Perlukah Kuliah Doktor?

TADI saya berbincang dengan seorang kawan. Katanya, Pemerintah Kota Bau-Bau memasukkan nama saya sebagai salah seorang staf yang akan dikuliahkan pada program doctor. Menurutnya, terdapat 20 nama yang diusulkan ke walikota, namun yang disetujui hanya 10 nama, termasuk saya sendiri. Entah benar apa tidak, saya tidak tahu bagaimana mesti memosisikan diri. Apakah saya harus senang ataukah sedih dengan tawaran ini.

Saya memang menyenangi dunia akademik. Saya menyenangi saat-saat ketika belajar sesuatu. Tapi, saya jadi bertanya-tanya, seberapa relevankah kuliah doctoral bagi seorang praktisi. Bagi akademisi, pengetahuan di tingkat doctoral akan mempengaruhi aktivitasnya sebagai pengajar. Sementara bagi praktisi, entah di mana harus meletakkan pengetahuan itu. Bukankah, bagi seorang praktisi, pengalaman dan interaksi akan menempanya sehingga pada satu titik bisa mensintesiskan gagasan-gagasan baru? Maafkan saya yang sedang bingung.(*)


1 komentar:

Anonim mengatakan...

Semoga pengetahuan akan semakin bisa menjadi fondasi kuat dalam pengambil kebijakan praktisi. Berkiblat pada Tasyayu', pastilah Ali r.a menyarankan 'ambil saja kesempatan itu' ;-)

Posting Komentar