Kiat Menulis Dahsyat!

saat Dumbledore (dalam serial Harry Potter) menarik ingatannya untuk disimpan dalam pensieve

SEORANG sahabat mengirim pesan yang besisi pertanyaan bagaimana kiat memenangkan lomba menulis blog. Sahabat itu tahu kalau beberapa tulisan saya sering memenangkan lomba menulis di skala nasional. Ia merasa penasaran. Dipikirnya saya menulis berdasarkan pola-pola atau panduan tertentu.

Padahal, saya hanya menulis berdasarkan kesenangan saja. Kalaupun menang, maka itu hanyalah efek samping dari hobi menulis hal-hal tidak penting. Kepadanya saya menjelaskan bahwa menulis buat saya adalah sebuah kanal untuk melepaskan gagasan yang bertumpuk di kepala. Menulis bagi saya adalah cara untuk mengingat sesuatu agar tidak lupa.

Bagi saya, menulis serupa dengan proses ketika Prof Albus Dumbledore, dalam serial Harry Potter, mengeluarkan benang-benang ingatan, yang kemudian disimpan dalam baskom bernama pensieve. Kata Dumbledore, pensieve menyimpan pengalaman dan rekaman-rekaman kejadian. Ketika ia hendak mengingat, maka ia akan melihat pensieve. Demikian pula ketika ia sedih, maka ia akan mencari hal-hal bahagia dalam pensieve yang kemudian mengobati segala sedihnya. Indah khan?

Sayangnya, sahabat itu tak mau menerima penjelasan saya. Ia tetap memaksa untuk menjelaskan kiat-kiat itu. Baiklah. Saya akan coba menuliskan beberapa strategi demi menulis yang bagus, setidaknya dalam pahaman saya. Kalaupun tulisan itu menang lomba, maka itu hanyalah efek samping atau dampak lain dari aktivitas menulis ebagai proses pendewasaan dan pematangan diri.

Mulailah dari Ide

Hal paling penting dalam dunia kepenulisan adalah ide atau gagasan. Ide ibarat ruh yang menjadikan satu tulisan bisa bertenaga, bergerak, dan berpengaruh. Tanpa ide yang kuat, maka satu tulisan akan kehilangan tenaga. Ide adalah langkah pertama dalam perjalanan menulis.

Penulis-penulis hebat selalu memulai dengan ide-ide yang berputar-puar di kepala, kemudian mencari ruangnya untuk dituliskan. Penulis JK Rowling, mendapat ide untuk menulis Harry Potter ketika sedang dalam perjalanan dengan kereta api. Tiba-tiba saja, imajinasinya menemukan gagasan tentang seorang anak yang nampak biasa, urakan, namun kemudian menjadi penyihir besar dan menantang Lord Voldemort, sang penguasa kegelapan.

Pertanyaannya, bagaimanakah cara menemukan ide-ide atau gagasan tersebut? Apakah ia datang sendiri atau dicitakan? Jawabannya adalah sering-sering berkhayal atau berimajinasi. Ide bisa diasah dengan cara membaca atau melihat-lihat banyak hal. Sering-sering saja berselancar di Facebook, perhatikan topik-topik diskusi. Bisa pula dengan cara membaca banyak majalah atau buku. Bisa juga dengan membaca fiksi. Temukan inspirasi lalu tuliskan. Simpel khan?

Berpikir Out of The Box

Maksudnya adalah berani berpikir beda dengan orang lain. Bayangkan, dalam sebuah lomba menulis, ada ratusan orang yang mengirimkan naskah. Ketika anda menulis sebagaimana orang lain menulis, maka yakinlah tulisan anda akan jadi nampak biasa. Meskipun tulisan itu bagus, namun kalau tidak unik, alias biasa-biasa saja, maka tulisan itu akan kehilangan momentum.

ilustrasi

Saya punya pengalaman ketika ikut lomba menulis di Kompasiana yang berhadiah Iphone 4. Jumlah pesertanya adalah ratusan orang dari seluruh Indonesia. Waktu itu, lombanya bertajuk Ngeblog Seharian. Dalam waktu sehari, semua blogger di seluruh Indonesia mengirim tulisan hingga terkumpul 667 tulisan. Pada saat itu saya berpikir, jika saya menulis tema-tema yang sedang dibahas di televisi, maka pasti tulisan itu akan biasa. Demikian pula ketika saya menulis catatan perjalanan. Saya membayangkan ada ratusan orang yang berpikir sama.

Saat itu, saya sedang di kampung halaman, di Pulau Buton. Demi menemukan ide, saya lalu berjalan-jalan di dekat dermaga. Saya melihat bocah-bocah kecil yang berperahu. Saya melihat betapa cekatannya mereka berenang dan menyelam hingga 20 meter, ketika orang-orang melempar koin. Saya teringat media televisi nasional yang sering menyebut anak-anak itu sebagai pengemis lautan, padahal anak-anak itu adalah putra para pemilik kapal. Bermain di laut adalah cara bagi mereka untuk menyiapkan diri untuk jadi pelaut hebat di masa mendatang.

