Propaganda AS dalam Iron Man 2

FILM Iron Man 2 adalah film yang masih membawa-bawa pengaruh perang dingin (cold war). Mungkin karena diangkat dari versi komik yang terbit tahun 1960-an, film ini masih saja menempatkan konflik antara Amerika Serikat (AS) dan Rusia, yang pada masa itu saling berebut supremasi, baik di ranah ilmiah, maupun di ranah persenjataan. Film Iron Man 2 adalah bagian dari propaganda yang ingin menempatkan AS sebagai pemenang perang dan pemilik supremasi di bidang sains.

poster film
 Baiklah, kita simpan dulu motif ideologi di balik propaganda tersebut. Semalam, saya menyaksikan film yang cukup menegangkan ini di bioskop M-Tos, Makassar. Aksi jagoan bernama Tony Stark (diperankan Robert Downey Jr) ini cukup menegangkan. Ia tidak lagi sendirian dengan baju besinya. Ia berpartner dengan Kolonel James Rhodes yang juga mengenakan baju besi ciptaannya. Mereka harus mengalahkan sekumpulan jagoan robot yang dikendalikan dari jarak jauh. Stark juga harus berhadapan dengan salah satu musuh bebuyutannya, seorang ilmuwan Rusia eksentrik bernama Vanko (diperankan Mickey Rourke). Dalam film ini, Vanko adalah seorang jenius yang mencipta robot-robot dari jarak jauh, serta mengenakan baju besi yang setara kemampuannya dengan Iron Man. Senjata andalan Vanko adalah sebuah cambuk listrik yang bisa merobek-robek logam.

Ketimbang film pertamanya, film yang disutradarai Jon Favreau ini banyak mengangkat aspek psikologis Tony Stark. Setelah identitasnya sebagai Iron Man diketahui publik, ia merasa tertekan karena harus menghadapi protes sejumlah senator yang melihat dirinya membawa ancaman. Di saat bersamaan, ia juga harus menghadapi kenyataan tentang umurnya yang tinggal sedikit karena bahan kimia yang ditanam di dadanya ternyata secara perlahan bisa membunuhnya. Dalam situasi yang depresi itu, Tony Stark lalu menjadi playboy yang tingkahnya kian menjengkelkan. Ia ikut balapan, menggelar pesta malam hari dengan memakai kostum Iron Man juga mabuk-mabukkan.

Ivan Vanko
Pada saat inilah, sosok Ivan Vanko atau Whiplash muncul. Ia seperti hendak menunjukkan bahwa Tony Stark bukanlah satu-satunya yang memiliki kemampuan hebat di bidang teknologi militer. Salah satu adegan yang saya sukai adalah ketika Vanko berdiri di tengah arena balapan lalu mengayunkan cambuk listriknya dan mobil-mobil balap yang tengah melaju kencang itu tiba-tiba terpelanting. Ia memancing kehebohan lalu menantang Tony Stark yang sempat kalah, sebelum akhirnya memakai kostum Iron Man.

Vanko lalu dipenjara, namun berhasil lolos berkat bantuan seorang pengusaha kaya yang selama ini menjadi rival bisnis Tony Stark. Sang pengusaha lalu memberi fasilitas berlimpah kepada Vanko untuk mengembangkan senjata pemunah yang bisa menandingi kostum Iron Man. Pada saat ini, terselip kisah bagaimana ayah Vanko dan ayah Stark dahulu adalah dua rekan kerja di AS. Namun ayah Vanko dideportasi karena tuduhan mata-mata yang menjual informasi kepada pihak Rusia. Ayah Vanko lalu berakhir dengan menjadi pemabuk di jalan-jalan dekat Moskow. Vanko lalu berniat membalas dendam kepada keluarga Stark.

Film ini menampilkan banyak adegan pertempuran antar robot. Para robot yang memiliki kekuatan canggih itu saling menyerang dengan senjata-senjata hebat. Terdapat banyak adegan kejar-kejaran sambil terbang di jalan-jalan utama di Amerika Serikat (AS). Pada beberapa adegan, saya seolah tidak berkedip, sebab khawatir kehilangan momen-momen penting. Adegan yang juga saya sukai adalah pertempuran di satu sungai kecil, di mana Iron Man dikepung oleh robot-robot ciptaan Vanko. Inilah salah satu adegan terdahsyat yang menarik untuk disimak.

Scarlett Johansson
Secara keseluruhan, penampilan para aktornya tidak terlalu maksimal. Mungkin karena jualan utamanya bukan pada acting, melainkan adegan pertempuran antar robot. Meski Robert Downey bermain cukup cantik, namun tidak terlalu ditopang dengan acting yang baik dari Gwyneth Paltrow. Tapi, saya menyenangi penampilan cantik Scarlett Johansson yang bermain sebagai Black Widow, seorang perempuan jago berkelahi yang menjadi asisten Paltrow dalam film ini. Scarlett menjadi pemanis yang mencolok mata dengan kecantikannya yang aduhai sehingga memberi nuansa lain bagi film ini.

