Menulis sebagai Oase Kehidupan

Ara suka nulis pakai tangan kiri yaa?
 
DI tanah air, banyak lomba menulis blog. Saya bukanlah blogger yang suka ikut lomba. Tapi terkadang, saya penasaran untuk menjajal lomba blog. Bukan untuk menang. Saya hanya berpikir untuk sekadar meramaikan sebuah lomba. Ketika banyak yang ikut berkompetisi, maka lomba itu akan semakin meriah. Selain itu, niat saya adalah sekadar untuk berbagi. Tak lebih.

Sejak pertamakali ngeblog, saya hanya berniat untuk merekam jejak-jejak pengalaman. Dulunya, saya hanya iseng saja. Lama-kelamaan, mulai ada keinginan untuk menulis rutin. Saat itu, saya paham benar bahwa musuh terbesar bagi mereka yang hendak menulis adalah mood. Tapi saya beruntung karena pernah menjadi jurnalis di daerah. Dulu, saya mesti mesti menyetor tiga atau empat artikel dalam sehari.

Sebelumnya, saya menulis hanya berdasarkan mood atau keinginan saja. Ketika jadi jurnalis, saya mesti belajar untuk menulis sesuatu dalam keadaan apapun, baik itu marah, sedih, atau sedang bete. Saya mesti bertarung dengan mood dan menulis sesuatu dalam keadaan apapun.

Berdasarkan pengalaman, saya berkesimpulan bahwa faktor terbesar yang menghambat hasrat menulis adalah diri sendiri. Seringkali kita merasa malu dengan diri kita. Seringkali kita merasa minder melihat tulisan kita, apalagi jika melihat tulisan orang lain yang kita anggap bagus. Jika kita berpikir demikian, maka selamanya kita tak akan pernah menulis. Selamanya kita hanya menjadi seorang pengamat tulisan, tanpa benar-benar melahirkan tulisan.

Cara terbaik untuk menulis artikel, khusus untuk blog, adalah segera memulainya. Tak perlu menunggu sampai hebat, atau menunggu ketika tulisan itu bagus. Tulislah sesuatu pada kesempatan pertama, ketika sebuah ide tiba-tiba menyelusup dalam pikiran, ketika peristiwa masih hangat, dan jejaknya amat basah di pikiran. Tak pelu menunggu mood. Tak perlu menunggu sampai ide itu matang. Tulis saja.

Dua minggu silam, saya ikut lomba menulis blog. Niatnya cuma ingin meramaikan. Ternyata malah menang. Beberapa bulan silam, saya menang ikut lomba yang diadakan oleh satu provider selular. Bagi saya, kemenangan di lomba blog hanyalah satu hiburan semata. Tujuan menulis bukanlah untuk lomba. Tujuan menulis adalah untuk berbagi pengalaman serta untuk menginspirasi. Tujuan paling ideal adalah memberikan ‘suara’ bagi mereka yang suaranya nyaris tak terdengar.

Untuk saat ini, tujuan menulis blog adalah sebuah terapi buat saya. Terapi atas kepenatan hidup, terapi atas problem yang terus-menerus mendera. Menulis adalah upaya untuk singgah ke tengah oase yang menawarkan kesejukan atas padang pasir kehidupan yang kering kerontang. Pada mulanya, menulis jadi sulit sebab kita terlalu memberi beban bagi aktivitas itu. Namun ketika kita membiarkannya mengalir sebagaimana air yang mengalir di sungai-sungai, maka menulis menjadi amat mengasyikkan, sebab serupa proses untuk melepaskan semua endapan kesan dan pengalaman yang berjejalan di kepala, demi menempati wadah yang abadi.

Maafkan atas refleksi yang panjang ini.


Athens, 8 Maret 2013

0 komentar:

Posting Komentar