Bingo!! Saya tiba-tiba mendapatkan ide. Saya serupa fisikawan Isaac Newton yang kejatuhan apel. Ketimbang menulis apa yang terjadi di kota-kota atau layar televisi, mengapa saya tidak mengeksplor sesuatu yang dekat dengan diri saya. Sesekali, Indonesia harus dilihat dari pinggiran, harus dlihat dari titik paling jauh, demi mendapatkan gambaran tentang bangsa secara utuh. Indonesia tak harus dilihat dari cara pandang Jakarta. Bagi saya, tema tentang anak kecil itu serupa cara untuk memahami Indonesia dari sisi yang terabaikan, namun amat penting untuk memahami wajah bangsa ini. (tulisan itu bisa dibaca DI SINI)

Segera Lakukan Riset

BANYAK penulis yang langsung menuliskan apa yang disaksikannya. Namun, jauh lebihbaik jika kita melakukan riset lebih dahulu. Riset sangat penting untuk mengetahui kalau-kalau tulisan serupa pernah dibuat. Nah, setelah itu, yang kita lakukan adalah melakukan fill the gap, atau mengisi celah-celah kosong yang belum dilakukan orang lain.

saat Ara menulis. kok pakai tangan kiri?

Riset juga penting untuk memperkaya gagasan. Ketika menulis tentang seorang tokoh, sebaiknya kita punya sedikit background tentang tokoh itu, ada gambaran tentang masyarakat dan budaya, serta sebaiknya kita bisa memahami big picture atau gambaran besar tentang satu persoalan. Ini sangat penting untuk memahami sesuatu dari banyak sisi. Saya suka memakai istilah kamera yakni zoom in dan zoom out.

Ketika menulis tentang satu hal atau satu hal menarik, kita akan berusaha mendekati sesuatu itu secara dekat sehingga kita bisa merasakan degup jantung dan getar urat nadinya (zoom in). Namun, kita juga harus bisa memahami sesuatu dari kejauhan, agar bisa melihat satu orang dengan orang lain serta masyarakat luas (zoom out). Nah, kita harus pandai-pandai menempatkan diri, kapan masuk dari jarak paling dekat, dan kapan sedikit melihat dari jauh.

Saatnya Menulis

SETELAH ide ditemukan serta riset dilakukan, maka selanjutnya adalah rancanglah bangunan tulisan, atau sering disebut plot. Biasanya, sebelum menulis, saya sudah mereka-reka ke mana arah satu tulisan. Saya mulai membuat gambaran kasar di kepala saya, bahwa tulisan itu akan dimulai dari A, dan berakhir ke B. Biasanya, gambaran ini sangat penting bagi pemula. Bagi yang sudah ahli, biasanya tak perlu bangun rancangan tulisan. Ia akan menyerahkan kejutan-kejutan itu pada proses menulis serta ke mana angin mengarahkan pena. Makanya, bagi sebagian orang, menulis adalah perjalanan.

Nah, bagaimana proses menuliskan gagasan? Ini memang tak mudah. Banyak orang yang hendak menulis, namun tak bisa menuliskan satu lembar pun gagasan. Benar kata novelis Dewi Lestari, bahwa musuh utama seorang penulis adalah halaman kosong. Bagi saya, yang pertama kita taklukan dalam menulis adalah diri kita. Mengapa? Sebab serigkali kita terlalu membebani aktivitas menulis.

Kadang kita takut tulisan itu jelek? Kita takut dilecehkan orang lain, takut dianggap ngawur, takut dibilang idenya biasa saja, atau takut dibilang tulisan yang tidak menarik. Sering pula kita ingin dianggap hebat, ingin dianggap terpelajar, ingin dikira kontemplatif, atau macam-macam. Jika ini menghinggapi pikiran kita saat menulis, maka yakinlah, sampai kapanpun kita tidak akan bisa menulis.

menulis apa yaa?

Yang terbaik adalah biarkan aktivitas menulis mengalir secara bebas. Tulis apapun yang ada di pikiran kita. Jangan terlalu banyak membebani sebuah tulisan. Kalaupun tulisan tu dianggap jelek oleh orang lain, jangan pernah patah semangat. Sebab dalam dunia menulis, penilaian baik dan buruk lebih sering diberikan oleh orang yang tak pernah menulis. Baik dan buruk dalam dunia menulis adalah soal sudut pandang. Ketika anda menghakimi satu tulisan sebagai tidak baik, maka saat itu anda menggunakan satu sudut pandang. Tapi di sisi lain, boleh jadi tulisan itu punya kekuatan, yang tidak dipahami oleh orang lain. Iya khan?

Seorang penulis sejati akan menghargai semua tulisan yang dibuat, sebab ia tahu bahwa membuat tulisan tidak mudah. Seorang penulis sejati akan selalu menghargai keberanian serta keihlasan orang lain untuk menulis dan berbagi pengetahuan. Sebab hanya dengan menghargai tulisan orang lain, kita bisa belajar dari orang tersebut, lalu menyempurnakan tulisan setahap demi setahap.

Nah, bagaimana proses memulai tulisan dahsyat? Nampaknya akan saya uraikan pada tulisan lain. Maafkan saya yang terpaksa harus mengakhiri tulisan ini.



Athens, 15 Maret 2013

8 komentar:

MAHABBAH mengatakan...

kerennn..kerennn...

Guntur Novizal mengatakan...

Mas yusran emang jagooo....

Lispa Lui mengatakan...

terima kasih sudah berbagi, kak :')

Lispa Lui mengatakan...

terima kasih sudah berbagi, kak :')

Yusran Darmawan mengatakan...

makasih

Yusran Darmawan mengatakan...

makasih mas guntur

Yusran Darmawan mengatakan...

makasih Lispa Lui

Khoirur Rohmah mengatakan...

terima kasih untuk ilmunya ya kak ^^

Posting Komentar