Kiat Jitu Menang Lomba Menulis



SEORANG sahabat mengirim pesan khusus. Ia membaca artikel bahwa locita.co bekerja sama dengan relawan Joko Widodo (Jokowi) mengadakan lomba menulis. Ia tiba-tiba bertanya bagaimana kiat-kiat bisa memenangkan lomba menulis. Ia tahu bahwa saya sering menang lomba menulis yang hadiahnya besar. Ia ingin tahu apa ada strategi atau kiat khusus agar setiap tulisan bisa bernas dan menang lomba.

Saya menulis artikel ini demi menjawab pertanyaan sahabat itu. Saya pikir, yang namanya pengetahuan akan semakin bertambah jika dibagikan kepada banyak orang. Setiap orang menempuh jalan pedang sendiri di dunia penulisan. Setiap orang punya jurus atau teknik menulis sendiri yang dirasanya paling nyaman. Namun, penting juga untuk menyerap pengalaman dari mereka yang lebih dahulu memasuki rimba penulisan.

Saya memang beberapa kali ikut lomba menulis. Biasanya, saya selektif ikut lomba. Saya hanya mengikuti lomba menulis yang hadiahnya besar. Saya akan mempersiapkan diri dengan matang demi mengikuti lomba. Ketika tekad sudah kuat, saya akan mengincar posisi juara. Tanpa bermaksud angkuh, saya sering menang lomba menulis.

Di antara lomba berhadiah besar yang saya menangkan adalah juara XL Writing Award 2014, juara lomba menulis relawan Jokowi-JK yang jurinya adalah Seno Gumira Ajidarma, juga lomba esai ekonomi yang diadakan Sekretariat Kabinet RI. Hadiah untuk juara pertama masing-masing lomba ini selalu di atas angka 20 juta rupiah. Cukup menggiurkan kan?

Jika Anda mengincar hadiah, maka Anda bisa kaya berkat lomba menulis. Saat ini, hampir setiap hari ada saja lomba menulis. Banyak lembaga besar, instansi, serta perusahaan yang menggelar lomba menulis demi menjaring partisipasi yang tinggi dari masyarakat. Melalui lomba itu, berbagai instansi menjaring harapan dan keinginan masyarakat yang kemudian menjadi masukan berharga untuk dikembangkan.

Saya ingin secara khusus menyoroti lomba-lomba yang diikuti banyak orang. Saya akan berbagi pengalaman kiat menjadi juara di Kompasiana, Oxfam International, dan Sekretariat Kabinet RI. Pada setiap lomba itu terdapat ratusan hingga ribuan peserta. Nah, bagaimanakah cara agar tulisan kita bisa sedemikian bersinar sehingga mendapat perhatian semua juri?

Pahami Tujuan Lomba

HAL pertama yang perlu dipersiapkan adalah pahami apa keinginan penyelenggara lomba. Jangan sok tahu dan merasa lebih mengerti apa tujuan lomba. Jangan pula membuat pemahaman sendiri yang belum tentu sama dengan keinginan panitia. Bisa-bisa, di bawah tulisan Anda akan ada tulisan juri: “Pemahaman nenek lu.”

Jika lomba itu diadakan satu pemilik produk yang tujuannya adalah mengampanyekan kelebihan produk itu, Anda jangan menulis hal-hal yang sifatnya cacian. Demikian pula jika lomba menulis bertujuan untuk menjaring suara-suara warga tentang pembangunan, Anda harus pandai-pandai menjaga porsi antara kritik dan masukan konstruktif.

Kritik itu penting untuk menunjukkan ada sesuatu yang keliru, sedangkan masukan konstruktif juga penting untuk menunjukkan bahwa selalu ada harapan untuk menyelesaikan persoalan seberat apa pun.

Lihat pula apa keinginan panitia. Kalau lomba itu adalah lomba menulis surat, maka buatlah tulisan berupa surat. Isinya bisa berupa dialog-dialog, serta curahan hati. Meskipun bentuknya surat, tapi Anda harus tetap berargumentasi, serta menggunakan diksi yang bisa menyentuh hati pihak yang diharapkan membaca surat itu. Jadikan lembaran itu sebagai ruang untuk bercerita banyak hal dengan sebaik dan semengalir mungkin.

Ketika Anda telah memahami keinginan penyelenggara lomba, sering-seringlah melakukan pencarian pada artikel sejenis. Pelajari tulisan-tulisan bagus yang pernah dibuat idolamu dalam menulis.

Malah, kalau perlu tirulah caranya membangun argumentasi. Kalau Anda suka Goenawan Mohamad, maka buatlah tulisan Anda semirip Goenawan. Yang dimiripkan adalah aliran idenya, bukan meniru kata per kata. Jangan pernah melakukan plagiat. Nama baik dan reputasi Anda akan menjadi taruhannya.

