Berkunjung ke Markas INTERPOL




Demi menjalankan tugas di satu lembaga internasional, saya bertandang ke Markas Interpol yang terletak di Mabes Polri, Jalan Trunojoyo. Saya bertemu AKBP Yuli Cahyanti. Kalau di militer, pangkat AKBP setara dengan Letnan Kolonel.

Perempuan asal Jawa Timur ini selalu terlihat ceria. Dia tipe perempuan yang suka bercanda. Saya nyaris tak percaya bisa bercanda dan mengatur-ngatur seorang polisi berpangkat letkol. Dia pun bersedia ketika saya ajak ketemu di satu mal di Jakarta.

Yuli adalah polwan yang sangat menginspirasi. Dia pernah ikut dalam pasukan misi perdamaian PBB di Darfur, Sudan. Dia pun lama bekerja di Interpol yang bermarkas di Malaysia.

Dalam dua kali pertemuan dengannya, Yuli bercerita pengalamannya saat menjadi anggota pasukan perdamaian. Mulanya dia dipandang remeh, bahkan oleh para lelaki yang bergabung di pasukan perdamaian. Sebab dia perempuan. Dan perempuan dianggap lemah.

Ternyata dia menjadi sosok inspiratif di pasukan perdamaian. Di daerah konflik, pihak yang menjadi korban dalam jumlah paling banyak adalah perempuan dan anak-anak. Sebagai perempuan, Yuli bisa berdialog dari hati ke hati dengan para perempuan yang menjadi korban kekerasan.

“Perempuan yang mengalami kekerasan seksual selalu tertutup. Mereka terguncang dan tidak mau menyampaikan masalahnya pada laki-laki. Pada saat itulah pendekatan sebagai sebagai sesama perempuan sangat diperlukan,” katanya.



Berkat Yuli saya baru tahu bahwa di daerah konflik, perempuan paling sering mengalami kekerasan seksual. Dia menjelaskan istilah seperti gender based violence dan conflict related sexual violence.

Saya tertarik dengan ceritanya tentang pasukan perdamaian Indonesia yang selalu diterima di manapun mereka bertugas. Pasukan Indonesia selalu disenangi warga karena dikenal ramah serta selalu membangun kedekatan dengan komunitas. Istilah kerennya “Community engagement.”

Kata Yuli, orang Indonesia dikenal selalu menyapa dan tersenyum. “Bahkan terhadap tiang listrik pun orang Indonesia tersenyum,” katanya sembari terkekeh. Yuli pernah menjelaskan tentang pendekatan polisi Indonesia saat misi perdamaian di hadapan sidang PBB di New York.

Demi keperluan foto, saya memintanya memakai baju polisi yang dikenakannya saat misi perdamaian, lengkap dengan baret biru PBB. Yuli pasrah-pasrah saja saat saya mengatur pakaiannya, serta foto di mana. “Wah, saya dikerjai nih sama Mas Yusran,” katanya.

Saya cuma senyum-senyum sambil memandang stafnya yang cantik dan selalu bilang siap pada semua perintah. Saya sempat kecele karena mengiranya sekretaris. Ternyata dia seorang polisi yang berpakaian putih hitam saat bertugas di mabes Polri.

Wah, kok saya bisa lupa namanya yaa?



1 komentar:

kokorobby mengatakan...

Terima kasih sudah berbagi informasi yang menarik dan bermanfaa
Kunjungi juga website kami di walisongo.ac.id

Posting Komentar