MEREKA-mereka yang dahulu berikrar tentang
sumpah pemuda adalah anak-anak muda gila yang kegilaannya kemudian mempengaruhi
zaman. Saya membayangkan dahulu, mereka adalah anak-anak muda yang berani
berpikir berbeda, menemukan ruh kebersamaan, lalu mmbangun cita-cita tentang
bangsa di masa depan. Mereka memikirkan masa depan, bukannya masa kini, yang
saat itu berada dalam rahim kolonialisme.
Ikrar kebersatuan itu dimulai dari sebuah
kegilaan. Jika mereka normal, maka mungkin saja, mereka hanya akan mengejar karier,
menyelesaikan sekolah dokter, kemudian hidup kaya-raya bersama gadis tercantik
yang dipersunting sebagai istri. Jika mereka normal, maka mereka tak akan
pernah mempertaruhkan masa kemahasiswaaannya pada dunia aktivis, serta
membiarkan diri mereka dalam pengawasan polisi kolonial. Pertanyaannya, mengapa
mereka berani mempertaruhkan masa mudanya untuk sesuatu yang kemudian disebut
sebagai makar?
Setiap membayangkan masa silam, saya
selalu berpijak di masa kini. Sejak dulu, saya meyakini bahwa yang membedakan
masa silam dan masa kini hanyalah cara atau metode menjalani hidup, namun
substansinya tetap atau sama. Contoh, jika di masa silam manusia berperang
menggunakan busur dan panah, maka di masa kini, manusia menggunakan nuklir.
Tapi substansinya tetap sama yakni peperangan. Iya khan?
Jika demikian halnya, anak-anak muda yang
dahulu mengemukakan ikrar bersatu itu ibarat anak-anak muda masa kini yang
berani menyatakan sikap pada pemerintah berkuasa. Mereka adalah anak muda yang
saban hari berpanas-panas di jalan raya demi mengingatkan orang-orang bahwa ada
sesuatu yang salah di negeri ini. Mereka adalah para martir atau pejuang, yang
tak ingin hidup nyaman sebagai mahasiswa, namun memilih hidup yang bergejolak,
berdinamika, penuh dengan gelora dan karang-karang.
Setiap zaman selalu punya kegilaannya
masing-masing. Hanya saja, ada kegilaan yang kemudian menjadi sejarah,
sementara kegilaan lainnya hanya tersisa sebagai catatan sebaris atau dua baris
di media massa. Kegilaan yang tercatat sebagai sejarah adalah kegilaan yang
kemudian menang dalam sebuah persabungan gagasan.
Dan anak-anak muda yang berikrar di tahun
1928 itu telah memenangkan wacana tentang lahirnya sebuah negara modern yang
lepas dari belenggu kolonialisme, lepas dari belenggu feodalisme ala kerajaan,
serta punya visi bahwa semua manusia sejajar tanpa harus dijajah oleh keadaan.
Kepada anak-anak muda itu, kita berutang
sejarah bangsa kita yang panjang serta ikatan kuat bernama Indonesia. Anak-anak
muda itu telah memenangkan sebuah momentum bahwa kegilaan yang diikat oleh visi
besar akan berbunyi nyaring di sepanjang momen sejarah. Mereka punya
orisinalitas gagasan yang melawan arus dan kemudian menjadi api yang menyala di
zaman kita hari ini.
Sementara generasi hari ini tengah mencari
bentuk. Mereka belum punya gagasan orisinil yang menyimang arus serta menjadi
ruh pergerakan. Mengapa? Sebab mereka hidup di zaman yang kompleks. Di zaman
yang anak-anak mudanya menghamba pada uang dan kekayaan. Di zaman para artis
serta hasrat untuk bermobil mewah serta hidup mapan. Di zaman ketika politisi
bisa menjadi jauh lebih perkasa ketimbang militer atau polisi kolonial. Anak
muda ini mudah dikalahkan oleh sihir Lionel Messi di televisi, ketimbang sihir
kaum kaya yang memperdayai kaum miskin.
Apa boleh buat. Dinamika hari ini jauh
lebih kompleks ketimbang dahulu. Tapi setidaknya kita punya visi yang disulut
sejak tahun 1928. Tanpa itu, mungkin kita telah lama tercerai-berai sebagai
bangsa.(*)
Baubau, 28 Oktober 2013
Saat mengenang sumpah pemuda
4 komentar:
Soekarno banget tulisannya.. Memahami dan mmbuka pmikiran untuk alasan prjuangan.. Visit sir www.fkbs.org
hallo bang Zul Qadri. makasih atas komentarnya. senang bisa bertemu di dunia maya. Thanks.
saya kebetulan tipe orang yang tdak gampang memuji kryan orang lain, tapi tanpa brmaksud melebih2kan saya biasa berjam2 membca tulisan pak Yusran di kanal timur-angin. tulisan yg mencerahkan trimkasih pak Yusran..
wah... sy jadi tersanjung nih
Posting Komentar