Teka-Teki Cinta di The Ridges

-->
The Ridges di Athens, Ohio
 
DI dekat bekas rumah sakit jiwa The Ridges, aku menemukan sebuah dompet lusuh. Mulanya aku sempat dirayapi kekhawatiran. Maklumlah, The Ridges adalah kawasan rumah sakit jiwa yang disebut sebagai tempat paling horor di Amerika. Dalam berbagai daftar kota seram, Athens di Ohio, menempati posisi puncak sebagai tempat paling seram di Amerika. Nah, mengapa pula ada dompet lusuh di tempat paling menakutkan itu?

Dengan memberanikan diri, kubuka dompet tersebut. Tak ada uang dollar. Tak ada identitas diri. Namun, ada sebuah kertas lusuh yang warnanya kekuningan. Nampaknya, kertas itu adalah sebuah surat yang dibuat dengan tulisan tangan dan bertahun 1944. Kubaca pelan-pelan surat yang mengawali kalimat dengan kata “Dear Michael.”

Surat itu adalah surat yang berisikan permintaan seorang perempuan kepada seseorang bernama Michael Goodwyl agar tidak lagi menemuinya. Pengirim surat bernama Hannah. Ia menulis dalam bahasa Inggris dengan kalimat puitis dan penuh nuansa emosional. Mungkin Hannah bercucuran air mata ketika menuliskannya.

Dear Michael

Kutulis surat ini ketika hujan baru saja usai, dan daun-daun maple di luar sana berguguran. Entah kenapa, hatiku ikut berguguran sebagaimana daun-daun sana. Ayah ibu melarangku untuk menemuimu. Mungkin jalan takdir kita tak harus bersisian sebagaimana dua rel kereta yang berjalan bersama di kampung kita Athens. Hari ini, dengan penuh berat hati, aku memintamu untuk tidak lagi menemuiku. Biarlah langit akan mengirim petir, dan bumi akan membuka lalu menelan diriku bersama seluruh cinta yang kukumpulkan untukmu.

Hannah Hutchinson

Aku terhenyak dan terdiam beberapa saat. Kalimat surat itu laksana pedang yang mengiris-iris hatiku. Ternyata kisah cinta yang terpenggal bisa ditemukan di mana-mana. Tak hanya kisah Romeo dan Juliet yang ditemukan di tanah Eropa. Orang-orang Cina punya kisah Sanpek dan Eng Thay, bangsa Arab punya cerita Khais dan Layla, orang Bali punya cerita tentang Jayaprana dan Layonsari, hingga orang Padang yang punya fiksi Sitti Nurbaya dan Syamsul Bahri.

Di sini, di tanah Athens, Ohio, ada pula kisah cinta yang tak bertepi. Ini bukanlah fiksi. Aku menemukannya pada secarik kertas, yang menjelma sebagai pahatan ingatan yang mengabadikan kisah cinta yang tak bertemu. Aku memperhatikan bagian belakang surat itu. Terdapat coretan tangan yang agak susah kubaca. Aku lalu  melipatnya, lalu memasukkannya ke dalam dompet tersebut.

Mungkinkah surat itu tak pernah sampai? Mengapa pula surat itu bisa ditemukan di The Ridges? Apakah seseorang sengaja menyembunyikan surat itu demi menjaga agar tak ada hati yang berguguran sebagaimana daun-daun Mapple di pepohonan sana? Pikiranku mencoba untuk menjawab misteri dan teka-teki surat itu.

Berbilang hari, dompet itu yang berisikan surat itu tersimpan rapi dalam apartemenku. Hingga suatu hari, aku mendengar cerita tentang seorang pria bernama Dr Vincent Goodwyl yang menjadi pengajar di Patton College of Education, Ohio University. Dalam satu pertemuan, aku bertanya pada Goodwyl apakah ia mengenal seseorang bernama Michael Goodwyl. Dan sungguh ajaib, ia mengenalnya. Ia mempersilakan diriku untuk mencari Goodwyl di satu panti jompo yang terletak di kota kecil Little Miami, Cincinnati.

Dua minggu silam, aku datang ke Panti Jompo itu. Aku lalu menemui seorang perawat dan juga pengelola rumah itu. Rumah itu amat luas dan dikelilingi rumput-rumput serta pepohonan hijau. Nampaknya, tempat ini ibarat surga bagi para lansia yang ingin rehat sambil bernostalgia tentang masa mudanya. Di situlah aku bertemu dengan pria bernama Michael Goodwyl.

Ia sudah amat sepuh. Jalannya agak sempoyongan jika tak dibantu tongkat logam yang selalu dibawa-bawanya. Ketika kutemui, ia sempat kebingungan. Namun, aku tak mau bicara banyak. Langsung kuperlihatkan dompet yang berisikan surat Hannah tersebut. Matanya sontak berkaca-kaca. Ia mencium dompet itu sambil membisikkan kalimat, “Terimakasih karena kamu telah menemukan sekeping hatiku.”

