Mencari Jalan Kreatif


Di masa sekolah, dia tidak bisa mengikuti pelajaran dengan baik. Dia hanya mencoret-coret dari bangku belakang. Dia cuma tertarik pada dua pelajaran: kesenian dan jam kosong. Dia tenggelam dalam imajinasinya, lalu menuangkannya menjadi gambar, kartun, dan karikatur.

Bagi Wahyu Aditya, sekolah telah membunuh kreativitas. Sekolah membunuh imajinasinya. Sekolah tidak memberi ruang bagi jalan kreatif. Sekolah tidak menyediakan surga imajinasi bagi seseorang yang suka menggambar. Sekolah ibarat pabrik yang mengubah semua orang jadi satu warna.

Saat lulus sekolah, Wahyu berkelana sejauh-jauhnya demi mengikuti jalan kreatif. Di Jepang, dia tercengang. Di mana-mana, dia melihat karakter kartun dan animasi. Orang Jepang menyebutnya manga. Bahkan orang Jepang menjadikan Osamo Tezuka menjadi pahlawan. Osamu Tezuka adalah sosok yang melahirkan karakter Astro Boy, Buddha, dan Kimba the White Lion.

Di Inggris, dia melihat berbagai bangunan kreatif. Ada bangunan yang bentuknya seperti terong. Dia membayangkan kenapa kita tidak membuat bangunan yang bentuknya seperti petai. Dia sempat terheran-heran ketika melihat pergantian shift jaga di istana dikemas menjadi tontonan wisata.

Wahyu adalah tipe pembelajar yang tak pernah puas. Dia terus-menerus menantang dirinya. Mulanya dia hanya membuat komik tentang teman sekelasnya. Dia lalu menekuni animasi dan berbagai produk kreatif. Coretan-coretannya menjadi animasi untuk video klip lagu Bayangkanlah dari Padi.

Dia berani berpikir dari sisi berbeda. Dia menggambar ulang karakter Gatot Kaca dan laris manis saat dicetak di kaos. Dia membuat brand nasionalisme untuk produk kaos. Di antaranya penari Bali yang digambar seperti kartun ala Jepang, yang matanya besar. Dia memasarkan desain kaos bertemakan nasionalisme hingga ke mancanegara.

Tak berhenti di situ, dia membuat kelas-kelas pelatihan animasi yang menjadi wadah belajar para pembuat animasi. Dia menularkan virus kreativitas yakni melihat sesuatu dari sisi berbeda. Dia ingin orang-orang kembali menjadi anak kecil yang bebas prasangka, penuh imajinasi, serta melahirkan banyak karya.

Dia juga membuat HelloFest, festival yang menghadirkan banyak massa dengan berbagai kostum unik ala kartun atau animasi. HelloFest menjadi festival cosplay terbesar di dunia dan dikunjungi hingga puluhan ribu orang. Berbagai sponsor besar masuk dan mendanai program HelloFest.

Dalam buku berjudul Sila Ke-6 Kreatif Sampai Mati, dia memamaprkan banyak kiat untuk menjadi orang kreatif. Di antaranya adalah lakukan hal spontan. Sering-sering melakukan hal spontan, saat imajinasi sedang bersarang. 

Dia mencontohkan, saat ramai kasus Prita yang diperlakukan tidak adil oleh RS Omni, dia menggambar karikatur Prita yang langsung viral. Desainnya dipakai di mana-mana. Rumus spontanitas dipakainya saat mengambar desain untuk laptop Lenovo. 

Dia lalu iseng membuat Kementerian Desain Republik Indonesia. Dia heran kenapa logo pemerintah selalu padi dan kapas. Dia menggambar ulang banyak logo, lalu membagikannya secara gratis di blog yang dikelolanya. Dia membuat branding dirinya melalui blog. 

Dia pun membuat desain jas almamater sebab dilihatnya terlalu formal dan kaku. Saat dia menjadi bapak, dia membuat komik untuk anaknya, yang dicetak besar-besaran oleh satu penerbit besar.

Mantra lain darinya adalah “bagaimana kalau.” Dia membuat banyak angan-angan dan membuat peta jalan. Misalnya, bagaimana jika dia membuat proyek yang susah digapai, misalnya membuat klip album Padi. Dia iseng membuat rancangan desain yang dikirim ke Padi, dan ternyata mendapat respon positif. Klip lagu Bayangkanlah mendapatkan banyak anugerah video musik.

Mantra lainnya adalah berani rangkul keterbatasan. Dia memberi contoh pengalamannya membuat animasi dengan bahan-bahan sederhana, yang kemudian menang festival di tingkat internasional. Dia juga mengutip banyak contoh. Baginya, yang terpenting bukan seberapa canggih satu desain dikemas, tapi seberapa orisinil dan kreatif di tengah keterbatasan.

Saya sangat menikmati buku ini. Isinya penuh dengan provokasi agar orang-orang mengikuti jalan kreatif, jalan paling orisinil, dan sisi paling menyenangkan dalam diri. Tidak semua orang memilih jalan kreatif sebab berani meninggalkan zona nyaman. 

Namun mereka yang memilihnya sama paham kalau zona kreatif ibarat pulau indah yang menjadi tujuan semua orang. Di situ, ada diri yang serupa anak kecil sedang bermain dengan gembira. 


2 komentar:

Anonim mengatakan...

Salah satu kelemahan dunia pendidikan di Indonesia, memang sulitnya mengembangkan daya imajinasi dan kreativitas individu anak didik. Saya belajar menulis justru dari luar sekolah. Dari buku2 di komunitas dan toko buku tentunya

Layworu mengatakan...

Kalau boleh tahu, penulis dari buku ini siapa ya ?

Posting Komentar