Motif Ideologi

Saya mencatat beberapa tanda-tanda yang menarik untuk dibahas dari film ini. Pertama, sosok Vanko adalah sosok ilmuwan eksentrik asal Rusia, sedangkan Stark adalah ilmuwan dan pengusaha sukses asal AS. Vanko memiliki kemampuan yang setara dengan Stark. Keduanya sama-sama mencipta pakaian tempur yang canggih. Ini kan seolah mengulang tema persaingan antara AS dan Rusia (saat itu bernama Uni Soviet) pada perang dingin. Pada tahun 1960-an, persaingan antara AS dan Rusia bukan hanya di ranah kekuatan militer saja, namun juga di bidang ilmiah. Saat Rusia meluncurkan pesawat yang diawaki Yuri Gagarin berhasil mengorbit bumi, AS lalu meluncurkan pesawat Apollo 11 yang dikendarai Neil Amstrong dan –konon—berhasil menginjakkan kakinya di bulan. Nah, dalam film Iron Man 2, persaingan antara Vanko dan Stark seolah lagu lama yang diperdengarkan kembali. Dan dalam film ini, Anda bisa menebak sendiri siapa yang kemudian menjadi pemenang dari pertarungan tersebut.

Kedua, sosok keduanya amat kontras dalam film ini. Vanko digambarkan sebagai sosok berhati jahat yang punya niat menghancurkan tatanan dunia. Vanko adalah sosok yang suka menenggak vodka dan menghabiskan waktunya di penjara. Tubuhnya penuh tato dan tampak kotor sebab dirinya banyak menghabiskan waktu sebagai gelandangan mabuk. Ikon penjara, tato, dan tubuh kotor mewakili gambaran stereotype AS terhadap bangsa lain yang dianggapnya seolah primitif. Ini sangat kontras dengan tampilan Tony Stark.

Dalam film ini, Stark tanpil glamour dengan busana-busana mahal sebaagaimana layaknya seorang direktur sebuah perusahaan besar dunia. Melalui kostum Iron Man itu, Stark digambarkan sebagai sosok yang mendamaikan dunia dari peperangan. Pada adegan awal, nampak tayangan tentang peperangan di berbagai belahan dunia, yang kemudian didamaikan oleh Iron Man. Ini kan menjadi adegan yang cukup menggelikan sebab kembali menempatkan AS sebagai sosok pendamai yang memiliki teknologi canggih dengan kekuatan yang jauh lebih menghancurkan.

Melalui film ini, seolah terdapat legitimasi dan argumentasi bagi AS untuk memiliki senjata-senjata canggih yang kemudian berperan besar dalam upaya perdamaian dunia. Tiba-tiba saja saya teringat kebijakan AS yang selalu berusaha mengontrol nuklir di negara lain, tanpa mempertanyakan secara kritis seberapa banyak cadangan nulir yang dimilikinya. AS seakan memiliki otoritas untuk mengontrol persenjataan negeri lain, meskipun pada saat bersamaan ia juga mengoleksi aneka senjata pemusnah missal yang kelak akan kembali digunakannya untuk memenangkan perang.

Ketiga, sebagaimana bisa disaksikan dalam berbagai kisah superhero lainnya seperti Superman, Spiderman, film Iron Man ini kian meneguhkan ideologi AS yang melihat dirinya sebagai pemimpin dunia. Posisi AS sebagi bangsa yang masyhur, canggih, dan digdaya bisa ditemukan dengan mengamati setiap detail-detail dalam film ini. Posisi Tony Stark sebagai penasihat militer sekaligus penyuplai persenjataan militer AS, serta kehadirannya dalam berbagai rapat kongres bisa diinterpretasi sebagai representasi dari AS yang superpower. Apalagi, pada adegan terakhir, setelah berhasil mengalahkan robot-robot Vank, Stark menerima medali kehormatan dari kongres AS. Adegan ini semakin menguatkan asumsi tentang pandangan AS sebagai pahlawan yang hendak mendamaikan dunia.

Pada akhirnya, sebuah film bukan sekadar membawa fungsi hiburan yang mengeruk uang belaka. Sebuah film adalah ajang pertarungan makna-makna yang menggambarkan ideology serta kepentingan pihak yang membuatnya. Pada titik inilah saya melihat film Iron Man 2. Terserah, bagaimana Anda hendak melihatnya.(*)


Makassar, 2 Mei 2010
Jelang mandi dan siap-siap
menghadiri acara Kompasiana nangkring di Makassar

3 komentar:

wrongman mengatakan...

Hidup superhero Jepang... hidup Naruto .. hidup Ultraman... hehehehehe :)

Rusminah Qumainah mengatakan...

Bnr bgt itu. Film Rambo juga gtu kan. Di film Amerika dgn jagoanx Rambo menang melwn Vietnam, padahal aslix mrk kalah. AS sudah dari dulu ideologix.

satusatuen.com mengatakan...

Terlihat jelas. AS merepresentasikan dirinya sebagai satu-satunya polisi dunia.

Posting Komentar