Pelajaran Kasih dari Hokkaido

hamparan salju yang menutupi Pulau Hokkaido, hari ini

HARI ini, nun jauh di Pulau Hokkaido di Jepang, seorang nelayan tewas membeku di tengah salju tebal yang menimbun wilayah itu. Ketika ditemukan, ia dalam keadaan tidak mengenakan jaket dingin serta sedang merapat ke sebuah tembok. Ia sedang memeluk sesuatu. Setelah diperhatikan, ia memeluk sesuatu yang ditutupi dengan jaket dinginnya. Di situ, anak perempuannya, Natsune (9), ditemukan dalam keadaan selamat.

Pria bernama Mikio Okada itu telah menyelamatkan sesuatu yang amat sangat berharga baginya. Ia telah mengikhlaskan dirinya untuk menjadi sebuah lilin yang ikhlas dimakan oleh api kecil, demi untuk menghadirkan terang di tengah gelap. Lelaki itu adalah sosok luar biasa yang membuat saya sangat terharu hingga terdiam beberapa saat.

Kemarin, salju menutupi seluruh wilayah Hokkaido. Angin dingin dengan kecepatan 109 km per jam yang membuat suhu udara anjlok ke angka minus enam derajat celsius. Media lokal melaporkan bahwa jasad Okada ditemukan tim penyelamat yang mencari ayah dan anak itu setelah keluarganya meminta bantuan tim penolong.

Konon, sang putri terjebak salju saat berada di sekolah. Okada lalu keluar rumah untuk menjemput putrinya. Ia sempat menelepon dan megabarkan bahwa mobilnya terjebak salju. Ia juga berkata bahwa dirinya dan Natsune akan berjalan menuju rumah. Sayang, keduanya tak mencapai rumah.

Mereka hanya sanggup berjalan sejauh 300 meter dari lokasi mobil. Pria itu ditemukan sedang memeluk erat putrinya, dengan jaket dingin yang seharusnya dikenakannya. Ia melepas jaket itu lalu memakaikannya pada Natsune. Ia telah memilih jalan untuk mengorbankan dirinya demi kehidupan anaknya.

Mungkin ia sadar bahwa kematian adalah jalan yang bakal dilalui siapapun. Akan tetapi, putrinya berhak untuk kehidupan yang panjang sebagaimana dirinya. Putrinya mesti melihat dunia, merasakan asam garam kehidupan, hingga tiba pada titik ketika ia sadar untuk memberikan kehidupan pada sosok yang dikasihinya. Inilah kekuatan cinta, sesuatu yang membuat kaki pria itu tegar untuk melangkah, dan ikhlas melakukan apapun demi kebahagiaan sosok yang dicintainya.

ilustrasi
Yang juga bikin saya tersentuh adalah Okada mengorbankan dirinya pada perayaan Hari Anak Perempuan di Jepang. Pada perayaan itu, semua anggota keluarga akan berkumpul bersama dan menghiasi rumah dengan boneka. Sebelumnya, ia juga telah memesan kue untuk putrinya serta menanti-nanti saat perayaan ini.

Mulanya, ia membayangkan bahwa kue itu adalah hadiah terindah yang membuat anaknya tersenyum. Ternyata, ia bisa menghadirkan sesuatu yang lebih dahsyat dari kue itu. Ia mempersembahkan hidupnya demi sang anak. Ia memilih untuk memberikan napasnya agar sang anak bisa melanjutkan langkah di rimba kehidupan.

Okada adalah berlian indah di tengah ribuan manusia yang sering mengabaikan anaknya. Semoga saja kasih sayangnya bisa menjadi pahatan abadi yang kelak akan menjadi catatan bagi manusia di zaman kini dan zaman mendatang. Semoga saja dewa-dewa akan mengubahnya sebagai bintang yang kelak memberi cahaya terang bagi zaman yang sedang merindukan kasih sayang.

Jika saya dalam posisinya, mungkinkah saya akan melakukan hal yang sama?


Athens, Ohio, 4 Maret 2013

Catatan:

Beritanya bisa dbaca DI SINI

4 komentar:

Dwi Ananta mengatakan...

Selamat jalan Mikio Okada...

Lisa Tjut Ali mengatakan...

kisahnya hampir sama juga ya dengan pengorbanan seorang ibu yang terperangkap di reruntuhan rumah, sang ibu memeluk anaknya juga agar tidak kena runtuhan bangunan

Yusran Darmawan mengatakan...

iya. smeoga amal ibadahnya diterima Tuhan

Yusran Darmawan mengatakan...

iya. sy jg pernah baca cerita itu. sangat mengharukan.

Posting Komentar