Baliho Caleg yang Mengganggu Pemandangan

TAK adakah cara lain untuk memasarkan diri selain hanya melalui baliho? Pernahkah para caleg berpikir bahwa ribuan baliho di pinggir jalan telah mengganggu pandangan banyak orang termasuk saya? Saya tak berhenti menanyakan itu. Pertanyaan itu mencuat ketika menyaksikan ruang-ruang Kota Makassar yang dipenuhi baliho.

Tampaknya baliho menjadi satu-satunya strategi dalam memasarkan diri di arena politik. Politisi kita belum bisa merumuskan strategi lain untuk mengenalkan diri selain dari baliho, kalender, stiker, serta kartu nama. Perhatikan pula pesan-pesan yang ada di baiho itu. Nampaknya, semua pesannya bernada sama yaitu pesan yang itu-itu saja. Apakah tak ada pesan lain yang lebih unik?

Banyaknya baliho itu membuat saya bosan dan malas melihatnya. Malah, saya merasa pandanganku terganggu. Bukannya maskin cerdas dengan politik, namun saya jadi makin bosan karena baliho itu sudah terlalu banyak. Saya pernah membincangkan ini dengan mamaku. Dia bilang, jika terlalu banyak minum susu, maka biasanya kita jadi bosan atau eneg dengan susu tersebut. Demikian pula dengan baliho. Semakin banyak melihat baliho, kita bisa makin bosan. Kita bosan diberi janji untuk kesekian kalinya. Bosan diberi iming-iming. Bosan diberi harapan secara terus-menerus, serta bosan diberikan makanan yang itu-itu terus. Bosan deh...


0 komentar:

Posting Komentar