Lebaran yang Bakal Sepi

BETAPA inginnya saya merayakan Lebaran Idul Adha di kampung. Lebaran bukanlah ritual tahunan yang dilewati begitu saja, seolah tanpa ’dentuman’. Lebaran adalah saat bersama-sama, ketika kamu pulang sembahyang ramai-ramai di lapangan, kemudian menyempatkan waktu untuk mencium tangan ibu, pertanda maaf atas segala dosa yang tertumpah pada masa silam. Setelah itu, kamu tersenyum dan bermaafan dengan semua orang terdekatmu, membuka pintu hatimu lebar-lebar, bertukar bahagia, sama-sama membagi harapan untuk masa depan yang lebih baik, tanpa amarah, tanpa rasa benci.

Tahun ini saya hanya bisa merayakan di sini, di Kota Makassar. Belum lagi Lebaran, saya sudah mulai merasakan hal yang berbeda. Rasanya ada kekosongan yang akan datang menghampiri, situasi ketika kamu merasa jauh dari semua orang yang mengasihi. Saya benci kekosongan itu. Tapi saya tidak punya pilihan lain. Ada kewajiban yang harus ditunaikan. Ada harapan, mesti kecil, namun bisa menjadi jalan keluar dari perjalanan jauh ini.

Tapi biarlah saya menjalaninya. Saya hanya bisa membisikkan harapan agar tahun depan, Lebaran kembali menjadi sesuatu yang semarak, sesemarak saat masih kecil. Ada baju baru, uang saku, ayam goreng, dan cium tangan sama ibu.(*)

0 komentar:

Posting Komentar