Gadis Nelayan di Wakatobi




Senyumnya mengembang saat berpose di depan ikan baronang raksasa di Desa Liya Bahari, Wakatobi. Dia begitu gembira menyaksikan anak-anak yang semuanya membawa gambar ikan baronang yang diacungkan.

Saya pun mendekat dan mengabadikan kembang senyum itu. Kami saling sapa. Dia bercerita tentang kegemarannya ke laut. Dia pun bercerita tentang bapaknya yang hari itu sangat gembira memanen ikan baronang.

Saya menyimak kisahnya. Saya teringat diskusi dengan senior dan sahabat Zulfikar yang kini menjadi Dirjen Perikanan Tangkap, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP). Katanya, dunia nelayan Indonesia sedang mengalami krisis nelayan muda. Banyak anak muda nelayan yang tidak tertarik jadi nelayan. Anak2 nelayan lebih banyak yang bercita-cita jadi aparatur sipil negara (ASN).

Saya belum lihat datanya. Tapi dugaan saya, krisis nelayan muda juga tengah melanda Wakatobi. Ketimbang meneruskan pekerjaan bapaknya, anak-anak nelayan lebih memilih untuk merantau dan melakoni profesi lain. Profesi nelayan dianggap tidak keren, kurang gaul, dan sedikit kampungan.

"Saya malah ingin jadi nelayan," gadis muda ini seakan paham apa yang saya pikirkan.
"Masak sih?"
"Iya. Buktinya, sekarang saya jadi mahasiswa Akademi Komunitas Kelautan dan Perikanan di Wakatobi."

Saya tersenyum. Sahabat Zulfikar pernah bercerita mengenai sekolah vokasi yang dibentuk Kementerian Kelautan dan Perikanan di Wakatobi. kurikulum sekolah ini diharapkan lebih applied, lebih terapan. Tujuannya agar anak muda bisa langsung bekerja di sektor perikanan.

Saya rasa mindset masyarakat pun harus berubah. Profesi nelayan, dan juga petani, adalah sokoguru rumah kebangsaan kita. Mereka berkontribusi besar pada penyediaan pangan yang akan merawat generasi dan menentukan wajah suatu bangsa. Senyum nelayan hari ini adalah senuum generasi Indonesia masa mendatang.

Di era 4.0, profesi nelayan juga harus berkembang. bukan lagi hanya menggunakan jala dan kail, tapi sudah harus mengandalkan big data, memantau data satelit tentang arah ikan, memahami kecerdasan buatan (artificial intelligence) untuk penangkapan yang efektif dan ramah lingkungan. Nelayan harus memiliki spirit bisnis lalu mengelola sektor perikanan sebagai bisnis yang produktif dan bisa mensejahterakan.

"Kak, jangan lupa hadir di acara Hekomba, nanti malam. Saya mengundang kakak," katanya dengan mata berbinar. Dia langsung beranjak. Saya suka memandang rambutnya yang agak pirang.

Saya tidak tahu apa itu hekomba. Kata seorang kawan di desa Liya, tradisi hekomba adalah tradisi menikmati malam di terang bulan. Saat itu laki-laki akan bertemu perempuan pujaannya kemudian berkenalan lebih akrab. Keduanya memandang bulan bersama-sama. ini tradisi yang sangat romantis di masyarakat pesisir.

Dalam hati kecil, ada tunas tanya yang tumbuh, kok dia mengajak saya yaa.



1 komentar:

Sam Traveler mengatakan...

Jadi pengen ke Wakatobi neh kak.

Posting Komentar