Keunikan Gagasan

Sering orang berpandangan bahwa gagasan yang keren adalah yang menyangkut tema-tema politik atau isu yang sedang aktual. Dalam satu lomba menulis, banyak orang mengajukan naskah yang berisikan kritik atau cacian pada pemerintah. Saya yakin, para juri tidak akan pernah melirik naskah-naskah seperti ini. Mengapa? Sebab tulisan-tulisan demikian hanya berisi keluhan dan cacian, tanpa memiliki bangunan argumentasi yang kokoh.

Di satu lomba menulis tentang ekonomi, banyak peneliti yang mengajukan tulisan serupa karya ilmiah. Mereka mengeluarkan banyak dugaan (hipotesis), lalu diuji dengan beberapa eksperimen lalu dianalisis.

Malah, ada yang membandingkan berbagai hasil riset dan angka-angka kuantitatif. Lagi-lagi, tulisan ini tak akan dlirik oleh juri. Argumennya memang kokoh. Namun penyajian yang bikin kening berkerut tersebut hanya pas untuk tampil di jurnal, bukan di lomba-lomba menulis.

Hal pertama dan wajib dimiliki seorang penulis adalah gagasan yang unik, orisinil, sedikit nyeleneh dan melawan arus. Gagasan yang unik akan tampak menonjol di tengah arus ribuan artikel yang masuk dan hendak diikutkan lomba. Ketika semua orang berpikir hal yang sama, maka Anda harus berani berpikir berbeda.

Ada beberapa patokan dasar dalam mengolah ide untuk lomba menulis. Pertama, sajikan sesuatu yang beda. Kalau sama dengan yang lain, yakinlah, naskah itu tak akan dilirik. Kedua, hadirkan orisinalitas atau keaslian. Usahakan untuk menemukan gagasan yang baru atau orisinil. Bagaimana caranya? Catat pengalaman yang unik, sesuatu yang ada di sekitar kita, namun seringkali luput dari pandangan. Tajamkan semua indra demi mengenali hal-hal menarik, namun sering terabaikan.

Ketika mengikuti lomba menulis yang diadakan Oxfam yang bertemakan perubahan iklim, saya membayangkan bahwa kebanyakan peserta akan melihat aspek-aspek lingkungan atau studi tentang bagaimana iklim, cuaca, dan ekosistem. Pada saat itu, saya tak ingin terjebak dengan cara berpikir kebanyakan orang. Saya lalu memilih untuk menulis tentang perspektif nelayan kecil di pulau.

Saat itu, saya melihat nelayan punya keterbatasan dalam memahami memahami fenomena ilmiah atas perubahan iklim, akan tetapi mereka memiliki konsep lokal atau kearifan tentang tabiat iklim yang selalu berubah. Saya teringat pada artikel bahwa lembaga-lembaga internasional tidak lagi berpikir untuk membawa pengetahuan dari negara lain, melainkan menggali pengetahuan dan kearifan lokal yang kemudian dijadikan sebagai solusi untuk mengatasi berbagai masalah.

Ketika mengikuti lomba yang diadakan Kompasiana, saya juga menerapkan cara berpikir yang sama. Demi lomba itu, saya lalu melakukan reportase atau peliputan. Saya mengikuti seorang anak kecil yang berprofesi sebagai perenang penangkap koin. Saya mencatat pengalaman bersama anak itu. Setelah itu, saya lalu mengungkap ironi negeri kita sebagai negeri maritim, namun pemerintahnya jarang menoleh ke laut.

Ketika ikut lomba esai ekonomi, yang saya lakukan adalah menulis pengalaman seorang nelayan mengorganisir nelayan lainnya demi membuat koperasi kecil yang membawa manfaat bagi semua orang. Saya mengangkat hal kecil, lalu melakukan refleksi mendalam atas best practice (praktik terbaik) itu, menarik pembelajaran, lalu menjelaskan mengapa program itu berhasil, sementara ketika pemerintah yang melakukan hal sama dengan dana besar, malah gagal total. Apa pelajaran yang bisa dipetik dari nelayan itu? Inilah fokus tulisan yang kemudian jadi juara.

Perkaya dengan Riset

Ketika Anda punya satu ide yang unik, maka Anda sudah menang satu langkah. Selanjutnya adalah bagaimana mengolah gagasan tersebut hingga menjadi sebuah tulisan yang bernyawa. Di sinilah kita mesti terbiasa dengan riset atau penelusuran data. Riset di sini bisa bermacam-macam bentuknya. Anda bisa melakukannya dengan membaca banyak artikel atau publikasi yang membahas topik yang sama dengan apa yang hendak Anda tulis.

Demi mendapatkan satu pemahaman yang komprehensif atas satu topik, saya membiasakan untuk selalu mengumpulkan banyak informasi tentang topik itu, kemudian membacanya satu per satu. Saya percaya bahwa tulisan yang baik akan selalu lahir dari proses membaca yang baik. Tanpa membaca, sebuah tulisan akan kehilangan energi sebab boleh jadi akan mengulang-ulang sesuatu yang sudah pernah ada.

