Kisah Kolaborasi


Jauh dari satu daerah di timur Nusantara, dia datang ke Jakarta. Dia seorang pedagang yang cukup sukses. Saat jumpa dengannya, dia sedang bersama sejumlah anak muda lainnya. Rupanya, dia mengajari anak-anak muda itu cara berbisnis di lini yang sama dengannya.

Dia berbagi ilmu. Dia ikut membuka peluang pasar. Dia merekomendasikan usaha teman-temannya. 

“Apa tidak takut mereka jadi saingan yang kelak bikin bisnismu bangkrut?” Saya bertanya. Dia malah tersenyum. Menurutnya, rumus itu tak berlaku dalam kehidupan. “Semakin banyak kamu memberi, maka semakin banyak rezekimu yang mengalir,” katanya.

Saya merenung. Selama ini kita terlalu sering melihat persaingan. Kita beranggapan semua orang akan saling caplok. Padahal, kehidupan bergerak dengan cara berbeda. Semakin sering berkolaborasi, maka semakin membesar manfaat yang diterima.

Saya terkenang dengan kisah seorang petani jagung di Texas. Dia terkenal karena jagungnya paling unggul. Uniknya, dia tak pernah pelit. Dia bagikan bibit jagung kepada semua petani jagung di sekitar kebunnya. Semuanya menghasilkan jagung paling unggul.

Kenapa dia mau saja membagikan bibit jagungnya? Bukankah dengan membagikannya, dia akan makin miskin karena banyak pesaing? 

Menurutnya, kalau di sekeliling kebun itu ditanami jagung unggul, maka pembuahan yang terjadi karena angin akan selalu menghasilkan jagung-jagung yang juga unggul. 

Jika saja hanya kebunnya yang memakai bibit unggul, sementara kebun di sekitarnya dari bibit yang kurang baik, maka pembuahan jagung di kebunnya akan tidak maksimal. Bibit yang kurang bagus bisa terbawa angin ke kebunnya, dan menghasilkan jagung yang kurang bagus.

Di sinilah letak indahnya kolaborasi. Semakin banyak kawan seiring sejalan, maka semakin banyak tangan dan bahu yang kelak akan menarikmu saat sedang ditimpa masalah. Semakin banyak berbagi kebaikan, maka kebaikan pun akan sering datang dengan cara yang ajaib, sering kali tidak disangka-sangka.

Saya sedang membaca buku berjudul Macrowikinomics, yang ditulis Don Tapscott. Rupanya, ekonomi masa kini dan masa depan selalu berbasis kolaborasi. Jejaring atau networking menjadi kekuatan. 

Pantasan, model pendidikan di negara seperti Amerika Serikat mulai berubah. Tidak lagi menekankan pada tugas-tugas individual, tapi selalu pada kerja sama.

“Saya tak akan miskin hanya karena membantu orang,” kata kawan pedagang itu. Melalui kolaborasi, ada banyak tangan dan otak yang membantunya. Melalui kerja sama, dia membangun sistem. Kelak dia akan menikmati buah dari benih unggul yang ditanam, yang disuburkan oleh guguran daun dari tanaman subur di sekitarnya.


1 komentar:

Unknown mengatakan...

Sy selalu kagum membaca tulisan orang lain dan ingin jg seperti mereka tapi saya merasa sulit untuk memulainya.

Posting Komentar