Karma Investing

 


Raffi Ahmad sedang cuan. Saham RANS Entertainment dibeli oleh Elang Mahkota Teknologi (EMTK). RANS Entertainment akan kerja sama dengan unit bisnis di Emtek yakni PT Surya Citra Media Tbk (SCMA), pemilik stasiun televisi SCTV, Jumat 12 November 2021 kemarin.

Raffi akan menerima uang sebesar 248 miliar rupiah untuk 17 persen saham. Dia tetap pemegang saham mayoritas. Dia semakin tajir melintir.

Saya ingat dua bulan lalu bertemu Raffi. Dia bercerita tentang ekspansi bisnis. Setelah beli klub bola, dia beli klub basket. Bisnisnya mulai merambah ke mana-mana.

Namun berita pembelian saham RANS oleh Emtek itu cukup mengejutkan saya. Betapa tidak, SCTV adalah stasiun tivi yang cukup besar. Kok mau-maunya membeli saham bisnis yang produknya masih berupa vlogger dan Youtuber?

Seorang kawan bercerita, di dunia investasi, ada yang disebut Karma Investing. Kita tahu perusahaan besar seperti Google, Apple, Amazon, Alibaba, Tencent, Facebook, hingga Microsoft dahulu adalah perusahaan kecil yang mengalahkan raksasa.

Mereka melakukan disrupsi teknologi lalu mengalahkan pemain lama. Facebook mengalahkan Friendster. Google mengalahkan Yahoo. Apple mengguncang IBM.

Rupanya, perusahaan besar selalu khawatir kelak akan ada seorang jenius di perusahaan kecil yang suatu saat akan mengalahkan mereka. Mereka takut akan karma berupa tumbangnya mereka oleh perusahaan kecil yang terus berkembang.

Makanya, saat melihat ada perusahaan kecil yang sedang tumbuh, mereka akan buruan untuk membeli sahamnya. Bahkan harga mahal sekalipun. Sebelum tumbuh dan besar, maka sahamnya harus dikuasai. Biar tidak jadi ancaman.

Saya ingat Disney, yang dipimpin Edwin Catmull, pernah mengakuisisi Pixar, yang saat itu dipimpin Steve Jobs, sebesar 7,4 miliar dollar pada tahun 2016. Catmull diprotes pemegang saham Disney karena valuasi Pixar terlalu mahal pada masa itu. Padahal Pixar masih kecil, sedang Disney sudah lama jadi raksasa.

Jawabannya sangat mengena: “Permasalahannya, bukan seberapa mahal harga yang harus dibayarkan sekarang, tetapi berapa harga yang harus kita bayar nanti, jika Pixar sudah menggusur Disney.”

Prediksinya benar. Pixar unggul dengan teknologi animasi 3D, pada saat Disney masih mengandalkan kartun 2D. Kini, semua film animasi memakai teknologi 3D. Andai saat itu Disney tidak membeli Pixar, saat ini perusahaan itu akan serupa Yahoo yang tinggal nama.

Mungkin saja logika Karma Investing ini sedang melanda Emtek hingga membeli saham RANS. Kita sama tahu, pola menonton televisi generasi sekarang beda dengan dulu. Anak-anak kita mulai berpaling ke Yutub. Mereka tidak lagi menanti siaran di televisi.

Mereka punya jadwal nonton yang fleksibel di Youtube dan berbagai platform streaming.

Generasi milenial mengubah pola bisnis. Pihak televisi pun mau tak mau harus berbenah. Harus mengubah model bisnis. Kata kawan, bisnis televisi sedang masuk masa senjakala. Perlahan kue iklannya digerogoti para influencer dan Yutuber.

Biaya mahal di industri ini dikalahkan oleh bisnis gratisan di Yutub. Cukup modal segelas kopi, Yutuber bisa buat konten yang punya potensi lebih populer dari tayangan televisi.

“Udah kaya, dapat karma pula. Beda tipis dengan saya,” kata seorang kawan jomblo. Dia juga mendapat karma. Pacarnya direbut orang lain. Dulu, dia sering merebut pacar orang.

Saya senyum-senyum mendengar ceritanya.


3 komentar:

Wandy mengatakan...

Pantas saja banyak media-media televisi nasional yang ekspansi ke YouTube... Rupanya krna acara di televisi mulai sepi peminat. Hmm.

Ricky Balakosa mengatakan...

Sesekali Bung Yusran membuat tulisan ringan soal kondisi industri media online yang tumbuh bak jamur. Core contennya bukan seputar pelanggaran-pelanggaran kaidah jurnalistik, tetapi meneropong dari sisi peluang dan prospek pengembangannya. Jangan sampai nasib media2 arus utama juga remuk dan senasib Yahoo, BBM dan Friendster ...salam semangat

Adhy mengatakan...

emang lagi top raffi sekarang, semoga kita bisa meniru juga

Posting Komentar