Tanpa membaca, sebuah tulisan akan kering, sebab penulisnya hanya berputar-putar pada topik, tanpa berkesempatan untuk meninjau hal-hal menarik tentang topik itu yang bisa dilihat dari berbagai sisi. Dengan membaca, kita bisa tahu mana hal yang unik dan belum pernah dibahas siapa pun. Kita bisa mengisi celah kosong yang belum pernah dibahas dan didiskusikan itu, sehingga tulisan kita akan lebih aktual dan bernas.

Saya percaya bahwa tulisan yang baik adalah tulisan yang bisa menyajikan amatan dari berbagai sisi sehingga pembaca mendapatkan gambaran yang utuh.

Ketika mengikuti lomba esai ekonomi yang diadakan oleh Sekretaris Kabinet RI, saya membiasakan diri untuk membaca beberapa publikasi tentang ekonomi. Saya sadar benar bahwa ekonomi bukanlah bidang yang saya sukai. Makanya, saya berusaha untuk memahami topik yang hendak ditulis dengan cara mengumpulkan beberapa bacaan, serta menelusuri riset-riset mengenai topik tersebut. Bahan-bahan itu kemudian saya baca, lalu mencari celah-celah menarik yang bisa dituliskan.

Demi memahami berbagai bacaan, saya juga rajin mengamati kondisi di lapangan. Ketika sering turun dan berbaur dengan banyak orang, maka pastilah kita akan mendapatkan banyak perspektif yang menarik untuk memperkaya ide. Tulisan yang baik selalu lahir dari pengamatan dan refleksi yang juga baik.

Narasikan dengan Memikat

TERAKHIR adalah narasikan semua gagasan yang sudah diperkaya dengan riset ke dalam aliran yang memikat. Mulailah dengan hal-hal sederhana, bermula dari sebuah mata air, selanjutnya mengalir pelan, lalu memasuki jalan yang berkelok-kelok, lalu menggapai samudera.

Jangan pernah lupa untuk memasukkan karang-karang persoalan serta arus-arus deras di sungai penulisan, perkuat dengan pertanyaan kritis, serta jawaban-jawaban sederhana yang bisa dipetik dari perjalanan tersebut.

Bagi saya, tulisan yang baik adalah tulisan yang sesaat bisa membuat seseorang merenung, lalu mengalir mengikuti gagasan penulis, dan sesuai membacanya, kita tiba-tiba saja melihat sesuatu dengan lebih jernih. Tulisan yang baik serupa embun yang membasahi dahaga pengetahuan kita atas sesuatu, serta bisa menjadi mutiara yang dibawa para pembacanya.

Biasanya, sebelum menulis, seorang penulis akan membangun gambaran-gambaran sederhana tentang rancang bangun tulisan itu. Ia akan membuat coretan-coretan, tentang awal tulisan, inti yang hendak disampaikan, permasalahan, lalu konklusi yang ditawarkan.

Bisa pula meniru kerja mind mapping yang diperkenalkan Tony Buzan. Kita bisa membuat pemetaan pikiran, kemudian meletakkan ide-ide kita dalam pemetaan itu sehingga kita bisa tahu apa point yang hendak disampaikan, serta bagaimana mengakhiri tulisan dengan penutup yang menarik.

***

DEMIKIAN beberapa kiat praktis untuk memenangkan lomba menulis. Kiat ini hanya sedikit. Kita bisa mengembangkannya dalam tulisan lainnya. Ada banyak teknik dan strategi yang bisa ditempuh, akan tetapi semuanya akan kembali pada seberapa besar hasrat kita untuk menang.

Belakangan, saya belajar bahwa menang lomba menulis bukanlah segala-galanya. Yang lebih penting adalah perjalanan atau proses yang kita lalui untuk mengikuti lomba itu. Lebih penting proses belajar tahap demi tahap, ketimbang membaca nama tertera dalam daftar pemenang. Lagian, setiap lomba selalu subyektif. Pemenangnya belum tentu yang terbaik, melainkan pihak yang paling paham tujuan lomba serta selera para juri. Kalaupun kalah, jangan berkecil hati.

Proses menulis ibarat memasuki medan pertempuran. Anda akan lebih sigap dan lancar apabila persiapan juga matang. Nah, persiapan ini adalah proses pra-penulisan, yakni mengumpulkan bahan, membaca literatur, setelah itu mulai menyusun paragraf demi paragraf.

Anda ingin memenangkan lomba menulis? Hadirkan sesuatu yang unik, beda, berkelas, serta memikat.



2 komentar:

Galang mengatakan...

Asyik dan mengalir. Banyak yang membekas setelah membaca ini. Terima kasih bang Yusran

Elga Ahmad mengatakan...

Tulisan yang penuh makna dan inspiratif. Terima kasih telah membagi kiat-kiatnya, Bang Yusran!

Posting Komentar