Bukankah Nasib adalah Kesunyian Masing-Masing?

-->

ORANG-orang di sini sedang berbicara tentang pentingnya kuliah doktor. Seolah kuliah itu adalah segala-galanya. Seolah kuliah itu jadi satu-satunya pengabsah atas apa yang kelak dilakukan. Seolah satu-satunya jalan menuju masa depan. Tanpa itu, maka kita seolah nol. Seolah jalan di tempat.

Beribu maaf kuhaturkan. Aku tak ingin terjebak pada apa yang banyak dibahas orang. Tadinya aku menginginkannya. Tapi aku tak ingin melakukan segala cara demi gelar akademis itu. Aku ingin melihatnya sebagai kejutan-kejutan dalam hidup. Kalau semesta menginginkannya, maka kelak akan jadi kenyataan. Kalau tidak, maka aku ingin melakukan hal lain. Sejak dulu sudah kutanam prinsip bahwa kita adalah apa yang kita tentukan untuk kita, bukan ditentukan oleh belajar apa, sekolah di mana, atau apa yang kita kenakan.

Bagiku, berada pada titik ini sudah amat luar biasa. Aku masih setia dengan pandangan lama bahwa manusia bisa menentukan dirinya hendak ke mana dan mau jadi apa. Namun nasiblah yang kelak akan menentukan dirinya berlabuh ke mana. Maka kehidupan akan terus mengalir, sebagaimana kecipak air di sungai yang akan terus bergerak menuju lautan luas.

Aku mengenal banyak orang yang ‘rela mati’ demi mendapatkan sesuatu yang kujalani. Padahal, diriku tak menginginkannya. Sesuatu itu datang begitu saja, bagaikan jatuh dari langit. Mungkin garis nasib sedang menggiringku ke situ. Namun, sungguh!, aku tak seberapa menginginkannya. Kehidupan yang kupahami adalah air yang mengalir deras. Dan air yang mengalir itu telah membawaku ke titik ini.

Masa depan yang kubayangkan bukanlah sesuatu yang muluk-muluk. Aku belajar untuk melihat sesuatu dengan sederhana. Kalau angin membawa ke satu titik, maka aku akan menapaki titik itu dengan energi terbaik yang bisa kuberikan. Jika kelak angina membawaku untuk kembali ke rumah yang kurindukan, maka ke situ pulalah kuarahkan semua jalanku.

Pada titik ini, biarlah jalan nasib yang mengarahkan telunjuknya. Bukankah nasib, sebagaimana dicatat Chairil Anwar, adalah kesunyian masing-masing?


Athens, 27 Oktober 2012

1 komentar:

Anonim mengatakan...

saya mau berkomentar, memberikan pendapat tapi tdk tau bagaimana mengungkapkannya.Tetapi saya sangat setuju dgn tulisan ini.Trimakasih sudah menuliskannya B'Yusran

Posting Komentar