ilustrasi |
DI pagi hari, ponselku tiba-tiba
berdering. Penelepon mengaku dari Sekretariat negara RI. Ia menanyakan beberapa
hal, yang intinya memastikan bahwa aku sedang di tanah air dan benar-benar
tinggal di Pulau Buton. Katanya, naskah yang kukirimkan untuk lomba menulis
esai masuk dalam nominasi juara.
Sejujurnya, aku bukan orang yang rajin
ikut lomba menulis. Kadang-kadang aku suka mengirim tulisan demi untuk
meramaikan sebuah lomba. Jika menang, yaa syukur. Jika kalah, tentunya santai
saja. Sekali mengirim naskah, maka naskah itu kuanggap hilang. Mau menang atau
kalah, itu tak penting.
Ketika telepon itu datang, aku langsung
memikirkan naskah yang kutuliskan. Kupikir naskah itu tak seberapa baik. Saat
nulis, aku agak tergesa-gesa. Sebagaimana halnya tulisan lain, semua tulisan
dilahirkan dalam suasana yang spontan. Aku bukan perencana yang baik sehingga
tak pernah bisa merencanakan tulisan, termasuk mematok deadline. Bagiku,
menulis dilakukan di satu tempat pada satu saat. Sekali menulis, maka setelah
itu aku akan melupakannya.
Nah, semoga saja tulisanku ini menang.
Dalam berbagai lomba yang kuikuti, aku selalu percaya bahwa menang kalah adalah
soal nasib-nasiban. Kalau menang, berarti dewi fortuna sedang berkunjung. Kalau
kalah, maka itu pertanda bahwa Dewi Fortuna akan datang pada kesempatan lain. Iya khan?
Baubau, 29 Agustus 2013
3 komentar:
Selamat siang Pak Darmawan.....
Semoga berita telepon pagi ini menjadi benar adanya.....walaupun saat ini sering terjadi telepon sampah yang sering-sering merugikan pengguna telepon...
Saya senang sekali telah sempat mampir dan membaca tulisan2 pak Darmawan di akun angin timur atau di kompasiana....
Saya masih harus belajar banayak dari pak Darmawan untuk dapat menjalani kehidupan di dunia sebagamiana Pak Darmawan tunjukkan...
Selamat Pak Dar, semoga selalu sehat dan bahagia selalu...
Hartono Raharjo kompasioner
makasih pak hartono atas komentarnya. salam kenal.
dewi fortuna selalu tersenyum.. hehee
salam kenal..
Posting Komentar