Lilin Refleksi di Hari Ultah


ULANG tahun bukanlah sekadar saat membahagiakan tatkala lapis-lapis kesadaran hadir dalam benak kita bahwa pada satu momen yang lampau, kita telah hadir memandang dunia. Saya memaknai ulang tahun bukan cuma sebuah saat tatkala kita duduk dikelilingi semua sahabat yang menyanyi dengan riang, kemudian kita disodori kue dan lilin-lilin kecil, kemudian kita meniupnya diiringi tepukan membahana. Ada banyak balon, moment cium pipi, jabat erat, serta gembira yang membuncah. Ulang tahun bukan pula saat-saat indah ketika kita merayakan kian panjangnya usia serta harapan yang berlimpah dan mengguyur kita agar kelak kian dewasa dan matang.

Ulang tahun adalah saat kita menatap ulang kilas balik perjalanan kita. Saat paling tepat untuk berrefleksi dan menyadari betapa banyaknya kerikil di jalan panjang kemanusiaan kita. Saat paling pas untuk kembali me-rewind video kehidupan kita yang panjang dan menemukan bahwa kita hanya manusia biasa, bukanlah malaikat yang tanpa salah. Barangkali ulang tahun adalah saat-saat permaafan yang kita haturkan pada banyak orang agar menerima sisi-sisi paling buruk dari kita. Saya sendiri menyadari bahwa ada sisi lain dalam diri yang kadang tidak disenangi bagi orang lain. Namun, saya tak hendak membenci sisi lain itu. Barangkali, sisi lain itu telah menyempurnakan kehadiran saya sebagai manusia yang lahir dengan segala kekurangan.

Andaikan saya sempurna, tentunya saya bukan manusia. Mungkin saya adalah malaikat. Dan andaikan Tuhan menyuruh saya memilih jadi malaikat atau manusia, saya tetap memilih manusia. Memang, malaikat selalu benar dalam tindakannya. Malaikat adalah mahluk yang paling patuh dalam menjaga kerajaan Tuhan. Tetapi malaikat adalah entitas yang tak bisa berpikir dan memilih. Malaikat tak bisa menalar sesuatu, kemudian membuat putusan dari beragam kemungkinan. Malaikat ibarat sebuah kuda poni yang melompat setelah dimasukkan koin oleh Yang Maha Pencipta. Ia tak punya pilihan yang smaar-samar. Semuanya begitu jelas sehingga pilihannya hanya satu sisi.

Saya membayangkan betapa menjemukannya menjadi malaikat yang tak pernah salah. Justru dengan kesalahan-kesalahan itu, saya bisa belajar memaknai hari. Kesalahan itu adalah pelajaran berharga yang kian menyempurnakan jalan panjang kemanusiaan hari ini. Saya bisa paham jalan kebenaran, ketika sering terjerembab pada pilihan-pilihan yang salah dan liar dalam hidup. Kita bisa memahami indahnya jalan terang, tatkala kita pernah mengalami saat-saat gelap.

Di hari ulang tahun ini, saya tak hendak merayakannya dengan melimpah ruah. Semalam saya mentraktir beberapa sahabat. Saya tak merencanakan ke mana-mana. Saya hanya bermeditasi melalui blog ini. Merenungi betapa jauhnya perjalanan, namun betapa sedikitnya kebahagiaan yang ditebar ke sekeliling. Merenungi bahwa meniti di jalan terang, bukanlah sesuatu yang mudah, namun sesuatu yang harus terus diperjuangkan.(*)


Makassar, 31 Mei 2009
Saat merenungi ultah ke-31


1 komentar:

maria mengatakan...

i like this blog and the images you have!

Posting Komentar