berpose di pemandian E'e yi nunu (foto:Rajab Wandaka) |
TANYALAH kepada warga setempat di mana tempat wisata di daerah ini, maka akan terdengar cerita banyaknya tempat pemandian yang alami dan sangat indah. Beberapa kali saya tanyakan hal ini kepada warga, jawaban yang saya dengar adalah tempat pemandian yang eksotis dan bertebaran di sepanjang Buton Utara. Berbagai pemandian dengan beragam karakteristik diceritakan warga yang saya tanyai. Akhirnya saya berkesimpulan bahwa warga lokal punya konsepsi bahwa wisata identik dengan tempat pemandian. Dan Kulisusu adalah negeri dengan seribu tempat pemandian.
Tentang banyaknya tempat mandi ini menimbulkan keanehan di benakku. Bagiku, daerah ini sangat kecil, namun kenapa penduduknya justru sangat menyenangi wisata ke pemandian? Pertanyaan itu akan saya jawab nanti, seiring dengan kian serunya penjelajahanku di daerah ini.
Hari ketiga di Kulisusu, saya habiskan dengan mengitari beberapa tempat wisata tersebut. Setelah singgah di Masjid Agung Keraton Kulisusu, saya langsung jalan-jalan ke desa bernama Bone yang artinya pasir. Sebelum mencapai Bone, saya melewati sejumlah desa seperti Lipu, Linsowu, dan Rombo. Desa Bone dijangkau melalui perjalanan selama setengah jam dari Kulisusu. Desa ini berhadapan dengan laut dan sangat indah. Lanskap berupa pasir putih dan rumah-rumah warga terlihat rapat dan menarik disaksikan. Jalanannya tidak diaspal, namun sangat mulus ketika dijalani.
Bersama seorang kawan bernama Rajab, yang disapa Duude, saya melintas di desa ini dalam perjalanan menuju tempat pemandian yaitu E’e yi Ngkapala. Secara harfiah nama ini berarti Air yang di Dalam Kapal. Saya menyaksikan tempat ini dan berdecak kagum. Pemandian ini berupa telaga yang terletak di tengah karang. Bentuknya seperti kapal batu dan di dalamnya ada tempat pemandian. Airnya sangat jernih dan kita seakan bisa bercermin di situ. Air itu terletak di tengah gugusan batu, sehingga ketika berenang dan tidak hati-hati bisa menabrak batu karang. Kolam ini tidak begitu lebar, namun sangat nyaman. Dikelilingi batu besar dan pohon rindang, membuat kolam ini sangat menarik untuk dijadikan tempat wisata. Ada dua telaga besar yang berdekatan di pemandian ini, namun hanya satu yang menjadi tempat pemandian. Telaga yang dijadikan pemandian itu sangatlah indah. Saya sempat berfoto di situ. (tampan yaaa…?)
Menurut warga setempat, telaga yang satu lagi tidak aman karena ada buayanya. Setelah saya perhatikan, telaga yang satu tidak layak dijadikan pemndian karena airnya tidak begitu jernih. Batu karang menutup rapat pergerakan air sehingga tidak mengalir. Saya tidak begitu yakin ada buaya di telaga yang satu situ. Namun telaga itu posisinya tidak begitu aman dijadikan tempat mandi karena batu-batu curam mengelilinginya. Saya menduga, cerita buaya itu disebarkan penduduk agar anak kecil tidak mengambil resiko mandi di tempat yang tidak begitu aman tersebut.
Puas menyaksikan E’e yi Ngkapala, syaa pindah ke tempat pemandian yang terletak tidak jauh dari situ. Namanya E’e yi Nunu. Secara harfiah berarti Air yang di Dalam Beringin. Di beri nama demikian, sebab di sekitar air tersebut, terdapat pohon beringin yang sangat besar sehingga suasananya sangat teduh. Ada tangga kayu untuk turun mencebur ke kolam tersebut. Jika tidak hati-hati turun di situ, maka bisa tercebur di kolam yang dingin. Dengan penuh kehati-hatian, saya turun di tangga tersebut, kemudian berfoto. Pemandangan di sini harus saya abadikan supaya kelak menjadi catatan tersendiri bahwa saya pernah singgah ke tempat ini.
Setelah menyaksikan E’e yi Nunu, saya lalu pulang bersama temanku Duude. Kami berjalan memutar dan melewati kampung bernama Kampo Entaa. Secara harfiah bermakna Kampung Tinggi karena letaknya yang agak tinggi dari permukaan laut. Kehidupan penduduknya sangat miskin. Rata-rata rumahnya berbentuk panggung dan sangatlah sederhana. Pada beberapa rumah yang terbuka, saya bisa melihat bahwa tak ada satupun perabotan di situ, kecuali kasur yang sudah lapuk serta gambar kumal artis sinetron.
Menurut Duude, warga Kampo Entaa dikenal masih percaya praktik perdukunan. Ada banyak cerita mistik yang sering dituturkan di daerah ini. Katanya, baru-baru ini kampung ini heboh karena ada warganya yang menikah dengan jin. Dalam bahsa setempat, jin itu disebut Ata Molai (budak yang lari). Saya menduga, ata molai itu semacam orang bunian atau bangsa yang menghilangkan dirinya karena tidak mampu membayar pajak kepada Belanda. Bapakku punya banyak cerita tentang mereka sebab punya pengalaman tinggal di dekat hutan waktu kerja di pabrik aspal di Pasarwajo, Buton. Menurut cerita bapakku, jumlah orang bunian cukup banyak dan memilih jadi jin atau siluman karena tak mau bayar pajak kepada Belanda. Namun, di hari-hari tertentu, mereka akan datang ke Pasar Bau-Bau untuk membeli garam. “Biasanya, mereka memakai baju merah dan hanya mau beli garam,” cerita bapakku.
Rajab membelakangi kamera |
Sepulang dari E’e yi Nunu, saya hendak singgah ke E’e yingkineke. Secara harfiah E’e Yingkineke bermakna tempat yang digali. Menurut warga, pemandian ini terletak di dalam gua yang cukup besar dan gelap. Di dalam gua itu, terdapat tangga-tangga sehingga jika hendak ke telaga harus hati-hati agar tidak jatuh. Warga yang hendak mengambil air di situ, harus membawa obor agar bisa menerangi jalannya. Sayangnya, saat singgah ke situ saya tidak berani masuk ke dalam gua. Menurut warga, gua tersebut agak licin di musim hujan. Saya sih sebenarnya berani saj masuk ke situ. Namun, temanku Duude agak khawatir karena tempat itu banyak makan korban. Jangan sampai, kami jadi korban berikutnya. Hiii……..
Masih banyak tempat pemandian lainnya. Mulai dari membuku, moloku, dan satu tempat misterius yaitu Lantagi. Semuanya menantang untuk dijelajahi. Cukup sampai di sini saja yaaa….(*)
Ereke, Februari 2008
2 komentar:
Artikel di blog ini bagus dan berguna bagi para pembaca. Agar lebih populer, Anda bisa mempromosikan artikel Anda di infoGue.com yang akan berguna bagi semua pembaca di seluruh Indonesia. Telah tersediaa plugin / widget kirim artikel & vote yang ter-integrasi dengan instalasi mudah & singkat. Salam Blogger!
http://www.infogue.com
http://www.infogue.com/tempat/negeri_seribu_pemandian/
saya baru baca tulisan ini , ternyata orang hebat macam abang pernah singgah di daerah saya bertahun-tahun lalu . nice post .
Posting Komentar