Majalah Bobo dan Teras-teras Ingatan


MEMBACA majalah Bobo di waktu kanak-kanak, itu sih biasa aja. Namun, bagaimana kalau membaca majalah Bobo di saat dewasa? Pasti seru, sebagaimana yang saya rasakan selama seminggu terakhir ini. Saya tidak sedang bercanda. Sudah tiga minggu ini, saya rutin membeli dan membaca majalah Bobo. Ketika membacanya, saya sering tersenyum sendiri sebab saya seolah sedang menelusuri teras-teras ingatan yang dulunya pernah saya lalui dan sesekali terperosok hingga lupa. Saya baru sadar kalau majalah ini terlampau banyak memberi sapuan warna-warni pada kanvas perjalanan hidup, memberi rasa pada pahit getirnya perjalanan, dan cara-cara saya memandang beragam soal dalam hidup.

Minggu ini, edisi Majalah Bobo cukup heboh sebab bertepatan dengan ulang tahun majalah ini. Ada banyak rahasia Bobo yang diungkap, misalnya kenapa sih Bobo selalu mengenakan baju kaos merah dan ada tulisan B? Apakah Bobo nggak pernah ganti baju? Ada juga rahasia tentang mengapa badan Bobo berwarna biru, padahal kelinci biasanya berwarna putih atau hitam. Penasaran? Beli saja majalahnya. Masak mau diceritain?.... Hehehehe....

Oh ya, ketika membaca majalah ini, saya serasa bertualang ke masa kanak-kanak dan merasakan kembali indahnya menjadi anak-anak. Begitu banyak kenangan yang masih ada jejaknya di majalah ini. Sosok Bobo –sang kelinci berwarna biru-- masih kayak dulu. Hanya tampilan fisiknya saja yang berubah. Kalau dulu, rambut Bobo selalu disisir belah samping --mungkin pengaruh Harmoko yaa--, maka kini ia selalu mengenakan topi yang dipakaikan ke belakang. Bobo juga tetap memakai kaos merah yang bertuliskan huruf B. Kali ini kaosnya sudah berkerah dan nampak lebih dinamis dipadu dengan celana pendek serta sepatu dan kaos kaki.

Saya juga masih menemukan keluarga Bobo secara lengkap, mulai dari bapak, emak, serta adik-adik Bobo yaitu Coreng dan Upik. Jangan lupa, masih ada sejumlah keluarga Bobo seperti Tut Tut, Paman Dik Selidik, Bibi Titi Teliti, hingga sosok paling kocak dan pandir yaitu Paman Gembul (ssstttt... seorang senior di Komunikasi Unhas pernah disapa Paman Gembul karena berbadan besar kayak paman satu ini). Kalau diperhatikan, penamaan itu tergantung pada hobi atau ciri-ciri masing-masing. Misalnya Coreng yang hobinya menggambar, kemudian Titi Teliti yang selalu teliti, serta Paman Gembul yang badannya gembul alias gemuk. Ternyata, penamaan itu membantu kita di masa kanak-kanak untuk mengenali sesuatu dengan mudah.

Anehnya, umur Bobo tak bertambah sama sekali. Sosok ini tetap statis usianya, sementara pembacanya terus bertambah usia. Jadinya, Bobo tetap abadi bagi mereka yang berusia kanak-kanak. Ketika membaca kembali Bobo, saya serasa terbawa kembali pada masa kanak-kanak yang menyenangkan. Apalagi, banyak rubrik yang masih bertahan. Misalnya masih ada Cerita dari Negeri Dongeng. Ternyata, si Oki --kurcaci hijau itu—masih tetap nakal sebab sesekali mencuri tongkat sihir Nirmala. Memang sih, pada bagian akhir cerita, Oki akan minta maaf. Namun seminggu berikutnya, Oki akan kembali melakukan kenakalan yang sama. Selain kisah Oki dan Nirmala, masih ada juga cerita tentang Paman Kikuk, sosok yang selalu sial. Kemudian ada juga berbagai cerpen tentang binatang. Minggu ini saya baca cerpen tentang gajah yang ingin menjadi binatang lain. Intinya adalah Bobo masih tetap mengasyikkan.

Yang membuat saya kehilangan adalah karena saya sudah tidak menemukan lagi kisah tentang Juwita dan Si Sirik. Dua sosok ini saling melengkapi. Jika Si Sirik selalu jahil dan berbuat kejahatan, maka Juwita yang kemudian mengembalikan keadaan menjadi normal. Saya tak bisa lupa mantra Si Sirik ketika menyihir yaitu “alakazam....!!!”. Sementara Juwita ketika menyihir akan mengucapkan mantra “Abrakadabra..!!!” Waktu kanak-kanak, saya sempat bertanya-tanya, “Jika Si Sirik jahat, kenapa Juwita tidak sekalian memusnahkannya untuk selama-lamanya?” Mungkin jawabannya adalah karena Si Sirik hanya sebatas jahil. Lagian, kalau tak ada Si Sirik, pastilah Juwita akan nganggur dan kehilangan tempat dalam cerita itu. Iya nggak?


4 komentar:

Anonim mengatakan...

sayangx majalah bobo hasil ciplakan dari walanda, liat www.bobo.nl

Anonim mengatakan...

bukan jiplakan kali,tp beli lisensi dr belanda.. tokoh2nya sama

Anonim mengatakan...

Juwita dan Sirik kini ada di majalah Mombi (satu grup dengan Majalah Bobo) :)

ARDHEA MILATUL AZKA mengatakan...

KALO MENURUT AKU JUWITA DANSIRIK ADA DI BOBO YA DI BOBO AJA

Posting Komentar