Perginya Perempuan yang Penuh Kasih


ilustrasi

TAK ada sedikitpun isyarat bahwa dirinya akan segera pergi. Ia sehat dan segar bugar sebagaimana biasanya. Beberapa hari lalu, ketika saya memposting foto anak saya Ara di satu situs jejaring sosial, ia langsung memberikan respon, sebagaimana biasanya. “Ara....! I miss u,” katanya. Semalam, saya mendengar kabar tentangnya yang meninggal setelah tertabrak sebuah mobil di kampung halamannya, di Kolaka, Sulawesi Tenggara.

Dahulu, kami sama-sama terdaftar di Universitas Hasanuddin (Unhas). Di masa itu, kami tak seberapa akrab. Maklumlah, saya dan dia terpaut empat tahun. Belakangan, kami sama-sama menempuh jalan yang sama yakni kembali ke kampung halaman. Dunia maya kemudian menyatukan hubungan sosial kami. Kami lalu saling kontak dan berkirim kabar.

Tadinya, hubungan itu tak seberapa intens. Ketika saya mulai memposting foto Ara, ia akan rajin me-like dan mengomentarinya. Tanpa sungkan, ia jujur mengatakan amat mencintai Ara. Pernah, ia bercanda, jika kelak aku mengabaikan Ara, ia bersedia untuk membesarkan dan mencintainya.

Selalu ada keajaiban di dunia maya. Dunia maya tak hanya berisikan sejumlah orang yang rajin mengumbar energi negatif, mengekspresikan ketidaksukaan atau memaki orang lain. Dunia ini juga berisikan sejumlah orang yang rajin berbagi energi positif. Sejumlah orang ini menebar bahagia dan spirit cinta kasih kepada sesamanya.

Saya amat bahagia bisa bertemu dengan sejumlah orang yang sering berbagi energi kasih di dunia maya. Saya bersyukur kala menyadari bahwa pada usia yang amat dini, ada banyak orang, dari seluruh dunia, yang rajin memberikan komentar positif atas pertumbuhan Ara. Saya meyakini bahwa semua komentar positif adalah energi yang akan menyelubungi dan memberikan kekuatan pada kaki Ara untuk menjejak bumi. Energi itu juga akan menjadi sayap-sayap agar kelak dirinya bisa terbang mengangkasa.

Kini, sosok yang selalu berbagi energi positif itu telah berpulang. Satu kecelakaan maut telah merenggut nyawanya. Ketika mendengar berita itu dari seorang kawan, saya sesaat termenung. Saya membayangkan tentang kalimat-kalimat positif yang pernah ditulisnya ketika menyapa Ara. Saya membayangkan doa-doa yang pernah ditulisnya untuk menguatkan sayap-sayap Ara demi merengkuh impiannya.

Saya berharap ia tetap melakukannya di alam lain. Pada waktunya, saya akan kisahkan pada Ara tentang orang-orang yang mencintainya dengan sepenuh hati. Saya akan ceritakan tentang mereka. Di antaranya adalah Luisa Esquival, seorang ibu di Chile (Amerika Latin) yang mengirimkan baju untuk Ara. Saya juga akan cerita tentang Linda Esch, gadis pirang asal Jerman yang mengiriminya coklat serta pengharapan positif. Juga tentang dirinya dan beberapa orang yang selalu menyampaikan rindu dan sayang ketika melihat foto Ara.

Di sini, saya hanya bisa berdoa untuknya. Semoga semua cinta yang dititipkannya kepada Ara akan menjadi cahaya yang menuntunnya melewati perjalanan di dunia lain. Semoga dirinya terus menjadi bara yang menghangatkan cinta pada Ara, baik di sini maupun di dunia yang lain. Selamat jalan sahabat. Selamat jalan Reni Azis.


Baubau, 26 September 2013

0 komentar:

Posting Komentar