Tanpa kuminta, Michael bercerita. Dahulu dirinya adalah seorang prajurit yang sering ditugaskan ke medan perang. Kekasihnya Hannah adalah seorang gadis muda yang pipinya meranum bak strawberry di musim semi.  Ketika Michael ditugaskan untuk ikut dalam penyerbuan ke Normandia pada tahun 1944, kedua orangtua Hannah memilih untuk memutuskan hubungan anaknya. Kata mereka, ikut dalam operasi tempur ibarat menyetor nyawa.

Dan Michael dikira tewas. Ketika kembali ke Athens, semuanya berubah. Rumah Hannah yang dahulu di tepi bukit-bukit the Ridges, kini menjadi apartemen bernama Carriage Hill. Maka, Michael hanya bisa mengenang sembari merunut ulang episode-episode paling membahagiakan saat bersama Hannah, yang disebutnya sebagai gadis berpipi ranum.

Mendengar kisahnya, mataku basah. Aku tak sanggup berkata-kata.

***

LEBIH sejam aku menunggu sahabatku di sini. Namanya Yannan Zi. Ia adalah sahabat asal Cina yang bekerja sebagai relawan untuk mengurusi warga lanjut usia di tepi pegunungan Applachian. Saat kukisahkan cerita tentang Michael Goodwyl, Yannan mengaku bisa membantu menemukan Hannah. Katanya, ia bisa menemukan kabar tentang Hannah melalui rekan-rekan sejawatnya. Beberapa hari lalu, Yannan meneleponku dengan suara penuh kegirangan. Ia menemukan Hannah. Kami berencana untuk mempertemukan Michael dan Hannah.

Hari itu, Michael datang menemuiku bersama perawatnya. Ia memakai baju kemeja dengan dasi kupu-kupu. Ia tampak gagah. Tubuhnya tetap kekar. Aku serasa melihat Michael yang masih berprofesi sebagai prajurit Amerika. Tak lama kemudian, Yannan datang bersama Hannah. Pipi Hannah tidak lagi seranum strawberry, namun garis-garis kecantikan masih nampak di wajahnya. Ia sudah tidak muda lagi. Jalannya tertatih-tatih. Tapi tidak dengan matanya yang tetap tajam.

“Michael. Kaukah itu?”
“Iya. Kaukah itu Hannah? Apakah kamu masih ingat tempat kita selalu duduk?”
“Apa kamu ingin diskusi tentang pemandangan indah di bawah bukit tempat The Ridges?

Mereka saling mendekat. Keduanya berangkulan dengan isak tangis perlahan. Aku tidak sedang melihat dua orang tua yang sedang bernostalgia. Tiba-tiba saja aku meluhat seorang pemuda dengan dengan celana jeans dengan kemeja serta ada dua tali bersilangan di punggungnya. Di sebelah sana aku melihat seorang remaja putri dengan rok payung. Nah, aku melihat pipi yang merona bak strawberry.

Aku dan Yannan terisak. Aku memilih meninggalkan ruangan. Bagiku, upaya untuk menemukan jawab atas surat yang tersimpan di dompet itu akhirnya terjawab. Yannan bercerita kalau sejak mengirim surat itu, Hannah memutuskan untuk tidak menikah. Demikian pula dengan Michael. Seiring waktu, sejak tahun 1940-an itu, mereka terus bertambah tua sembari mengenang masa silam yang penuh romansa. Mereka saling mencari, tapi tak saling menemukan.

Selanjutnya aku tak lagi mendengar kabar tentang mereka. Seminggu berikutnya, aku mendengar keduanya melangsungkan pernikahan di satu gereja kecil kota Athens. Media setempat menulis kisah mereka sebagai kisah tentang pasangan paling berbahagia di kota kecil itu.

Akupun ikut bahagia sebab surat yang dikirim pada tahun 1940 itu akhirnya menemukan jawabannya. Surat itu tak lagi jadi misteri. Surat itu tak lagi menjadi teka-teki. Melainkan jadi kisah yang amat membahagiakan, sebahagia bunga-bunga yang mekar di musim semi, sebahagia tupai-tupai yang berlarian di tepi pohon-pohon mapple.(*)


Athens, 15 September 2012
www.timur-angin.com
Saat mengenang Michael dan Hannah

gereja kecil di Athens, Ohio



2 komentar:

Rama mengatakan...

Seperti cerita difilm Hollywood Bang Yus...keren

ensikloblogia mengatakan...

woww...
layak difilmkan.

Posting Komentar