SELAMA dua minggu ini, saya dua kali nonton film di bioskop. Mulai dari film Indonesia yang berjudul Wakil Rakyat, hingga film Asia berjudul Shinjuku’s Incident. Bagi saya, film Wakil Rakyat agak lumayan menghibur, meskipun saya terganggu dengan format film yang sebenarnya lebih diperuntukkan untuk sinetron. Gambarnya banyak close up sehingga agak mengganggu bagi yang menyaksikan film ini di bioskop. Namun, saya cukup senang dengan penampilan Tora Sudiro yang apik, serta reuni kocak para personel Srimulat.
Yah, film ini lumayan menghibur di tengah situasi politik yang tidak menentu seperti sekarang. Setidaknya ada film yang lebih lucu dibandingkan dagelan politik setiap hari yang tayang di televisi.
Film kedua yang saya tonton adalah Shinjuku’s Incident yang dibintangi Jackie Chan. Saya nonton film ini karena sejak dulu saya adalah salah satu penggemar film-film kocak ala Jackie Chan. Namun, film ini justru sangat berbeda dengan genre film Jackie. Yang muncul bukanlah film kocak, melainkan film serius tentang pertarungan antar gank atau mafia di Jepang. Film ini mengisahkan bagaimana perjalanan para imigran Cina saat tiba di Jepang, kemudian bagaimana mereka bertahan hidup di tengah situasi yang berat. Mereka memilih menjadi kriminal dan menguasai kawasan bisnis paling ramai di Jepang yaitu Shinjuku. Kelompok Yakuza –mafia Jepang—merasa tidak suka dengan hal itu, sehingga di akhir film mereka menyerbu ramai-ramai sambil membawa golok. Mereka melakukan serangan ala samurai untuk menghabisi orang-orang Cina yang solidaitasnya mulai goyah karena pengaruh uang dan kriminalitas.
Kisahnya cukup seru; ada tragedi, kesedihan, serta gembira dalam film ini. Ketika keluar di bioskop, saya masih terkenang-kenang dengan tragedi dalam film ini. Mungkinkah kehidupan adalah sebuah tragedi yang harus kita menangkan demi sebuah masa depan? Bisakah kita memilih jalan menyimpang dari harus melawan tragedi?
1 komentar:
Pantesan ponakan saya yang masih SMA bela-belain minta duit ke saya biar bisa nonton film ini. Jadi penasaran...
Posting Komentar