Tradisi Akademik Versus Tradisi Pesta

mahasiswa berkumpul jelang karnaval

MULANYA, saya hanya mendengar cerita tentang kampus Ohio University at Athens ini sebagai kampus yang sangat terkenal dengan kajiannya tentang humaniora dan area studies. Belakangan, saya juga mendengar tentang tradisi pesta mahsiswanya yang gila-gilaan. Ternyata ada warna-warni kenyataan tentang kampus ini yang tidak banyak saya ketahui. 

Kampus ini juga menyimpan cerita tentang tradisi pesta gila-gilaan mahasiswanya. Tahukah Anda seperti apakah yang dimaksud dengan pesta di sini? Yakni berkumpul di satu tempat, berbincang-bincang, tertawa bersama, sambil menenggak alkohol. Nah, apakah Anda tetap ingin bergabung? 

Beberapa bulan di sini membuat saya tersadar bahwa ada banyak hal yang mesti dikagumi, sekaligus dihindari di tempat ini. Ada banyak hal yang dianggap sebagai budaya atau kebiasaan-kebiasaan, namun seringkali berbeda dengan cara pandang saya sebagai pendatang. Maka kekaguman sekaligus kegeraman adalah dua sisi yang sering datang beriringan kala melihat hal-hal baru di sini.

Pertama, saya mengagumi kemampuan belajar para mahasiswa, yang bagaikan bumi dan langit, jika dibandingkan dengan tempat kuliah saya sebelumnya. Di sini, setiap Senin hingga Jumat, mahasiswa memenuhi perpustakaan, kadang bergerombol dengan teman-temannya, lalu menenggelamkan diri pada bacaan. Saya amat iri dan kagum dengan semangat belajar yang ditunjukkan warga Amerika. 

Alden Library

Tak semua mahasiswa adalah anak-anak muda. Saya banyak bertemu dengan orang-orang yang sudah separuh baya, namun memilih untuk masuk kampus dan belajar kembali. Entah apa yang dicari, padahal kondisinya sudah mapan. Banyak di antara mereka yang melihat belajar di kampus sebagai bagian dari tantangan yang ingin ditaklukkan. 

Kedua, saya mengagumi penataan kampus yang menempatkan perpustakaan sebagai jantung kegiatan akademik. Tidak peduli anda berasal dari fakultas mana, pasti akan senantiasa berkeliaran di perpustakaan demi mencari bahan bacaan atau belajar bersama. Kampus menjadi titik tengah pertemuan segala aktivitas. Inilah sebab, mengapa di Amerika Serikat (AS), gedung paling besar di sebuah universitas adalah perpustakaan. 

Kenyataan ini amat beda dengan kampus-kampus di tanah air, di mana bangunan paling besar adalah rektorat. Kata salah satu dosen saya di UI, itu disebabkan karena cara berpikir kita adalah warisan dari era kerajaan yang senantiasa melihat istana para raja sebagai pusat segala-galanya. Tak percaya? Di banyak kerajaan besar di tanah air, keraton dan istana adalah bangunan paling besar dan eksis. Pertanyaannya, di manakah tempat para rakyat?

Baker Center, salah satu pusat aktivitas mahasiswa

Di zaman kini pandangan itu lalu mengalami transformasi. Bangunan paling besar adalah balaikota tempat para bupati dan gubernur berkantor. Dalam konteks kampus, bangunan paling megah adalah rektorat. Seolah-olah para rektor mengemban jabatan politis yang memiliki kuasa untuk menetapkan segalanya. Padahal, kata dosen saya, ruangan banyak di gedung rektorat kampus UI, hanya terpakai sepertiganya. Iya khan? 

Selain dua kekaguman itu, saya juga menyimpan ketidaksukaan. Di sini, mahasiswa akan belajar keras di hari Senin hingga Jumat. Namun mulai Jumat malam, mereka akan melepaskan semua buku lalu bergabung dalam pesta-pesta. Buat mahasiwa undergraduate, pesta ini seolah wajib. Mereka akan memenuhi bar-bar di Athens, mengenakan pakaian yang seksi-seksi (bahkan di musim dingin sekalipun), lalu menenggak minuman keras. 

Saya tak tahu apakah ini tradisi, namun aktivitas dilakukan hampir setiap minggunya. Biasanya, di saat mereka mulai pesta, saya akan berjalan dengan penuh kehati-hatian. Saya akan waspada saat melintasi mahasiswa yang bergerombol. Tahu sendirilah, buat seseorang yang sedang mabuk, maka apapun bisa terjadi. Makanya, saat pulang malam dari perpustakaan, saya memilih untuk mengaktifkan semua panca indra. Siapa tahu ada yang ngajak berantem. Hehehehe…. 

bunga-bunga di depan apartemenku

Saya beberapa kali melihat suasana pesta itu. Kadang, para mahasiswa berpakaian ala dewa-dewa Yunani, dengan kain putih tersampir di pundak. Kadang pula, mereka berpakaian ala ksatria abad pertengahan. Apapun itu, isi pesta itu sama. Yakni kumpul bareng sambil menenggak minuman keras. Saya sering geleng-geleng kepala melihat itu. Anehnya, rata-rata mereka menggemari pesta yang cuma dilakukan sampai malam Minggu, sebab malam Senin, mereka akan kembali menjelma sebagai mahluk akademik yang rajin belajar di perpustakaan.

Teman sekamar (roommate) saya yang asli Chicago, malah tak suka kumpul-kumpul. Setiap saya tanya apakah tidak pergi ke pesta, ia akan menjawab, “Saya terlalu tua untuk kegilaan ala anak undergrad.” Hmmm.. Kayaknya saya punya cara berpikir yang sama dengannya.


Athens, 29 April 2012

2 komentar:

Yusran Darmawan mengatakan...

upload blog

Joni Iskandar mengatakan...

izin meninggalkan jejak di sini bang. Nuhun pengetahuannya, saya jadi paham kenapa gedung rektorat dan kantor-kantor kepala daerah lebih megah dibanding gedung lainnya

Posting Komentar