Sehari Hingga 2.000 Pembaca

MINGGU ini, saya mulai menemukan cara baru untuk mendongkrak jumlah pembaca blog. Caranya adalah dengan menulis sesuatu di Kompasiana, kemudian membuat tautan sebanyak-banyaknya ke blog pribadi. Hasilnya? Dalam sehari, blog saya dikunjungi sampai lebih dari 2.000 orang. Ini adalah jumlah yang tertinggi sepanjang sejarah blog ini. 

statistik kemarin. pembaca mencapai 1.300 orang dalam sehari

statistik hari ini. pembaca mencapai lebih 2.000 orang, hanya dalam sehari

Sering saya berpikir, kenapa saya tidak memanfaatkan strategi ini sejak dulu. Padahal, hampir semua tulisan saya selalu menjadi headline di Kompasiana. Semua tulisan saya bisa dibaca lebih dari seribu orang dalam sekali tayang. Saya membayangkan, dari seribu orang tersebut, tentunya ada sejumlah orang yang kemudian tergerak dan terinspirasi. Tentunya, tujuan tulisan itu yakni bisa menginspirasi orang lain akhirnya tercapai. 

Saya memang sedang bereksperimen tentang pembaca dan jenis-jenis tulisan yang menarik. Sejauh ini, eksperimen itu membawa saya untuk mengedepankan model tulisan jenis feature news yang memberikan reportase atas satu kejadian. Kayaknya, saya mesti fokus pada jenis liputan berita, ketimbang memperbanyak opini. 

tulisan yang jadi headline di Kompasiana

Tapi, saya tidak ingin terjebak pada kategori berita yang kaku. Saya ingin menulis sesuatu yang bertenaga, sesuatu yang bisa menyentuh, dan sesuatu yang bisa menggerakkan. Saya ingin menjadikan setiap kejadian sebagai pintu masuk untuk mengorek makna dari setiap kejadian tersebut. Tentunya, ini tidak mudah. Tapi ini bukan sesuatu yang mustahil khan?

Hari ini, saya membaca buku Writing Down the Bones karya Natalie Goldberg. Kata-katanya mengalir dan bertenaga. Ia menulis buku tahun 1984, namun masih tetap relevan hingga kini. Goldberg menganjurkan untuk menulis secara bebas, pada kesempatan pertama. Ia memang menganjurkan menulis diary atau catatan harian. Di masa kini, diary itu bisa menjadi sesuatu yang di-publish secara bebas, sebagaimana blog ini. Saya menemukan persesuaian dengan gagasan Goldberg; menulis adalah upaya meditasi. Ketika belajar zen, ia diberitahu oleh gurunya, "Why do you come to sit meditation? Why don't you make writing your practice? If you go deep enough in writing, it will take you everyplace."


Hmm... Kayaknya saya mesti menuntaskan karya Goldberg sebab melihat tulisan sebagai aktivitas yang mengalirkan sesuatu dalam diri setiap orang.(*)

2 komentar:

Ayu Welirang mengatakan...

Hmmmm. Boleh dicoba nih Pak. Tapi, saya agak sangsi sama Kompasiana yang sekarang. Isinya tidak seindah dulu. :(

mila mengatakan...

semalam saya jg lg otak-atik kategori seasonal features, persis yg mas yusran uangkapkan. Moga hasilnya bisa terbit di surya.com.. ;)

Posting Komentar