Antara Caleg dan Miras

BARANGKALI hanya di Buton ini, cara kampanye calon anggota legislatif (caleg) yang dilakukan melalui minuman keras (miras). Orang Buton menyebut miras dengan sebutan konau yaitu miras yang diolah dari perasan air enau atau nira. Saat berada di Kota Bau-Bau, saya menyaksikan terdapat banyak balai-balai yang terbuat dari bambu (dalam bahasa wolio disebut gode-gode) dan menjadi tempat nongkrong anak muda. Di situlah para caleg selalu mengantarkan miras sebagai tanda perkenalan.

Saya tidak sedang bergurau. Di sini, seorang caleg memakai strategi mengantarkan konau ke anak-anak muda sebagai bentuk kampanye agar dikenal dan dipilih. Tak peduli apa partai sang caleg, apakah partai Islam, ataukah partai nasionalis. Yang jelas, miras menjadi bahasa perkenalan untuk memasarkan diri di arena politik. Pernah sekali saya bertanya pada kawan yang menjadi caleg Partai Persatuan Pembangunan (PPP) --yang nota bene adalah partai Islam-- mengapa ia melakukannya. Saat itu, jawabannya bikin saya kaget. “Jangankan konau (minuman keras). Andaikan satu babi bisa mencoblos PPP, maka itu dianggap sah, satu suara,” katanya dengan serius.

Dari jawaban ini, saya mengambil simpulan bahwa ideologi partai adalah sesuatu yang mengawang-awang di atas langit. Partai boleh punya visi, namun belum tentu visi itu kan memberi napas bagi tindakan di tubuh partai, khususnya bagi caleg yang jauh dari pusat kekuasaan. Visi dan ideologi partai, tak lebih dari baju yang bisa dilepas atau diganti dengan baju lainnya. Bisa usang di tangan seseorang, namun baru di tangan orang lain. Makanya, saya tak heran ketika konau menjadi bahasa kampanye untuk memikat orang lain.

Entah, apakah sang caleg sudah mensurvei seberapa banyak warga yang suka minum konau, namun pendekatan ini cukup populer juga di kalangan caleg. Kemarin, saya dapat info dari anak-anak muda yang suka minum konau di dekat rumahku. Ketika mereka sedang duduk-duduk, singgahlah sebuah mobil mewah dengan logo partai politik tertentu. Ketika pengendaranya turun, ia lalu membawa dua jergen konau dan mempersilahkan anak-anak muda itu untuk minum. Namun, seorang anak muda yang menjadi preman di lingkungan itu, tiba-tiba menolak. “Minta maaf bos. Kita di sini sudah punya caleg juga yang selalu antar konau. Makanya kita tidak kehabisan konau,“ katanya. Wah..... ternyata urusan konau sudah menjadi strategi yang cukup populer dan ditiru siapa saja.(*)

0 komentar:

Posting Komentar