Kekuatan Sebuah Impian

SEBERAPA tinggikah impian yang anda miliki? Sebuah impian adalah visi futuristik tentang masa depan. Kita meletakkan harapan, serta imaji tentang suatu masa yang akan dilewati. Tak ada yang salah memiliki impian. Bahkan yang mustahil sekalipun, tetap saja tidak masalah sepanjang ada upaya keras untuk menjinakkan hal-hal yang mustahil tersebut. Tak masalah punya impian setinggi langit, sepanjang usaha keras juga setinggi langit. Ketika satu impian tercapai, akan tersedia step untuk menggapai impian berikutnya.

Harvard University at Boston
Sepulang dari Bogor, aku bertemu soernag kawan, yang bekerja di satu lembaga internasional. Ia mengisahkan seorang kawan bernama Sukidi. Kisahnya inspiratif tentang upaya mengejar impian dengan giat dan mengatasi segala masalah. Di saat semua orang takut ke luar negeri karena problem bahasa Inggris, Sukidi memberanikan diri untuk berangkat ke Ohio, Amerika Serikat (AS). Semua mahasiswa Indonesia di Ohio tahu persis kelemahan Sukidi dalam hal bahasa. Ia meminta bantuan p[ada banyak pihak untuk membaca ulang (proof reading) semua tugasnya. Kemampuan speaking-nya juga rendah.

Tapi itu tidak membuatnya minder. Ia belajar keras demi mengatasi keterbatasannya. Ia lalu lanjut belajar ke Harvard University, sebuah universitas paling bergengsi di dunia. Di kampus itu ia tetap saja meminta bantuan banyak pihak untuk memeriksa tata bahasa pada paper yang disusunhya. Ia melakukannya dengan penuh semangat. Kini, ia menggapai puncak impiannya. Ia diangkat sebagai staf pengajar di satu kampus yang disebut-sebut sebagai kampus terbaik dalam sejarah peradaban manusia hari ini. Sukidi telah mengubah sebuah kemustahilan menjadi sebuah kemungkinan. Ia tidak mau mundur hanya karena sebuah masalah. Ia mengubah masalah jadi kemungkinan. 

Mendengar kisahnya, aku disadarkan tentang betapa pentingnya memmelihara impian serta kerja keras demi menciptakan tangga-tangga menuju impian tersebut. Dengan kemampuan terbatas, Sukidi sukses melewatinya. Jika semua orang memiliki kemampuan sama dengan Sukidi, lantas mengapa tidak banyak orang yang meniti di jalan Sukidi? 

Mungkin kita terlanjur direcoki ajaran salah bahwa impian itu sama dengan takabur atau sama dengan terlalu mengawang-awang. Kita terlanjur direcoki dengan pahaman bahwa kita bangsa yang bodoh dan hanya bisa menjadi kuli di perushaan orang asing. Kita mengidap semacam inferior atau rasa rendah diri dan selalu pesimis dengan apapun langkah yang hendak dicapai. Yang kemudian terjadi adalah sikap bebal, tidak mau belajar, serta selalu merasa puas.

Usai mendengar kisah Sukidi, tiba-tiba saja ada pertanyaan menusuk jantung pemikiranku. Seberapa tinggikah mimpi yang aku susun rapi dalam benakku?

2 komentar:

Anonim mengatakan...

ingin dan sangat ingin menggapai impian itu, tapi sebagai wanita kadang kita dibatasi oleh panggilan fitrah kita sebagai perempuan untuk punya anak, ngurus suami, ngurus anak, selain kendala keampuan bahasa dan finansial, itulah yang membatasi mimpi seorang perempuan

rendra purba mengatakan...

luar biasa dan sangat menginspirasi bung

Posting Komentar