Jangan Jadi Ronin, Jadilah Samurai


Napasnya tersengal. Keringat menetes di sekujur tubuhnya. Anak muda itu mendaki bukit demi mendatangi satu rumah reyot. Konon, di situ, ada seorang guru yang bijaksana dan sering jadi tempat bertanya.

Di belakang rumah, di tengah padang berisi bunga-bunga, dia melihat sosok tua dengan wajah welas asih. Anak muda itu, langsung melempar tanya: “Guru, jika aku hendak masuk lingkar kuasa, apa yang harus aku lakukan?”

Seulas senyum tersungging di wajah keriput lelaki itu. Dia menjawab singkat, “Jangan jadi ronin. Jadilah samurai.”

Anak muda itu membatin. Ronin adalah sebutan untuk pendekar pedang tak bertuan. Para ronin berkelana seorang diri, tanpa terikat pada seorang tuan. Ronin bisa melesat cepat ke tangga kuasa, tapi dengan cepat pula bisa terpental. Dia jadi incaran banyak pendekar. Sekali dia terantuk, semua pedang segera menebas.

Sejurus kemudian, anak muda itu mengenang para samurai. Mereka yang disebut samurai adalah mereka yang punya tuan. Samurai melindungi satu sosok penting. Samurai rela menyabung nyawa untuk tuannya.

Jika samurai bersalah, maka sang tuan akan membela. Sang tuan akan menyediakan tangga demi tangga agar seorang samurai bisa melejit. Jika samurai terantuk, sang tuan akan memasang badan untuk melindunginya dari seliweran pedang.

Hubungan mereka serupa mentor dan murid. Keduanya saling menopang, hingga kelak sang mentor undur diri dari hiruk-pikuk dunia, lalu membiarkan samurai menjadi tuan baru. Samurai tak pernah menjadi “kacang yang lupa akan kulitnya.”

Hidup sebagai Samurai tidaklah mudah. Ada kesetiaan dan loyalitas yang terus diuji oleh waktu. Sering kali seorang mencapai puncak lalu jumawa kemudian meninggalkan tuannya. Dia lepas. Saat ada pedang menebas, sang tuan hanya akan menyaksikan dari jauh. Tanpa memasang badan,

“Terima kasih Guru. Apa syarat yang lain?” kembali anak muda itu bertanya.

“Jadilah sakura.”

Anak muda itu menatap sekeliling. Dilihatnya pohon sakura dengan bunga-bunga yang mekar. Bunga-bunga itu tak mekar bersamaan. Ada yang mekar dan ada yang masih kuncup. Mereka tak saling cemburu. “Bunga sakura selalu tahu kapan saat mekar. Dia sabar. Dia menunggu,” kata sang guru.

Anak muda itu terkenang dengan satu bunga yang tak mekar-mekar saat bunga lain sudah lama mekar dan berguguran. Hingga suatu waktu, bunga itu mekar dan menjadi bunga terindah di bukit itu. Bunga itu bersabar hingga waktu yang tepat. Bunga itu jadi yang terindah karena kesabarannya dalam menyerap energi semesta.

“Apa lagi?”

“Jadilah seperti pohon ek”

Anak muda itu mengingat-ngingat pohon ek. Pohon itu bisa lurus tinggi bukan karena daya dan kekuatan pada diri pohon itu. Melainkan pada keikhlasan tupai untuk membersihkan kotoran di sekitarnya, keikhlasan tanah yang memberi kesuburan, dan kebaikan sungai yang menyediakan air.

Pohon ek tahu kalau ketinggiannya didapatkan dari kebaikan banyak makhluk di hutan. Dia tak jumawa. Dia tak lelah merentangkan cabang dan dedaunan untuk melindungi yang lain. Dia mengingat semua kebaikan demi kebaikan yang diterimanya.

“Apa lagi Guru?”

“Jadilah matahari. Dia setia membagi cahayanya tanpa memandang siapa. Dia bagi sekuntum cahaya pada gunung, pada lembah, pada pantai, pada laut. Dia adil membagi cahayanya pada siapa saja,” katanya.

Matahari adalah potret ketinggian, kekuatan, dan kehebatan. Tapi matahari tak pernah lelah untuk berbagi. Dia sebarkan cahayanya dengan adil. Sama rata. Setiap pagi dia sapa semua makhluk. Setiap sore, dia berpamitan pada semuanya melalui semburat cahaya merah di ufuk sana.

Anak muda itu terdiam. Jalan menuju lingkar kuasa tak mudah. Dia mesti menekan ego dan hasrat yang menggelegak. Dia harus menenangkan banyak ambisi dalam diri yang tak sabar untuk menjebol.

Dia ingin melejit, tapi tak sabar menunggu proses. Dia tak siap jadi kepompong yang sabar menunggu hingga tiba saatnya untuk merentang sayap sebagai kupu-kupu.

“Guru, aku tak sanggup mengikuti disiplinmu.”

“Maka bersiaplah untuk mati muda.”

 


6 komentar:

Unknown mengatakan...

Terimakasih..2022 sudah berbagi 6 tulisan yg hebat2 menginspirasi

Bahri mengatakan...

Terimakasih.. sudah menginspirasi dengan berbagai makna di balik tulisan hebat ini

Bahri mengatakan...

Terimakasih.. sangat menginspirasi dgn berbagai makna di balik tulisan hebat ini

Topik Irawan mengatakan...

Makasih telah berbagi

Topik Irawan mengatakan...

Keren

Topik Irawan mengatakan...

Keren

Posting Komentar