan nasib anaknya, hingga akhirnya tetangga berdatangan dan membantu
untuk melerai.
Ibu itu tak berhenti. Ia mengontak polisi
dan menyampaikan kecurigaannya terkait mobil anaknya. Polisi lalu bergerak.
Fakta demi fakta disisir, hingga akhirnya lelaki itu lalu ditangkap karena
dugaan pemalsuan surat kepemilikan mobil. Di sinilah misteri mulai tersibak.
Saat sang ibu bertemu lelaki itu, misteri akhirnya terjawab. Interogasi sang
ibu berbuah hasil ketika lelaki itu mengakui perbuatannya.
Saya sangat yakin kalau ibu itu hanya
menginginkan kejelasan nasib anaknya. Ia ingin tahu bahwa pencariannya selama
delapan bulan akan berakhir sebab keadaan anaknya telah diketahui. Mungkin
saja ia kehilangan harapan dan memiliki firasat kalau anaknya telah tewas. Akan
tetapi, kebenaran harus ditemukan agar sang ibu tak terombang-ambing di tengah
misteri dan ketidakpastian.
Seorang ibu adalah seseorang yang
meletakkan semua bahagianya pada bahagia anaknya. Saat anaknya dizalimi,
batinnya ikut merasakan derita anaknya. Seorang anak ibarat organ seorang ibu
yang lepas, lalu tumbuh mandiri. Namun ikatan abadi itu tetap kokoh bertahan.
Meski waktu dan garis takdir memisahkan mereka, firasat seorang ibu akan selalu
menjadi telaga yang membuat anak itu kembali dan menemukan air yang mengatasi rasa
haus.
Pada diri ibu itu, kita menyaksikan
kegigihan serta kasih sayang. Dalam keadaan apapun, seorang ibu pasti ingin
memastikan keadaan anaknya. Ia tak akan mungkin duduk diam di rumah dengan
tenang saat mengetahui bahwa sang anak telah lama menghilang. Ia akan bangkit,
menelusuri berbagai fakta dan tempat, hingga akhirnya menemukan titik terang
tentang keadaan anaknya.
Sayang, kepastian nasib itu adalah sesuatu
yang amat menyedihkannya. Dugaan saya, ibu itu telah siap dengan apapun hasil
pencariannya. Ia hanya ingin memastikan semua kebenaran, dan tidak tenggelam
dalam berbagai spekulasi. Bahkan ketika anaknya telah tewas sekalipun, ia tak
akan pernah berhenti mencurahkan kasih sayangnya, yang semoga menjadi jalan
terang bagi Rian di alam sana.
Pada diri setiap ibu terdapat butiran cinta
yang paling bening untuk anaknya, sebagaimana tercatat dalam syair, “Hanya memberi, tak harap kembali, bagai
sang surya menyinari dunia.”
Bogor, 9 Agustus 2015
BACA JUGA:
0 komentar:
Posting Komentar