Hidup Mati Perpustakaan di Amerika


saat Ara bermain bersama Jacob di Athens Public Library

DAHULU aku beranggapan bahwa perpustakaan adalah sebuah tempat berdebu yang memajang buku-buku, lorong-lorong sunyi dengan buku-buku lapuk, tempat yang hanya difungsikan untuk membaca. Kini, setelah melihat langsung beberapa perpustakaan umum di Amerika Serikat (AS), ternyata fungsi perpustakaan lebih dari itu. Perpustakaan bisa menjadi tempat yang sangat menyenangkan, tempat banyak orang berkumpul dan saling berbagi pengetahuan dan kegembiraan.

Istriku, Dwi, memiliki kebiasaan baru. Hampir setiap Rabu, ia akan mengajak anak kami Ara mengunjungi Athens Public Library di Athens, Ohio. Tadinya kupikir mereka hanya ingin mencari beberapa buku-buku anak yang bergambar lalu membaca di situ. Suatu hari, aku menemani mereka ke sana. Tahulah aku kalau mereka mengikuti acara Baby Stories yakni acara pembacaan cerita dongeng bagi bayi-bayi.

Pada hari itu, banyak ibu-ibu muda yang datang membawa bayi lalu berkumpul di aula perpustakaan umum. Ruangannya tidak begitu besar, namun amat ramai dengan celoteh atau tangisan bayi. Di tengah ruangan itu, terdapat seorang perempuan tua yang mendongeng sambil dilengkapi beberapa boneka. Para ibu muda serta beberapa pria bisa berkenalan dan berbincang akrab sembari memperhatikan anak kecil bermain.

rak-rak buku yang tertata rapi
rak-rak buku (2)
papan berisikan aktivitas warga

Melihat aktivitas itu, aku berkesimpulan kalau ruang perpustakaan umum di Amerika bukan sekadar ruang baca, melainkan ruang untuk belajar, berbagi, bermain, serta menjalankan banyak aktifitas. Di hari ketika aku berkunjung, tersedia arena bermain bagi bayi dan anak-anak, disediakan pula minuman serta makanan berupa pop corn yang gratis dan bisa diambil kapan saja, serta berbagai aktivitas lainnya.

Di tempat itu, aku juga menyaksikan aktifitas warga usia lanjut yang berkumpul bersama demi membaca puisi atau bercerita tentang pengalaman. Suasananya sangat menyenangkan sebab semua orang bergantian membaca puisi. Para warga usia lanjut bisa bertemu teman sebayanya, bisa saling berbagi informasi, hingga saling bernostalgia atau menceritakan tentang cucu-cucunya yang sedang bermain.

Aku lalu melihat papan pengumuman. Di situ tertera demikian banyak kegatan di perpustakaan umum. Mulai dari latihan yoga, aktivitas merajut, latihan komputer, pembacaan dongeng, hingga melihat bintang di malam hari. Aku lalu memutuskan untuk mengikuti acara campfire yakni kumpul di malam hari sambil melihat bintang, lalu bermain.

aktivitas mendongeng di malam hari
istriku bersama anakku saat ikut mendengar dongeng
saat istriku hendak melihat bulan melalui teleskop

Sore hari, bersama istri dan bayi Ara, aku kembali ke perpustakaan itu. Di belakang perpustakaan, terdapat gundukan tanah yang membentuk lingkaran-lingkaran. Penduduk setempat menamakannya Amphitheater. Di tengah amphitheater itu terdapat api unggun. Ada pula seorang ibu yang bercerita tentang pengalaman prajurit yang menolak untuk membunuh siapapun. Kisahnya sangat mengharukan.

Semua penduduk yang datang, mengenakan pakaian dingin sebab suhu sudah mencapai kisaran dua derajat celcius. Kami lalu bergabung dengan mereka dan mengikuti acara pembacaan dongeng. Acara mendongeng hanya berlangsung sejam, selanjutnya adalah semua dipersilakan untuk mengamati bulan dan bintang.

Tak jauh dari amphitheater itu terdapat beberapa teleskop. Di setiap teleskop terdapat pegawai perpustakaan yang membantu menjelaskan kepada semua orang tentang bulan dan bintang. Aku pun ikut antri dan melihat betapa indahnya bulan di malam hari. Melalui teleskop itu, bulan terasa sangat dekat. Aku bisa melihat kawah-kawah serta dataran tinggi di bulan. Inilah pertama kalinya aku melihat bulan dari posisi yang sangat dekat.

