Fantasi Elon Musk


Di seluruh planet, dia adalah pria yang mengolah semua fantasi menjadi kerajaan bisnis. Dia pria penuh mimpi, yang perlahan mewujudkannya satu demi satu. Dia adalah Elon Musk.

Saya sedang membaca biografinya yang ditulis Ashlee Vance. Kesan saya, Elon Musk bukan manusia yang lahir di abad ini. Saya menduga dia adalah seorang time traveler dari masa depan yang datang ke masa kini untuk meretas jalan ke sana.

Saya sangat tertarik membaca masa kecilnya, semasa di Afrika Selatan. Dia adalah seorang anak yang pendiam. Hari-harinya diisi dengan permainan video game. Dia juga sangat rajin membaca buku-buku yang dibelikan ayahnya.

Konon, dia menghabiskan waktu 10 jam dalam sehari untuk membaca. Bahkan dia juga pengunjung setia perpustakaan. Dia sering ditemukan di sudut perpustakaan bersama buku-buku.

Dia paling suka membaca komik dan kisah science fiction. Di usia lima tahun, dia sudah merancang cerita tentang perang alien melawan manusia. Alien akan datang dengan pesawat yang membawa bom hidrogen dan membawa kehancuran pada manusia.

Dia juga membaca kisah-kisah fantasi. Buku favoritnya adalah Lord of The Ring (LOTR) yang ditulis J.R Tolkien. Kisah ini sangat menyentuh hatinya sehingga ketika dewasa, dia selalu merekomendasikannya. Beberapa kali di Twitter, dia menyebut LOTR sebagai inspirasinya. 

Pernah, seorang siswa muda dari India bertanya kepada Musk melalui Twitter bagaimana bisa buku tebal klasik yang diisi dengan kisah para hobbit, orc, penyihir, dan elf menginspirasinya? 

Dia menjawab: “Don't give up if the cause is important enough, even if you believe you are walking into doom. Good friends really matter.” Para penggemar LOTR akan teringat adegan ketika Frodo Baggins bersama rekan-rekannya berbagai makhluk melakukan perjalanan ke Mount Doom. Mereka kuat karena saling bantu.

Bagi Elon Musk, ada kesamaan antara kisah fiksi sains dan fantasi, yakni manusia mengemban misi penting di alam semesta. Manusia harus merawat alam, dengan cara mewujudkan teknologi dengan energi bersih, serta membangun pesawat antariksa untuk memperluas capaian manusia. Dengan kata lain, manusia harus jadi khalifah.

“Mungkin saya terlalu banyak membaca komik dan fantasi,” katanya. Fantasi itu ibarat kompas yang menentukan ke mana Elon Musk bergerak. Berkat fantasi itu, dia melakukan revolusi pada tiga bidang industri, yakni teknologi, transportasi, dan ruang angkasa. Dia membangun PayPal, Tesla, Zip2, SpaceX dan Solar City sebagai perusahaan yang mengubah dunia.

Bahkan, dia berambisi mengirim koloni manusia untuk tinggal di Mars pada 2025. Mungkin Anda akan menganggapnya gila, tapi dia perlahan mewujudkannya. Perusahaannya SpaceX saat ini jadi perusahaan terdepan dalam peluncuran roket dan satelit untuk NASA dan berbagai lembaga lain.

Dari sisi sains, banyak yang secerdas Elon Musk. Tapi dalam hal imajinasi, Elon Musk seolah penduduk masa depan. Imajinasinya mendorong pada inovasi dan penciptaan. Sains memang bisa membantu manusia menjelaskan banyak hal, tapi imajinasi selalu terkait dengan daya cipta, serta merancang masa depan. 

Pantas saja jika fisikawan Albert Einstein mengatakan: “Imagination is more important than knowledge.”

Mungkinkah ada generasi sehebat Elon Musk yang lahir di negeri ini pada masa sekarang dan masa depan? Saya agak pesimis.  

Betapa tidak, kita jarang melihat anak-anak menggemari fantasi hingga terbawa mimpi. Orang tua pun tidak membekali anaknya dengan berbagai dongeng, hikayat, hingga fantasi.  Kita mengajari anak kita dengan hafalan.  Cukup fasih menghafal lembar demi lembar, kita sudah puas. 

Maka biarlah Elon Musk menguasai masa kini dan masa depan. Kita menguasai kehidupan setelah masa depan. Kita lebih menang di hari akhir.



0 komentar:

Posting Komentar