Tamasya Ilmu di Ranah Digital


SELAMA dua hari, aku meluangkan waktu untuk membaca dan menuntaskan buku karya Don Tapscott yang berjudul Grown Up Digital. Buku ini membuka wawasan dan mengejutkan nalarku tentang perkembangan dunia digital, lahirnya generasi baru yang melek internet, serta perubahan sosial yang sedang dan akan terjadi.


Tesis utama yang diusung buku ini adalah lahirnya generasi internet telah mengubah banyak hal. Mulai dari lanskap pertemanan, bisnis, industri hiburan, serta konsep kekuasaan. Dunia memang sedang berubah drastis sejak hadirnya generasi baru ini. Dalam usia muda, mereka punya kecerdasan, kreatifitas, serta solidaritas yang sangat kuat. Mereka dengan cepat bisa membangun kolaborasi dan jejaring, kemudian bersama-sama mendorong terjadinya perubahan.

Argumentasi dalam buku ini memang sangat kuat, dan bertabur banyak bukti. Wajar saja sebab buku ini diolah dari hasil riset. Saat membaca metode penelitiannya, aku tercengang. Tapscott membangun sebuah tim peneliti, kemudian mewawancarai hampir 10.000 anak muda, serta menghasilkan 40 laporan. Melalui proses yang panjang, termasuk kerjasama dengan beberapa penulis, buku ini lalu lahir dengan bahasa yang renyah dan bertenaga sehingga memudahkan siapapun yang membacanya. Sejak awal membacanya, aku sangat tercengang dan serasa diajak memasuki dunia baru yang berubah. Argumentasi yang dibangun sangat kokoh, dan sangat terlihat kalau buku ini disiapkan secara serius.

Tak berlebihan jika buku ini bisa memotret dari jarak paling dekat tentang generasi baru serta peta lanskap ekonomi, sosial, dan budaya. Generasi baru ini disebutnya jauh lebih akrab dengan teknologi ketimbang generasi sebelumnya. Tapscott mencontohkan pengalaman ketika kantornya menghadiahi sebuah handphone yang mahal. Ia tak tahu bagaimana menggunakannya sehingga hanya meletakkannya di meja. Ternyata, anaknya lalu mengambil benda itu, dan dalam waktu sejam, handphone itu dipenuhi dengan banyak program, lagu-lagu, foto-foto, serta berbagai kustomisasi yang menunjukkan bahwa Tapscott adalah penggunanya.

Aku juga melihat contoh ini pada anakku Ara. Meskipun usianya baru dua tahun dan belum lancar berbicara, ia sangat pandai memainkan beberapa aplikasi pada Iphone. Ketika saya menyodorkan Iphone, ia langsung tahu cara membuka kuncinya, mencari aplikasi kamera, lalu sibuk memotret sana-sini. Ia juga pandai mengedit beberapa gambar sebelum di-publish. Padahal, tidak semua orang di rumahku yang mengetahui cara mengoperasikan teknologi sebagaimana dirinya. Bahkan ibuku pun hanya menjadikan handphone sebagai alat komunikasi belaka.

Generasi baru ini melihat masalah dengan cara berbeda dari generasi sebelumnya. Generasi ini bisa memaksakan cara pandang mereka yang kemudian mengubah kultur bisnis, lanskap ekonomi, pendidikan, serta perubahan sosial. Tak percaya?

Tapscot memberikan contoh. Hampir setiap tahun, ajang penganugerahan Grammy Award ditonton jutaan orang. Beberapa tahun ini, ajang ini mengalami penurunan drastis dari sisi jumlah penonton. Mengapa? Sebab generasi sekarang tidak ingin terjebak untuk menonton tivi pada jam tertentu dan hari tertentu. Generasi internet lebih memilih menunggu hingga acara itu selesai, kemudian menyaksikan adegan-adegan penting dari acara itu melalui Youtube. Hal ini sungguh beda dengan generasi sebelumnya yang memiliki jadwal nonton tivi. Artinya, kebiasaan dan kultur generasi baru telah membuat banyak industri hiburan yang berubah. Industri ini lalu mencari cara-cara baru yang kreatif untuk menggaet generasi bari sebagai konsumen, sekaligus produsen. 

Di masa depan, industri yang survive adalah yang berbasis kolaborasi banyak pihak, seperti Wikipedia ataupun Google. Industri ini dibangun sebagaimana layaknya semut membangun sarang. Publik menjadi kreator yang mengembangkan kecerdasan kolektif, lalu bersama-sama mengisi satu demi satu pilar-pilar kekuatan industri itu. Padahal, pada masa sebelumnya, publik adalah massa yang pasif. Kini, publik menjadi kekuatan yang bisa mengkreasi dan menguatkan perusahaan. Tantangannya adalah bagaimana menemukan aspek yang kemudian mendorong partisipasi banyak orang untuk memperkuat satu perusahaan.

Dalam dunia industri hiburan, generasi baru ini memang memiliki kebiasaan serta pola menonton yang berbeda. Sambil menonton, mereka selalu mengaktifkan internet sambil membuat status di facebook, lalu nge-tweet di twitter, kemudian mengunggah beberapa file, sambil mengunduh lagu secara bersamaan. Mereka melakukan hal-hal yang multi-tasking sebab pada saat bersamaan mereka juga bisa menyelesaikan satu pekerjaan.

Anda bisa bayangkan ketika generasi ini memasuki pasaran kerja. Mereka bisa mengubah pola bekerja di kantor enjadi lebih fun dan menyenangkan. Berbeda perusahaan seperti Google atau Yahoo! bisa menangkap dan memahami kultur kerja generasi baru. Di Google, seorang karyawan sangat diizinkan untuk membuat proyek pribadi di kantor. Perusahaan percaya bahwa inovasi pribadi yang dibangun dari hasrat dan keinginan bisa menjadi energi untuk penciptaan hal-hal baru. Makanya, kantor dirancang seperti gelanggang remaja, penuh hiburan, makanan, serta fasilitas. Semua orang bebas untuk online dan menggunakan facebook.

Aku sangat menyukai beberapa konsep yang dijelaskan Tapscott. Mustahil untuk menguraikan smeua konsep-konsep dan argumentasi itu dalam artikel singkat ini. Yang pasti, berbeda dengan pemikir lain yang pesimis melihat dampak perkembangan teknologi, Tapscott justru sangat optimis. Ia menunjukkan banyak bukti bahwa generasi internet (sering disebut Net Gen) memiliki kapasitas yang lebih cerdas dan lebih kreatif di bandingkan generasi sebelumnya.

Generasi ini juga bisa memaksakan berubahnya lanskap bisnis yang berbeda dengan masa sebelumnya. Generasi ini mendefinisikan ulang pekerjaan sebagai hobi yang snagat menarik untuk dikutak-atik. Generasi ini menafsirkan aktivitas berselancar di ranah maya bukanlah aktivitas yang membuang-bunag waktu, sebagaimana dituduhkan generasi tua. Mereka membuktikan bahwa jagad maya bisa menjadi tamasya ilmu, sumber kreativitas, serta wahana untuk membangun jejaring dengan orang lain, lalu membangun kekuatan secara kolaboratif.


Catatan:

Tulisan ini hanya pembuka untuk menelaah gagasan Tapscott.

1 komentar:

intanohana mengatakan...

Terimakasih karena mempercayakan orang muda untuk mengemban dunia :)

Posting Komentar