Berita Obama Terlampau Berlebihan

INDONESIA rindu pada sosok penyelamat. Politisi negeri ini tidak bisa jadi juru selamat atau jawaban dari rasa rindu masyarakat pada sosok penyelamat yang akan menebas semua kezaliman dan memutus segala duka. Buktinya, pelantikan Obama sebagai Presiden AS ke-44 menjadi isu utama di semua media massa. Saya capek mendengar kalimat bahwa Obama adalah anak Menteng, Obama adalah juru selamat, Obama akan membela Palestina, kemudian menguatkan Indonesia.

Saya bukan dalam posisi menentang semua berita itu. Saya paham bahwa isu itu penting. Saya paham bahwa isu Amerika adalah isu dunia yang membawa pengaruh ekonomi ke banyak negara. Cuma, pemberitaan itu sudah terlalu berlebihan bagiku. Seolah-olah Obama adalah anak Indonesia yang kemudian terpilih sebagai Presiden AS. Sementara Obama sendiri mungkin sudah lupa bahwa dia pernah tinggal di Indonesia. Buktinya, dalam biografinya, ia tak pernah menyebut Indonesia dan kenangannya selama tinggal di situ. Orang Indonesia suka sekali membesar-besarkan sesuatu.

Saya lelah dengan berita di media massa tentang pengaruh Obama pada hubungan Indonesia – Amerika Serikat (AS). Lebih heran lagi karena para pakar negeri ini seolah mengenali siapa saja politisi Amerika. Tadi pagi saya lihat dialog di TvOne. Pengamat komunikasi Effendy Gazali seolah mengerti betul siapa saja yang akan menjadi menteri di kabinet Obama. Dia membahas track record, serta bagaimana harapan pada menteri itu. Seolah dia sekampung dengan sepermainan dengan mereka, sehingga tahu saja apa yang menjadi kebijakan mereka kelak.

Banyak orang yang sesaat bahagia bahwa Obama akan membawa perubahan. Kemarin, saat saya di kapal dalam perjalanan dari Kendari ke Bau-Bau, saya mendengar pembicaraan beberapa orang yang sibuk membahas Obama yang katanya akan menyerang Israel. Masing-masing sibuk memberikan analisis seolah Obama itu Islam dan mendukung Palestina. Lantas, apa hubungannya itu semua dengan kita?

Bagiku, semuanya menjadi hal yang lucu. Banyak orang di negara ini yang seolah mengetahui apa saja isu di kampung orang lain, sementara di negara sendiri, mereka bingung dan tak tahu hendak bagaimana menjawabnya. Isu di negeri kita yang bejibun tiba-tiba saja tenggelam karena sibuk memantau kampung orang lain yang secara ekonomi jauh melesat bagai langit jika dibandingkan dengan kita. Kita sibuk membahas suatu negara yang kesejahteraannya belipat-lipat di atas kita. Sementara negeri kita masih bergelut dengan isu mendasar yaitu masih banyak orang yang mati kelaparan. Inilah ironi kita bersama.

Fenomena Obama adalah fenomena tokoh yang dibesarkan melalui media. Kita tak banyak tahu tentang Obama selain dari apa yang ditampilkan di media massa kita. Makanya, gambaran tentang sosok ini adalah gambaran yang dipengaruhi agenda setting serta citraan yang dibentuk media massa kita.

Selain itu, fenomena Obama adalah fenomena krisis tokoh di negeri ini. Nampaknya, bangsa ini kehilangan idola. Bangsa ini kehilangan tokoh yang bisa menjadi jawaban atas segala masalah yang dihadapi. Bangsa ini rindu dengan mereka yang mendedikasikan hidupnya bagi hidup banyak orang. Kira-kira demikian.(*)



1 komentar:

Anonim mengatakan...

setuju boss.....
tulisan anda bagus....
salam hangat dari makassar

-asnawin
(wartawan/pengurus PWI Sulsel)
http://pedomanrakyat.blogspot.com/

Posting Komentar