Acara selanjutnya adalah bermain dan belajar. Semua anak-anak dibagi berdasarkan usianya. Masing-masing kelompok dipandu oleh beberapa orang dewasa. Beberapa kelompok bermain di lapangan. Masing-masing anak mengenakan gelang yang bisa menyala dengan warna-warni sehingga bisa dikenali. Aku juga melihat kelompok yang menyusuri pesisir dekat sungai. Para anak-anak itu diperkenalkan tentang sungai serta binatang-binatang yang ada di sekitar sungai. Mereka belajar sambil beraktivitas.

Makna Perpustakaan

Sepulang dari situ, aku membayangkan bagaimana nasib perpustakaan di tanah air. Hampir semua orang tahu bahwa di tanah air, perpustakaan umum, apalagi perpustakaan yang berlokasi di daerah adalah tempat yang berdebu dan kusam. Perpustakaan serupa gudang tempat menyimpan buku-buku dengan koleksi yang tidak pernah di-update. Perpustakaan hanya berisi ruang buku, serta ruang baca. Itupun suasananya sangat kusam dan kaku.

saat Ara bermain

Sementara di tempat seperti desa kecil Athens di Amerika, perpustakaan adalah jantung kegiatan warga. Perpustakaan dihidupkan oleh komunitas, menjadi tempat berinteraksi, serta membangun keakraban dengan banyak orang. Perpustakaan menjadi tempat memulai aktivitas, baik aktivitas yang berhubungan dengan sharing pengetahuan, ataupun aktivitas bermain, yang juga menguatkan inteligensi seorang anak.

Yang mengesankan bagiku adalah kegiatan yang variatif serta menyentuh banyak lapisan usia, serta daya dukung komunitas, yang menjadikan perpustakaan tidak saja sebagai tempat untuk membaca semua buku terbaru, namun juga kesadaran untuk menjaganya bersama, serta mengisinya dengan beragam aktivitas yang bisa menguatkan solidritas serta menjalin keakraban dengan banyak orang.

saat saya coba ikut mendongeng

Mungkin ini makna perpustakaan yang hilang di masyarakat kita. Mungkin ini pula cerminan kemajuan berpikir satu komunitas, menunjukkan sejauh mana apresiasi mereka pada ilmu pengetahuan, serta menunjukkan solidaritas dan kecintaan masyarakat satu sama lain lewat kegiatan bersama. Pada akhirnya aku berpikir bahwa hidup mati satu perpustakaan senantiasa bergantung pada masyarakat atau komunitas di sekitarnya.

Ketika masyarakat mencintai ilmu pengetahuan serta memiliki niat berbagi pengetahuan, maka perpustakaan akan menjadi jantung utama semua aktivitas. Dan ketika masyarakat hanya memikirkan politik dan kekuasaan, dan tidak mencintai ilmu pengetahuan, maka perpustakaan akan menjadi tempat berdebu yang dipenuhi sarang laba-laba. Entah, kita berada di titik mana.(*)

 
Athens, 12 Oktober 2012

2 komentar:

Anonim mengatakan...

Sebuah cerita yang sangat menarik dan kami begitu terkesan. Bapak Yusran Darmawan yang terhormat. Apabila berkenan mohon bantu kami untuk mengembangkan perpustakaan komunitas kami, Perpustakaan Sidodadi, terletak di Desa hargomulyo Kokap, Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, saat ini kunjungan rata rata per hari ke Perpustakaan kami sebanyak 25 orang. Kami punya obsesi untuk meningkatkan jumlah kunjungan tiap hari tersebut dan membuat perpustakaan semakin menarik dan digemari oleh masyarakat, syukur bisa menjadi perpustakaan komunitas percontohan di tingkat nasional yang akan memberikan inspirasi bagi pelaku penggiat perpuistakaan komunitas lainnya di seluruh nusantara. Kontak person kami HP. 085693739803. atau email : sidodadipkbm@yahoo.co.id. Terima kasih atas perhatiannya balasan amat kami tunggu-tunggu

Yusran Darmawan mengatakan...

utk saat ini, sy belum bisa membantu banyak. sy hanya memberi masukan agar membangun jaringan dengan berbagai perpustakaan lainnya biar ada subsidi silang antar perpustakaan.

Posting Komentar